Senin, 14 Maret 2011

BAB XVII Thala al Badru ‘Alaina


v  Mempelajari Perjalanan Rasulullah SAW di Kota Makkah
            Wahai saudaraku, sudahkah engkau mengetahui berapa lama Rasulullah SAW mensyiarkan agama Islam di kota Makkah? Beliau berda’wah di kota Makkah selama 13 Tahun. Dimulai dari sejak diangkatnya Muhammad menjadi Rasulullah SAW sampai beliau hijrah ke Madinah. Oleh karena itu, mungkin engkau bisa menamakan masa itu dengan ‘ Sejarah untuk mempersatukan para sahabat, memperjuangkan agama dan ajaran Allah SWT, serta menanamkan keyakinan terhadap ajaran yang dibawa Rasulullah SAW didalam jalan yang benar.”
            Selain itu, bisa juga engkau namakan da’wah yang dilakukan Rasulullah SAW dikota Makkah dengan ‘ Perjalanan menanamkan keyakinan yang benar dan membeberkan kebatilan kepada para sahabatnya.”
            Pada usia ke 40 tahun Rasulullah SAW memulai da’wahnya. Karena pada saat usia itulah Allah SWT menetapkan Muhammad sebagai Rasulullah SAW. Mengapa harus di usia ke 40? Karena pada usia itu seseorang biasanya luas dalam keilmuan, kesabaran, dapat berpikir jernih, dan bijaksana dalam bersikap. Juga, beraklak dan sopan santun dalam berbicara.
            Ketahuilah, wahai saudaraku, tiga tahun lamanya Rasulullah SAW berda’wah secara sembunyi-sembunyi kepada seluruh kerabatnya. Akhirnya datanglah perintah dari Allah SWT untuk berda’wah secara terbuka dan terang-terangan kepada seluruh penduduk Makkah. Pada saat perintah itu turun, umat Islam sudah mencapai 300 orang.
            Nah, setelah Rasulullah SAW berda’wah secara terbuka, maka datanglah ujian yang harus diterima olehnya dan umat Islam di kota Makkah. Diantara kondisi saat itu akibat dari da’wah Rasulullah SAW secara terbuka;
1.      Tahun ketiga sampai keenam, umat Islam harus menerima kenyataan pahit, dimana ancaman, siksaan dan pembunuhan dilakukan oleh kafir Quraisy pada para sahabat Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW pun mendirikan tempat perkumpulan bagi umat Islam. Ia diberinama dengan ‘ al Arqam bin Abi al Arqam’. Tujuan dari pendiriannya, sebagai wadah umat Islam dalam melatih berfikir dan menyusun rencana untuk menghadapi keganasan kafir Quraisy. Selain itu, berdirinya ‘Bait al Arqam’ sebagai tempat penggemblengan ruh, keimanan, akhlak, dan politik, agar umat Islam dapat terbebas dari ancaman kafir Quraisy.
Ditengah penyiksaan dan ancaman yang semakin mengganas dari kafir Quraiys, Umar bin Khattap atas hidayah dari Allah SWT memeluk agama Islam. Lalu, diikuti oleh Hamzah. Oleh karena memeluknya dua orang yang sangat disegani dan ditakuti  oleh suku Quraisy, umat Islam mengalami perubahan. Mereka tidak lagi di siksa dan disakiti. Karena kafir Quraisy takut terhadap keduanya. Namun, mereka tidak berhenti untuk mencegah tersyiarnya agama Islam. Sehingga mereka merubah taktik dalam melawan umat Islam, yaitu melalui perdagangan, harta dan persamaan dalam hal kehidupan duniawi. 
2.      Tahun keenam sampai kesembilan, terjadianya pemboikotan besar-besar oleh kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW dan umat Islam. hal itu merupakan ujian terbesar untuk para sahabat, apakah mereka akan terus memperjuangkan agama Islam atau keluar darinya.
3.      Tahun kesembilan sampai sebelas, umat Islam, khususnya Rasulullah SAW ditinggal oleh dua orang yang sangat berjasa dalam melindungi, memberikan kasih sayang, dan menjaga beliay. Yaitu, wafatnya Abu Thalib dan Khadijah binti Khawailid. Oleh karena itu, Rasulullah SAW dengan Zaid bin Haritsah memutuskan untuk mencari perlindungan dan keamanan dari suku lain. karena beliau menganggap kota Makkah sudah tidak aman lagi untuknya. Beliaupun mencari perlindungan kepada penduduk Thaif dan kepada 26 suku lainnya. Namun, usaha itu sia-sia tidak membuahkan hasil. Mereka menolak agama Islam dan malah menyakiti hati Rasulullah SAW dengan melempari batu terhadapnya.
4.      Tahun kesembelas, kaum Anshar beriman kepada agama dan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW dan sanggup untuk melindungi serta menjaga beliau.
5.      Tahun kedua belas, selesailah ikatan janji yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap kaum Anshar. Hal itu ditandai dengan kedatangan 75 orang dari suku al Khazraj dan al Aus yang telah memeluk agama Islam. Mereka dibait ditanah al Aqabah secara besar-besaran atau dinamakan dengan ‘Baiat al Aqabatu al Kubra’. Setelah itu, keduanya sepakat untuk hijrah ke kota Madinah dan kaum Anshar menerima Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap urusan agama. Hingga kemudian hari negeri itu akan menjadi negeri Islam 
6.      Tahun ketiga belas, seluruh umat Islam termasuk Rasulullah SAW hijrah ke kota Madinah.
v  Perjalanan Rasulullah SAW di Makkah Dan Keadaan saat ini
            Ketahuilah, wahai saudaraku, ada beberapa hal perjalanan da’wah Rasulullah SAW di kota Makkah yang saat ini pun terjadi. Diantaranya;
1.      Diantara tugas Muhammad sebagai Rasulullah SAW adalah menegakan kedamaian, keamanan dan ketenteraman untuk seluruh umat manusia; kaya dan miskin memiliki hak yang sama, berpangkat dan tidak, guru atau buruh semuanya sama dihadapan Allah SWT. jika hal itu yang disyiarkan, niscaya perdamaian, keamanan dan ketentraaman akan dapat engkau rasakan. Sama halnya dengan para sahabat, mereka mengikuti jejak Rasulullah SAW agar dapat merasakan kedamaian dan ketenteraman jiwa.
Pada saat ini, adakah diantaramu yang tidak menginginkan kedamaian dan ketenteraman? Akal, hati dan apa saja tidak mungkin menolak untuk hidup damai dan tentram. Juga, hidup untuk dapat mencapai hal itu.
2.      Kesabaran, keteguhan hati, tidak pernah putus asa untuk mensyiarkan agama dan ajaran Allah SWT, dan berkorban dengan darah, harta, dan nyawa. Semua itu setiap hari dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW demi tegaknya agama Islam. Salah satu contoh sahabat yang berkorban dengan darah dan nyawanya adalah Bilal. 
Saat ini, jika engkau mengaku sebagai orang yang mencintai Rasulmu, sudahkah melakukan hal itu seperti yang dilakukan para sahabat? Berkorban dengan jiwa dan harta untuk tegaknya agama Islam dinegara atau sekitarmu?
3.      Melatih diri dan memiliki ilmu adalah salah satu cara jika engkau menginginkan kedamaian, kebangkitan agama Islam,  seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dengan para sahabatnya di ‘Daar al Arqam bin al Arqam.
Nah, sama halnya denganmu, jika menginginkan agama, negara dan kampung halamanmu bangki dan merasakan kedamaian. Milikilah dua sarana itu. Yaitu, melatih diri dan ilmu.
4.      Rencana yang jitu, taktik yang bagus, dan manajemen yang baik yang dipraktekkan Rasulullah SAW berasal dari nalurinya sebagai manusia, bukan wahyu dari Allah SWT. Mengapa? Karena wahyu turun bukanlah untuk merencanakan taktik, melainkan untuk mencari hukum. Juga, ia turun sebagai mu’jizat untuk menyakinkan hati bahwa hanya Allah SWT yang wajib untuk disembah.
Untuk itulah, jika engkau saat ini menghendaki adanya sebuah perubahan dalam negerimu terlebih lagi agamamu (Islam) maka buatlah rencana, dan manajemen yang baik. setelah itu, yakinlah bahwa Allah SWT akan membantumu, dengan syarat jadikan al Quran sebagai pedoman dalam setiap gerakan dan rencana yang akan engkau buat.
5.      Dalam kehidupan Rasulullah SAW, beliau tidak hanya berinteraksi dengan umat Islam saja. Namun, beliau melakukannya terhadap seluruh umat manusia. Muslim maupun non muslim.
Nah, hal itulah yang h arus engkau lakukan, demi kemajuan ilmu dan tekhnologi maka ikutilah apa yang dilakukan oleh dunia barat. Selama hal itu tidak memalingkan akidah dan tauhidmu.
6.      Tetapkanlah hati untuk selalu bersikap baik dan tidak arogansi, walau kedhaliman terus merajalela. Pernahkah engkau mendengar dalam sejarah Rasulullah SAW dan para sahabatnya menghancurkan berhala-berhala yang ada di kota Makkah, selain pada fathul Makkah? Atau pernahkah dalam sejarah Rasulullah SAW dan para sahabat berencana untuk membunuh Abu Jahal dan membakar rumah yang menjadi tempat berkumpulnya para pemuka Quraisy? Oleh karena itu, hendaknya engkau selalu menjaga keharmonisan hubungan  bermasyarakat. Tidak menghancurkan sesuatu yang tidak disenangi. Itupun jika engkau ingin mengikuti sikap dan perjalanan Rasulullah SAW disaat mensyiarkan agama dan ajaran Islam. Nah, saat inipun tidak diperkenankan engkau menghancurkan apalagi sampai membuat keributan didalam negeri sendiri hanya demi diterimanya kepentinganmu
7.      Didalam Islam, wanita memiliki peran yang sangat penting, dan terkadang melebihi peran dari seorang lelaki. Siapakah yang pertama kali memeluk agama Islam? Ia adalah seorang wanita yang bernama Khadijah binti Khawailid. Ia juga yang menemani Rasulullah SAW ketika I’tikaf di gua Hira. Wanita jugalah yang membuat Umar bin Khattab memeluk agama Islam ia adalah bernama Fatimah binti Al Khattab, saudari kandung Umar bin Khattab. Juga, wanitalah yang mengantarkan Rasulullah SAW dan Abu Bakar ke gua Tsur, ia bernama Asma’ binti Abu Bakar.
Saat ini, berikanlah hak kepada wanita sesuai dengan hak yang telah ditetapkan oleh Islam. Agar ia dapat mengembangkan diri untuk mensyiarkan agama dan ajaran Islam
8.      Para nabi dan rasul adalah manusia biasa, kelebihannya adalah ia sebagai utusan Allah SWT. Oleh karena itu, juga tidak selamanya rencana yang sudah matang ia pikirkan tidak terdapat kesalahan. Sama halnya dengan Rasulullah SAW, ketika beliau merencanakan untuk hijrah ke Madinah melalui arah utara dan bermalam di gua Tsur. Akhirnya diketahui oleh kafir Quraisy. pun, ketika beliau turun dan melanjutkan perjalanannya ke Madinah dari arah selamat, diketahui oleh Suraqah bin Malik.
Kesalahan bukan awal dari kehancuran. Sebaliknya, ia adalah awal dari keberhasilan. Mengapa? Karena kesalahan yang pernah terjadi dalam diri kita, akan menjadi pelajaran yang sangat berarti demi kemajuan dimasa yang akan datang. Hal itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. beliau selalu mempelajari setiap kesalahan yang pernah dilakukannya dalam menyusun siasat dan taktik. Pun, jika engkau ingin bangkit dan maju, setiap rencana yang sudah tersusun rapi pastilah akan terdapat kesalahan. Jangan pernah purus asa, karena kesalahan itu akan membuatmu berpikir untuk tidak tercebur pada kesalahan yang sama. Percobaan yang gagal akan memunculkan sebuah keyakinan baru untuk mencoba hal yang lain.
9.      Harapan dan cita-cita yang agung, yaitu, menegakan agama dan ajaran Islam. Sehingga dapat keluar dari kedhaliman. Hal itulah yang dilakukan Rasulullah SAW, karena harapan dan cita-citanya yang agung itu, beliau dapat keluar dari kedhaliman yang selama 13 tahun terkungkung didalamnya. Didalam kehidupan Rasulullah SAW ada dua gua yang sangat sempit yang menjadi puncak dari perjuangan da’wahnya.
1.      Gua Hira, dimana beliau mendapatkan wahyu, dan tempat itu menjadi saksi tanggung jawab yang dibebankan Rasulullah SAW
2.      Gua Tsur, dimana beliau menjadikannya tempat untuk berlindung, agar dapat keluar dari negerinya. Dan seterusnya mampu mensyiarkan agama Islam keseluruh pelosok negeri
Oleh karena itu, jangalah pernah putus asa untuk terus menegakan agama dan ajaran Islam, walau kedhaliman terus menghantui. Mengapa? Karena setiap kesulitan pastilah ada jalan keluarnya.
10.  Berserah diri kepada Allah SWT, hal itulah yang dikatakan Rasulullah SAW kepada Abu Bakar,” Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu bahwa Allah SWT adalah yang ketiga dari dua orang yang berkumpul?”
Saat ini, banyak orang yang memiliki strategi namun tidak berserah diri kepada Allah SWT. Sebaliknya, umat Islam sekarang ini selalu berserah diri kepada-Nya. Namun yang sangat disayangkan adalah mereka tidak memiliki strategi yang pas untuk menysiarkan agama dan ajaran Rasulullah SAW.
Berbeda dengan Rasulullah SAW, beliau memliki keduanya, strategi yang jitu dan berserah diri kepada Allah SWT. Keduanya jika digabungkan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Dan strategi akan dinilai sebagai ibadah bila disertai dengan berserah diri pada-Nya. karena tidak mungkin Islam akan tersebar, jika engkau tidak berbuat sesuatu yang menyebabkan ia tersebar.
11.  Sepanjang perjalanan Rasulullah SAW di kota Makkah. Pun, da’wah yang beliau lakukan. Terlihat jelas, beliau mengajarkan  beberapa akhlak yang dalam ajaran Islam; kejujuran, bertanggungjawab, menepati janji, profesional, dan bersikap adil.
Wahai saudaraku, hendaknya engkau mampu mewujudkan dasar dari ajaran Islam, jika menghendaki kemajuan. Selanjutnya bergeraklah sesuai dengan yang direncakan olehmu.
12.   Ada satu hal yang sangat penting, dan perlu untuk diketahui. Yaitu, penolakan penduduk Makkah atau suku Quraisy terhadap agama Islam. Penolakan tersebut bukan karena mereka tidak menerima agama dan ajaran Islam. Akan tetapi, lebih kepada kepentingan individu dalam hal kehormatan dan harta kekayaan. Mengapa? Karena kekayaan dan pangkat akan menjadikan mereka lebih terhormat dan dimuliakan. Berbeda dengan ajaran Islam yang harus mengasihani fakir dan miskin. Juga, tingkatan derajat manusia tidak bisa diukur dari harta dan pangkat. Namun, dari ketakwaan mereka kepada Allah SWT. Oleh karena itu, engkau harus berhati-hati, jangan sampai mendahulukan kepentinganmu diatas kepentingan orang lain.
v  Rasulullah SAW sampai di Kota Madinah
            Wahai saudaraku, kisah perjalanan sejarah Rasulullah SAW di kota Makkah telah berakhir. Dan diganti dengan kisah perjalanan beliau di kota Madinah. Setelah Rasulullah SAW berangkat dari kota Makkah sehabis shalat subuh, lalu menetap selama beberapa hari di gua Tsur, barulah beliau melanjutkan perjalanannya ke kota Madinah. Beliau membangun kota Madinah selama 10 tahun, yang dihitung dari awal hijrah hingga hari wafatnya. Nah, kisahnya di kota Madinah bisa dikatakan sebagai ‘Pembangunan sebuah negara’. Tahukah engkau, mengapa dikatakan dengan negara?
            Mungkin tersebersit dalam benakmu, apakah setelah Rasulullah SAW tiba di kota Madinah masih ada umat islam di kota Makkah? Jawabannya adalah ‘Iya’. Akan tetapi kondisi dan keadaan umat Islam di kota Makkah sangat memperihatikan. mengapa mereka tidak hijrah? Karena kafir Quraisya mencegah dan melarang mereka. Tidak hanya umat Islam yang merasakan hal itu, termasuk juga keturunan Bani Hasyim dan al Abbas yang mencintai Rasulullah SAW.
            Ketegangan antara kafir Quraisy dengan Rasulullah SAW dan umat Islam pun berlanjut, walau beliau telah hijrah ke kota Madinah. Oleh karena itu, tidak dapat terelakkan lagi peperangan antara dua kubu meledak. Walaupun demikian keadaannya, Rasulullah SAW tidak pernah memanfaatkan umat Islam yang ada di kota Makkah, maupun keturunan Bani Hasyim dan al Abbas untuk melawan kafir Quraisy dari dalam. Mengapa? Karena Rasulullah SAW memahami dan menghargai kehormatan juga kemuliaan dari kehidupan masyarakat. Beliau menghargai betul setiap hak yang harus diberikan oleh penduduk dengan penduduk lainnya. 
            Ketahuilah, wahai saudaraku, umat Islam yang ada di kota Makkah pun tidak ikut berperang melawan kafir Quraisy. Sebaliknya, disaat perang Badar berkecamuk antara kaum Muhajirin dan Anshar melawan kafir Quraisy, umat Islam yang masih menetap di kota Makkah. Juga, keturunan dari Bani Hasyim dan al Abbas ikut berperang membantu kafir Quraisy. mengapa mereka melakukan hal itu? Karena mempertahankan negaranya dan di paksa oleh kafi Quraisy untuk ikut berperang. Lalu, bagaimanakah Rasulullah SAW mensikapi hal ini ketika dalam medan peperangan?
            Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk tidak membunuh umat Islam, keturunan Bani Hasyim dan al Abbas yang ikut berperang membantu kafir Quraisy. Beliau bersabada,” Wahai sahabatku, siapa saja diantara kalian yang berjumpa dengan kerutunan al Abbas di dalam medan perang. Maka janganlah kalian bunuh, karena mereka melakukan hal itu dipaksa oleh kafir Quraisy. Sabdanya ini sengaja diutarakan kepada sahabatnya, karena belaiu mengetahui watak dan perangai kafir Quraisy yang menghendaki peperangan terjadi antara umat Islam dengan umat Islam.
            Sama halnya dengan sikap yang dilakukan Rasulullah SAW di kota Madinah. Dimana beliau memberikan hak dan kewajiban kepada Yahudi sama dengan hak dan kewajiban yang harus diberikannya kepada umat Islam. Namun, mengapa Rasulullah SAW pernah memerangi kaum Yahudi? Karena Yahudi saat itu tidak menghargai hubungan sosialnya dengan masyarakat. Peperangan itu terjadi ketika Yahudi sering kali ingkar janji, berhianat dan tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu, peperangan tersebut terjadi bukan karena Rasulullah SAW balas dendam, marah dan benci.
            Harta kekayaan, kehormatan dan kemuliaan suatu negara adalah sesuatu yang harus dijaga. Atau dengan istilah lain dengan hak dan kewajiban negara. Yang kemungkinan engkau baru mendengarnya. Namun, ternyata hal itu bukanlah sesuatu yang aneh dan baru. Mengapa? Karena 1400 tahun silam sudah terjadi. Yaitu, zaman rasulullah SAW. Untuk itu, wahai saudaraku, jika engkau membenci dan tidak menyukai barat, maka tetaplah bersikap seperti Rasulullah SAW yang menjaga dan memenuhi hak dan kewajiban penduduknya.
            Tibalah Rasulullah SAW dan Abu Bakar di negeri yang bernama ‘Quba’. Ia berjarak kurang lebih 10 KM dari masjid Nabawi. Beliau tidak langsung menuju kota Madinah, namun singgah terlebih dahulu di negeri Quba. Penduduk Quba menerima Rasulullah SAW dengan perasaan haru dan riang gembira. Karena dapat menerima Rasulullah SAW merupakan kemuliaan dan kehormatan yang tidak akan pernah dirasakan oleh orang lain.
            Rasulullah SAW dan Abu Bakar pun tinggal selama empat hari dengan penduduk Quba. Mendengar Rasulullah SAW telah tiba di Quba, penduduk Madinah mempersiapkan sesuatu untuk menerima kedatangan seorang pimpinan umat dan makhluk. Yaitu, Rasulullah SAW.
            Tahukah engkau, wahai saudaraku, berapa lama perjalanan Rasulullah SAW dari kota Makkah ke Madinah? Rasulullah SAW dan Abu Bakar berjalan selama 14 hari; tiga hari di gua Tsur, dan 11 hari perjalanan dari Makkah sampai ke negeri Quba. Beliau tiba di Quba pada hari senin. Selama empat hari di Quba, Rasulullah SAW memerintahkan penduduk Quba untuk membangun sebuah Masjid, dimana ia adalah Masjid pertama didalam sejarah Islam. Beliaupun ikut membantu dan membawa setiap kebutuhan Masjid, walau lelah dan letih sehabis perjalan jauh, tidak menjadi kendala baginya untuk membantu penduduk dalam membangun Masjid. Karena beliau ingin memperoleh pahala sebanyak-banyaknya dari Allah SWT.
            Subahanallah, memang Rasulullah SAW adalah seorang teladan yang harus engkau jadikan figur. Mengapa? Karena beliau tidak hanya memerintahkan kepada penduduk Quba dan sekitarnya untuk melaksanakan shalat dua rakaat di masjid Quba. Beliau juga ikut melaksanakan hal itu. Dalam sebuah riwayat, setiap hari dalam satu minggu, Rasulullah SAW menyempatkan waktu melaksanakan shalat dua rakaat di masjid Quba. Ia berjalan kaki dari Masjid Nabawi menuju Masji Quba. Sebagai mana sabadanya.
مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ فَصَلَّى فِيْهِ صَلَاةً كاَنَ لَهُ كَأَجْرٍ عُمْرَةَ (رواه ابن ماجة)
Barang siapa yang bersuci dirumahnya, lalu ia datang kemasjid Quba dan melaksanakan shalat dua rakaat didalamnya. Maka ia akan mendapatkan pahala, seperti pahala menunaikan umrah. (HR. Ibnu Majah)
            Setelah Rasulullah SAW dan penduduk Quba selesai membangun Masjid, turunlah firman Allah SWT.
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ (١٠٨)
Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. at Taubah[9]:108)
            Ketahuilah, wahai saudaraku, ketika Rasulullah SAW berada di Quba selama empat hari. Beliau melihat ada seorang lelaki yang kelihatan sangat letih dan lemah. Ia berjalan kaki, karena tidak memiliki harta atau kendaraan. Ia adalah Ali RA, cape yang ia rasakan karena telah habis menempuh perjalanan sejauh 500 KM dari kota Makkah. Ia saat itu baru berusia 23 tahun
            Setelah Rasulullah SAW berpamitan dengan Ali yang hendak hijrah ke Madinah, ternyata tidak lama setelah itu Ali pun berangkat ke Madinah menyusul Rasulullah SAW. Sandal yang dipergunakannya telah terputus, kakinya sudah tidak mampu lagi menahan badan yang penuh dengan keringat. Sebelum akhirnya ia di rangkul Rasulullah SAW dan tertahan hingga tidak jatuh ke tanah. Rasulullah SAW terhenyut dan terharu hatinya melihat Ali RA. Mengapa? Karena Ali ada salah satu orang yang memeluk agama Islam pertama kali, padahal usianya saat itu masih 10 tahun. Oleh karena itu, ketika Ali di baiat oleh Rasulullah SAW, kafir Quraisy pun mentertawakannya. Karena Muhammad  telah membaiat anak kecil yang belum mengetahui apa-apa. Juga, Ali RA. Yang menggantikan posisi Rasulullah SAW disaat beliau hendak hijrah dan pemuda kafir Quraisy telah mengepungnya.
            Tidak hanya Ali RA yang dijumpai oleh Rasulullah SAW pada saat beliau menetap 4 hari dinegeri Quba. Zubair bin al Awwam yang usianya baru 11 tahun pun menyusul Rasulullah SAW ke kota Madinah. Rasulullah SAW yang mengetahui lelah dan letihnya menempuh perjalan dengan jalan kaki dari Makkah ke kota Madinah merasa haru melihat kegigihan Zubair. Oleh karena itu, Zubair diberi beri baju berwarna putih oleh Abu Bakar untuk dikenakan ketika hendak menuju kota Madinah.
            Penduduk Madinah yang sudah menantikan kedatangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya, sudah tidak sabar untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW. Hal itu terbukti dari sikap penduduk Madinah yang selalu keluar diwaktu Dhuha sampai hari sudah petang. Mereka melakukan itu selama empat hari berturut-turut. Mengapa? Karena mendengar Rasulullah SAW telah tiba di negeri Quba, namun belum mengetahui kapan beliau akan menuju Madinah. pada hari kelima, tepatnya hari Jum’at. Mereka kembali ketempat yang biasa di pergunakan untuk menunggu kedatangan Rasulullah SAW. Penantian di hari kelima tidak selama empat hari sebelumnya, mereka pulang menuju ke rumah masing-masing.
            Akhirnya pujaan hati dan kekasih Allah SWT pun tiba di kota Madinah, hal itu diketahui oleh salah seorang Yahudi yang menaiki pohon kurma. Dan melihat Rasulullah SAW dengan ketiga sahabatnya. Mereka adalah, Abu Bakkar Sidiq, Ali bin Abu Thalib, dan Zubair bin Awwam. Yahudi yang sudah memastikan bahwa keempat orang yang datang itu adalah Rasulullah SAW segera berteriak dan berkata,” Wahai penduduk arab, orang yang akan membawa keberuntungan dan telah membuat kalian bahagia karenanya telah tiba ke kota Madinah.”
            Teriakan  lelaki Yahudi membuat penduduk Madinah gempar, dan segera menyambut kedatangan Rasulullah SAW. Kebahagiaan penduduk Madinah saat itu, pernah digambarkan oleh Anas bin Malik,” Seketika kota Madinah menjadi lautan takbir dan tahlil yang datang dari setiap penjuru kota. Semua pintu rumah terbuka. Lelaki, wanita dan anak-anak berhamburan keluar rumah. Air mata haru yang diiringi dengan tawa kegembiraan sudah menjadi satu. Pada saat itu adalah hari yang agung dalam sejarah kota Madinah.”
            Masih gambaran kota Madinah saat itu, Anas berkata,” Rasulullah SAW dan ketiga sahabatnya memasuki kota Madinah pada hari senin. Maka pada hari itu seluruh penghuni Madinah merasakan cahaya penerang. Dan pada hari senin juga Rasulullah SAW wafat. Sehingga membuat penduduk Madinah saat itu merasakan kegelapan.”
            Seluruh penduduk Makkah berhamburan keluar rumah, mereka menyambut kedatangan Rasulullah SAW. Diantara mereka ada yang mengenal dan ada yang tidak mengenal rasulullah SAW. Oleh karena itu, yang tidak mengenalnya memegang tali kekang unta yang ditunggai Abu Bakar. Mengapa? Karena mereka mengira Abu Bakar adalah Rasulullah SAW. Hal itu diketahui oleh Abu Bakar, ia lepaskan sorban yang mengikat kepadanya, lalu ia menunjuk dan memberikan isyarat kepada penduduk Madinah yang memegang tali kekang untanya bahwa ia bukanlah Rasulullah SAW dengan menunjuk bahwa yang sidamping tulah rasulullah SAW.
            Pada saat itu juga, seluruh penduduk Madinah, baik yang diluar maupun yang didalam berteriak seraya mengumandangkan syair yang sampai saat ini sangat dikenal.
َطلَعَ        البَدْرُ     عَليَنْاَ                   مِنْ   ثَنِيَّةِ      الْوَداَعِ
وَجَبَتْ      الشُّكْرَ   عَلَيْنَا                   مَا دَعَا    لِلَّهِ     دَاعٍ
أَيُّهَا     المَبْعوُثُ      فِيْنَا                   جِئْتَ  بِالْأَمْرِ  المُطِاعِ
جِئْتَ    شَرَفَتِ المَدِيْنَة                      مَرْحَبًا   يَا خَيْرَ  دَاعٍ
Telah terbit pada kita cahaya bulan purnama
Dari arah wada (nama tempat masuknya Rasulullah SAW ke Madinah)
Puji syukur haruslah selalu kita haturkan kepada-Nya
Karena ia membawa perintah dari-Nya
Wahai hamba yang menjadi utusan kami
Engkau datang dengan perintah yang akan kami taati
Engkau datang menyinari kota Madinah
Selamat datang wahai sebaik-baik penda’wah
            Wahai saudaraku, kegembiaraan penduduk kota Madinah tidak dapat dilukiskan dengan sebuah ungkapan. Kegembiraan karena hadirnya seorang hamba yang akan menunjukkan jalan untuk menggapai keridhaan ilahi. Beliau datang untuk menunjukkan jalan menuju surga. Beliau datang sebagai simbol perdamaian dan persamaan hak asasi manusia. Beliau datang sebagai nabi terakhir, dan sebagai pemberi syafaat. Karena itulah, penduduk Madinah menerima Rasulullah SAW dengan nyanyian dan syair. Mereka tidak menyambutnya dengan membaca al Quran. Akan tetapi Rasulullah SAW tidak melarang dan menolaknya. 
            Oleh karena itu, kesenian dan budaya adalah jembatan untuk memajukan sebuah peradaban. Selama hal itu tidak melanggar norma agama. Islam adalah agama yang sangat toleril, ia tidak sesempit yang banyak diperkirakan orang lain. Islam tidak melarang kesenian jika bertujuan untuk membangkitan dan mensyiarkan agama Islam.
            Nyanyian atau syair untuk menyambut kedatangan Rasulullah SAW diciptakan ketika mereka sudah mengetahui beliau berada di negeri Quba. Hal itu dapat diketahui dari kalimat “ Min Tsaniyati al Wada’I” yang artinya suatu tempat dimana Rasulullah SAW memasukinya. Karena tidak semua orang mengetahui secara pasti dari arah mana Rasulullah SAW akan datang ke kota Madinah.
            Rasulullah SAW pun memasuki kota Madinah. Para penduduk berhamburan menyambut kedatangan beliau. Hampir seluruh penduduk memegangi tali kekang unta yang ditungganginya, dengan harapan beliau mau singgah di tempat kediaman mereka. Rasulullah SAW mengetahui bahwa penduduk Madinah menghendakinya untuk singgah. Namun, dengan kelembutan dan pengalaman yang beliau miliki, dan tidak ingin penolakannya membuat penduduk Madinah kesal dan marah. Beliau bersabda.” Wahai penduduk Madinah, biarkanlah unta ini berjalan sesuai dengan yang dikehendakinya.”
            Perkataan beliau tidak membuat penduduk Madinah tersinggung dan marah. Oleh karena itu, mereka melepaskannya dan membiarkan unta tersebut singgah sesuai dengan yang dikehendakinya, dan para penduduk mengiringi Rasulullah SAW. Unta menuju Masjid Nabawi dan berhenti di perkarangannya.
            Rasulullah SAW memberi isyarat kepada unta agar ia terus melangkah. Lalu unta yang ditungganinyapun melanjutkan langkahnya. Setelah tiba disuatu tempat, rasulullah SAW turun dan berkata,” Wahai unta, inilah tempatnya.”
            Hikmah dari apa yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap untanya, karena tempat tersebut merupakan perumahan yang dihuni oleh kabilah dari keturunan Bani Najjar. Mereka adalah paman dan bibi Rasulullah SAW dari orang tuanya. oleh karena itu, dengan turunnya beliau di tanah itu, menunjukkan betapa pentingnya hubungan silaturahim. Karena silaturahim menempati tempat yang sangat mulia dihadapan Allah SWT.
            Tahukah engkau, wahai saudaraku, kalimat pertama yang keluar dari lisan Rasulullah SAW setibanya di kota Madinah? Beliau bersabada
  أَيَّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمُ, وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ, وَصَلُّوا الاَْرْحَامَ, وَصَلُّوا بِالَّليْلِ وَالنّاسُ نِيَامِ تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِالسَّلاَمِ
Wahai segenap manusia, sebarkanlah salam (perdamaian), berilah makanan, pererat hubungan silaturahim, dan shalatlah pada malam hari, disaat seluruh manusia sedang terlelap. Jika melakukan itu, kalian akan memasuki surga dengan selamat.”
            Wahai saudaraku, sebelum Rasulullah SAW datang, dua suku terbesar di kota Madinah. yaitu, al Khazraj dan al Aus selalu bertikai. Tidak sedikit akibat pertikaian tersebut kedua suku mengalami berbagai macam kerugian dan kerusakan. Dan banyaknya dari kedua suku yang terbunuh. Oleh karena itu, keduanya saling membenci satu dengan yang lainnya. Terlebih lagi ada sekelompok orang Yahudi  yang menganut agama lain saling mengadu domba, sehingga pertikaian antara kedua suku semakin menjadi. Terang saja kondisi yang seperti itu akan membuat umat Islam yang fakir miskin dan memiliki anak tidak akan dapat perlindungan.
            Oleh sebab itulah, pertama kali yang disabdakan Rasulullah SAW seputar permasalahan yang terjadi di kota Madinah. Seperti sabdanya,” Sebarkanlah salam (perdamaian) kalimat ini adalah sebuah perintah darinya untuk menghentikan peperangan antara dua suku al Khazraj dan al Aus. “ Berilah Makanan” perintah ini agar mereka saling memberi kebutuhan pada kaum muhajirin. Karena merekapun membutuhkan asupan makanan, agar mereka memiliki kekuatan.
            Rasulullah SAW pun memerintahkan seluruh umat Islam, khususnya penduduk Madinah saat itu untuk “ Bersilaturahiim”. Perintah ini ditujukan kepada suku al Khazraj dan al Aus, agar keduanya memperbaiki hubungan dengan mempererat hubungan silaturahiim. Selain ketiga perintah tersebut, ada satu perintah yang sangat penting. Yaitu, Shalatlah dikala seluruh manusia sedang tertidur. Kalimat ini, sebagai isyarat bahwa seluruh manusia pastilah membutuhkan siraman rahani dan penyejuk jiwa. Nah, shalat malam adalah salah satu cara untuk mendapatkannya.
            Wahai saudaraku, pastilah engkau ingin masuk kedalam surga Allah SWT. Karena tidak ada satupun umat Islam yang tidak ingin memasukinya. Sebenarnya ingin menjadi penghuni sangatlah mudah. Dengan syarat ikutilah apa yang telah disabdakan Rasulullah SAW; sebarkanlah salam (perdamaian), berilah makanan, pererat hubungan silaturahim, dan shalatlah pada malam hari, disaat seluruh manusia sedang terlelap. Keempat perintah tersebut, jika engkau lakukan dan wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya akan mendapatkan apa yang engkau impikan selama ini. Yaitu, memasuki surga dengan selamat. Sebagaimana jaminan Rasulullah SAW terhadap orang yang mau mengerjakan ke empat perintahnya tersebut. nah, jika engkau tertarik dapat memasuki surga dengan selamat. Maka, segeralah mengerjakan perintah Rasulullah SAW.
            Sabda pertama Rasulullah SAW sungguh luar biasa, dihari pertamanya menginjakan kota Madinah sebagai Rasul. Beliau telah mengucapkan sebuah kalimat yang mencakup seluruh kondisi dan keadaan kota Madinah saat itu; politik, sosial dan agama. Mengapa beliau tidak hanya menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan agama? Karena Rasulullah SAW di utus tidak hanya sebagai nabi. Beliau akan menjadi seorang lelaki yang memimpin negara, sehingga perlu ilmu untuk mengatur sebuah negara. Juga, beliau akan menjadi ahli hukum, dan menjaga kemashlahatan masyarakat dan rakyat kota Madinah.
            Hal ini lah yang tidak banyak dipahami oleh orang barat dalam mengemukakan pandangannya tentang perpolitikan Rasulullah SAW. Padahal, jika mau dikaji beliau adalah seorang nabi sekaligus politikus yang jujur dan tidak pernah ada keinginan untuk menumbangkan lawan politiknya. Seperti Yahudi, Nasrani dan orang-orang munafik. Berbeda dengan keadaan politik saat ini, yang selalu berusaha menumbangkan lawan politiknya. Juga, melakukan perpolitikan yang tidak jujur.
            Masih pada sabda yang pertama ia kemukakan setibanya di kota Madinah. Sabda tersebut adalah karakter dan sifat yang dimiliki Rasulullah SAW. Beliau adalah orang yang sangat menyukai perdamaian. Salah satu bukti akan hal itu, tidak pernah terbersit dalam hatinya untuk melakukan balas dendam pada kafir Quraisy, karena telah menyakiti dan berusaha untuk membunuhnya. Juga, beliau selalu memberi makanan kepada siapa saja yang membutuhkan. Rasulullah SAW tidak pernah pandang bulu dalam menafkahkan hartanya.
            Wahai saudaraku, ajarannya tentang silaturahim tidak hanya menjadi perintah untuk umatnya. mengapa? Karena beliaupun adalah orang yang sangat menyukai silaturahim. Beliau suka mengunjungi Abu Lahab, padahal ia adalah seorang paman yang sangat membenci keponakannya. Yaitu, Rasulullah SAW. Beliau juga orang yang tidak pernah meninggalkan shalat malam. Oleh karena itu, sabda beliau sangat cocok dengan sifat yang pernah Khadijah utarakan, pada saat beliau menerima wahyu yang pertama. Yaitu,” “Demi Allah, tidak akan pernah Dia menghinakan dirimu, karena engkau adalah manusia yang selalu menyambung silaturahim, memikul kesusahan umatmu, selalu mendahulukan yang lebih kekal, memuliakan tamu, dan engkau dipilih sebagai wakil dari kebenaran.”
            Wahai saudaraku, Rasulullah SAW telah bersabda sesuai dengan kondisi dan keadaan penduduk Madinah. Sabda beliau sekaligus menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi engkau yang ingin berda’wah. Jangan hanya terkungkung dengan da’wah dalam hal agama. Lebih dari itu, sebarkanlah ekonomi, politik, dan lain sebagainya yang sesuai dengan ajaran Islam. Mengapa? Karena semua itu adalah ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.
            Setelah Rasulullah SAW turun dari unta yang ditungganginya. Beliau berdiri disamping lelaki yang dikenal dengan panggilan Abu Ayyub al Anshari. Ia adalah orang yang memindahkan barang bawaan Rasulullah SAW dari unta, lalu ia letakan ditempat kediamannya. Hal itu ia lakukan setelah Rasulullah SAW menyelesaikan khutbahnya.
            Penduduk Madinah yang sedari awal mengikuti Rasulullah SAW pun meminta beliau untuk menginap dirumah mereka. Rasulullah SAW tidak ingin membuat penduduk Madinah kesal. Oleh karena itu, seraya melangkahkan kaki ke unta yang ditungganginya, beliau bertanya tentang barang-barang yang sudah tidak ada di tempat semula. Hal itu beliau lakukan demi menjaga persaaan penduduk Madinah.
            Pertanyaan itu pun dijawab oleh Abu Ayyub al Anshari bahwa barang-barang itu telah dibawa olehnya. Setelah ia selesai menyampaina hal itu kepada Rasulullah SAW, beliau berkata,” Wahai penduduk Madinah, barang bawaan ku sudah diletakkan dirumah Abu Ayyub, sehingga aku tidak mungkin mengambil dan membawanya kembali.” Ungkapan ini, membuat penduduk Madinah memahami dan memaklumi bahwa tidak mungkin Rasulullah SAW mengambil dan membawa barangnya yang sudah diletakkan dirumah Abu Ayyub. Sejak itulah Rasulullah SAW menempati rumah Abu Ayyub al Anshari selama satu hampir satu bulan.
v  Perasaan dan cara Rasulullah SAW berinteraksi
            Wahai saudaraku, simak dan perhatikanlah sifat kelembutan yang dimiliki Rasulullah SAW. Juga, cara beliau berinteraksi dengan masyarakat.
            Setelah Abu Ayyub memberitahukan tentang barang bawaan Rasulullah SAW sudah berada di dalam rumahnya. Rasulpun menolak dengan sangat halus penduduk Madinah yang menghendaki beliau tinggal dirumah mereka. melihat para penduduk Madinah sudah kembali kerumah masing-masing, Rasulullah SAW pun memasuki rumah Abu Ayyub al Anshari.
            Tempat kediaman Abu Ayyub saat itu memiliki dua lantai. Oleh karena itu, Abu Ayyub meminta agar Rasulullah SAW menempati ruangan yang ada ditingkat pertama. Rasulullah SAW heran melihat pernyataan itu, lalu beliau bertanya,” Wahai Abu Ayyub, mengapa engkau memerintahkan aku untuk menempati ruangan yang ada ditingkat pertama?” Abu Ayyub menjawab,” Wahai Rasulullah, kami tidak sanggup dan tidak mungkin kaki kami berada di atas kepalamu.”
            Rasulullah SAW pun menolak untuk tinggal diatas, namun hal itu beliau utarakan dengan sangat halus. Sehingga tidak membuat Abu Ayyub tersinggung. Beliau berkata,” Wahai Abu Ayyub, banyak orang yang akan mengunjungiku, dan mereka pastinya akan malu jika harus berhadapan dengan isteri dan keluargamu. Untuk itu, izinkan aku menempati ruangan yang dibawah ini.” Abu Ayyub mengizinkan Rasulullah SAW untuk menempati ruangan dibawah. Sedangkan mereka berada di tingkat pertama.
            Karena takut istirahat Rasulullah SAW terganggu oleh langkah kaki. Keluarga Abu Ayyub pun selalu melangkah dengan hati-hati, sehingga sedikitpun tidak mengeluarkan suara dari langkah kakinya. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, ketika isteri Abu Ayyub membawa sebuah gelas yang berisikan air, air itupun tumpah dan membasahi tanah dari atas hingga bawah. Isteri Abu Ayyub takut akibat dari tumpahan itu mengganggu istirahat Rasulullah SAW. Oleh karena itu, ia berusaha mencari kain lap untuk membersihkan air tumpahan tersebut, akan tetapi yang ada adalah kain selimut. Akhirnya iapun membersihkan air tersebut dengan selimut.
            Lalu, bagaimana jika Rasulullah SAW hendak makan. Keluarga Abu Ayyub al Anshari menyiapkannya dan mereka berkumpul dengan Rasulullah SAW untuk menyantap makanan itu bersama. Namun, tidak selamanya keluarga Abu Ayyub yang menyediakan hidangan. Mengapa? Karena sesekali Rasulullah SAW pun menyiapkan hidangan  untuk keluarga Abu Ayyub. Setelah mereka menyelesaikan makan bersama, biasanya Rasulullah SAW membersihkan makanan yang tersisa dijari-jari beliau dengan mulutnya. Dengan berharap dari sisa makanan yang berada di jari itulah yang mengandung keberkahan.
            Suatu hari, piring yang berisikan makanan dan biasa dihidangkan untuk Rasulullah SAW tidak beliau makan. Pun, jari-jari tidak dibersihkan seperti biasanya. Melihat hal itu Abu Ayyub heran dan kaget, ia khawatir makanan yang dihidangkan tidak menggugah selera Rasulullah SAW. Oleh karena itu, ia bertanya,” Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memakanan hidangan ini, apakah karena makanan ini tidak menggugah seleramu?” Rasulullah SAW menjawab,” Wahai Abu Ayyub, sungguh makanan ini sangat nikmat. Namun, makanan itu bercampur dengan bawah putih. Sedangkan aku adalah lelaki yang selalu bermunajat kepada Allah SWT, dan para malaikat selalu mendatangiku. Oleh karena itu, aku tidak ingin menyakiti mereka karena bau yang keluar dari mulutku.”
v  Masyarakat Madani
            Ketahuilah, wahai saudaraku, setelah Rasulullah SAW hijrah ke kota Madinah, berubahlah seluruh sendi kehidupan masyarakat kota itu. Namun, dibalik perubahan itu, banyak sekali masalah yang harus diselesaikan. Diantaranya;
1.      Ada beberapa hal yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Yaitu yang terjadi pada kaum Muhajiriin, mereka hijrah ke kota Madinah tidak ada satupun harta benda yang dibawa olehnya; mereka meninggalkan tanah kelahirannya, hartanya, pangkatnya, dan kehormatan yang ia miliki di Makkah. Hijrah ke Madinah hanya memunyai niat untuk menegakan agama dan ajaran Islam, mereka tidak membawa harta sedikitpun. Mereka asing dan merasakan kesendirian, padahal penduduk jazirah Arabia saat itu tidak pernah dapat menyesuaikan diri dengan negeri asing dan tidak pernah meninggalkan negerinya untuk kemudian menetap disuatu tempat.
2.      Kondisi dan keadaan kota Madinah sangat berbeda dengan Makkah. Perbedaan yang terjadi sangat jauh. Mengapa? Karena Makkah adalah negeri perniagaan. Dimana seluruh penduduknya mendapatkan penghasilan dari berdangan. Sedangkan kota Madinah, penduduknya lebih banyak bertani dan becocok tanam. Oleh karena itu, butuh beberapa tahun kaum Muhajiriin mempelajari cara becocok tanam, sehingga menghasilkan hasil pertanian yang bagus dan berkualitas.
3.      Semakin bertambahnya jumlah kaum Muhajir yang ikut bercocok tanam, agar perekonomian mereka terus berjalan
4.      Berbeda adat istiadat antara kota Madinah dan Makkah. Kebiasaan di kota Madinah, wanita atau isteri ikut bertani dengan suaminya. Juga, isteri boleh menentukan sebuah keputusan jika diminta oleh suaminya. Tentunya adat kebiasaan ini sangat berbeda dengan kota Makkah, dimana seorang isteri hanya menetap dirumah. Dan suami yang mencari nafkah dengan melakukan perniagaan. Juga, seorang isteri tidak diperkenankan memutuskan sesauatu. Oleh karena itu, terjadi banyak perbedaan antara dua. Kaum anshar dan muhajiriin, dalam menentukan sikap perempuan dalam rumah.
5.      Tertimpa wabah penyakit dan malaria di kota Madinah, dan membahayakan para penduduknya. Wabah penyakit itu kian meluas, sehingga banyak diantara sahabat yang terkena wabah tersebut. Salah seorang sahabat yang terkena wabah tersebut adalah Abu Bakar ash Shiddiq. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menengadahkan tangannya kelangit seraya memanjatkan doa,” Wahai Tuhanku, engkau jadikan kami mencintai kota Madinah, seperti kami mencintai Makkah. Oleh karena itu, berilah kesehatan kepada penduduk Madinah, berkahilah setiap jengkal tanahnya,dan pindahkanlah setiap hawa panas yang menerpa penduduknya. Wahai Tuhanku, gantilah semua itu dengan terpaan angin yang menyejukkan.” (HR. Bukhari)
6.      Tidak terjadi lagi pertikaian dan perdebatan antara kaum al Khazraj dan al Aus. Sejak Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, kedua kaum tersebut saling berbagi dalam harta dan tidak lagi berperang hanya demi memperebutkan kehormatan. Namun, orang-orang musyirk dikota Madinah tetap pada pendirinya, mereka kufur dan tidak mentaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Juga, pada saat Rasulullah SAW memimpin kota Madinah, muncul kekuatan baru, yaitu sekumpulan orang-orang munafik.  
Perkumpulan dari kaum munafik bertujuan untuk menghancurkan dan menghembuskan fitnah diantara kaum anshar dan muhajirin. Juga, untuk memusuhi Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Perkumpulan ini diketuai oleh Abdullah bin Ubay bin Ibnu Salul dimana ia mengira, jika Rasulullah SAW tidak hijrah ke kota Madinah, ia lah yang akan menjadi raja kota Madinah yang akan diangkat oleh penduduk Madinah pada hari kedatangan Rasulullah SAW. Namun, kedatangan Rasulullah SAW membuat rencana itu dibatalkan dan penduduk Makkah lebih menyukai Rasulullah SAW sebagai peimpinannya. Nah, itulah yang menyebabkan Abdullah bin Ubay bin Ibnu Salul sangat membenci Rasulullah SAW dan umat Islam
7.      Kekayaan dan ekonomi saat itu dikuasai oleh kelompok Yahudi, dimana ia memiliki perdagangan biji-bijian untuk bibit tanaman, khamer, pakaian, dan air untuk minum. Oleh karena itu, kelompok Yahudi ini menganggap merekalah yang lebih memiliki keistimewaan. Karena menganut agama samawi (agama dari Allah). walaupun, didalam kitab suci mereka, yaitu,  Taurat, menceritakan tentang kedatangan nabi terakhir. Diaman nabi terakhir itu adalah Rasulullah SAW. namun, karena Rasulullah SAW bukanlah dari golongan Yahudi, merekapun marah dan sangat membenci Rasulullah SAW dan para pengikutnya.
Wahai saudaraku, akhirnya Rasulullah SAW pun di baiat untuk menjadi pemimpin kota Madinah. Dalam dua tahun pertama beliau menjadi pimpinan, ada tiga hal yang paling diutamakan olehnya. Diantaranya;
1.      Membangun sebuah Masjid, dengan tujuan agar terciptanya kesatuan dan persatuan diantara umat Islam terhadap perbedaan yang terjadi terhadap kaum anshar dan muhajir.
Ketahuilah, wahai saudaraku, Masjid adalah sebuah tempat yang tidak hanya dijadikan sebagai tempat shalat. namun, perannya lebih luas dari itu. Ia sebagai tempat belajar, untuk bermusyawarah, dan adanya mimbar untuk menyampaikan berbagaimacam informasi. Hadits yang menjelaskan hal itu banyak sekali, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, tentang fungsi sebuah masjid.
مَا اِجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ, وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ, إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ, وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ, وَحَفَّتْهُمُ المَلَائِكَةُ, وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُمْ
Suatu kaum yang berkumpul di rumah Allah, lalu ia membaca al Quran, dan ia mempelajarinya. Niscaya akan diturunkan kepadanya ketenangan jiwa, selalu dinaungi oleh rahmat-Nya, dikelilingi pra malaikat, dan Allah SWT akan selalu mengingatnya. (HR. Muslim)
            Hadits di atas adalah bukti bahwa masjid dapat dijadikan apa saja selama untuk kepentingan da’wah. Setiap hadits yang berhubungan dengan mempererat tali persaudaraan maupun yang membicarakan tentang keutamaan masjid, biasanya, Allah SWT akan memberikan seperti setiap kebutuhan umat Islam. seperti ketenangan batin, kasih sayang Allah SWT dan lainnya. Mengapa hal itu dilakukan oleh-Nya? Agar engkau dapat merasakan ketenangan, dan kasih sayang Allah SWT pada satu tempat, tidak perlu untuk melakukan perjalanan jauh demi mendapatkan semua itu. Cukuplah engkau datang ke Masjid, niscaya engkau akan merasakan ketenangan jiwa dan kasih sayang-Nya.
v  Peran Masjid dalam Masyarakat Islam
            Wahai saudaraku, jika engkau memperhatikan disekitar kita, saat ini pintu-pintu Masjid biasanya terkunci, setelah selesai mengerjakan shalat. hal itu dilakukan, karena takut takut ada yang mencuri barang-barang milik masjid, atau karena takut syiar da’wahnya diketahui oleh orang lain. sebetulnya hal itu tidak menjadi masalah, namun, jangan sampai jama’ah yang sedang berpergian untuk hal yang tidak dilarang agama, lalu  kemalaman di jalan, dan hendak menunaikan shalat atau beristirahat tidak terganggu. Jadikanlah masjid sebagai sarana untuk menysiarkan dan membangkitkan kembali syiar Islam.
            Rasulullah SAW walau memerintahkan rakyatnya untuk membangun Masjid, tidak serta merta beliau pergi dan tidak mau bekerja sama dalam membangun masjid. Pakaian, badan dan rambut Rasulullah SAW penuh dengan tanah untuk membantu para sahabatnya dalam mendirikan sebuah masjid. Namun, diantara para sahabat yang paling giat dan sungguh-sungguh dalam mendirikan masjid adalah ‘Ummar bin Yasir. Melihat hal itu, Rasulullah SAW pun bersabda,” Dalam membangun masjid ini, hanya Ummar bin Yasir yang mendapatkan dua pahala.”
            Allahuakbar, semangat para sahabat dan juga Rasulullah SAW dalam membangun masjid sungguh luar biasa. Sehingga salah seorang sahabat ada yang mendendangkan syair untuk ini.
Jikalau kita duduk karena kelelahan, Rasulullah SAW berdiri dan bekerja
Untuk itu kamipun kembali bersemangat dan ikut bekerja
            Setelah sahabat itu selesai melantunkan syairnya, Rasulullah SAW menjawab;
Wahai Allah, tidaklah kami hidup kecuali untuk bekal diakherat
Untuk itu, berilah kasaih sayang kepada kaum anshar dan muhajiriin
2.      Mempersaudarakan Kaum Anshar dan Muhajirin
Ketahuilah, wahai saudaraku, Rasulullah SAW berusaha untuk menyatukan kaum anshar dan muhajirin. Salah satu caranya adalah ketika beliau menempati rumah salah satu kaum anshar, yaitu, Abu Ayyub al Anshari. Beliau makan dan minum bersama keluarga Abu Ayyub seakan seperti keluarga. Sejak saat itu dimulailah persaudaraan seiman dan seagama.
Suatu hari, Rasulullah SAW pernah khutbah dengan tema tentang permasalahan agama. Yaitu, sikap yang harus dilakukan para sahabatnya ketika dihadapi dengan permasalahan yang sangat genting. Semua itu dengan tujuan, agar umat Islam dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak kaku dalam menghadapinya. Juga, tidak saling menganggap suku atau golongannyalah yang paling benar. Mengapa hal itu dilakukan Rasulullah SAW? Karena perasaan bangga dan menganggap sukunya yang paling mulia (fanatisme) terjadi dalam kehidupan umat Islam di kota Madinah. Namun, setelah Rasulullah SAW memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam, barulah mereka memahami bahwa kemuliaan dihadapan Allah SWT hanyalah miliki orang yang bertakwa.
Tersebutlah salah seorang sahabat dari kaum muhajirin yang bernama Shuhaib. Ia terserang penyakit yang mengenai mata kirinya. Ketika sedang berjalan, Rasulullah SAW menjumpai Shuhaib yang sedang memakan kurma. Lalu, beliau bertanya seraya bergurau,” Wahai Shuhaib, apa yang terjadi? Apakah karena memakan kurma, sehingga engkau sakit mata?”
Shuhaib yang mengetahui arah tujuan dari pertanyaan rasulullah SAW pun menjawab seraya berkelakar juga,” Janganlah engkau takut, wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memakan kurma ini dengan mengunyahnya.”
Ketahuilah, wahai saudaraku, membanggakan suku dan kelompoknya terjadi selama dua tahun masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Oleh karena itu, beliaupun berusaha untuk menghilangkan sifat tersebut. Salah cara untuk menghilangkan itu seperti yang beliau lakukan terhadap Shuhaib, bahwa orang terhormatpun masih terserang penyakit mata.
Rasulullah SAW pun melakukan hal yang sama terhadap Ali. Ketika itu ia sedang memakan kurma dengan Rasulullah SAW, lalu biji kurma yang ia makan diletakannya didepan Rasulullah SAW. Melihat sikap Ali, beliau hanya tersenyum dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Namun, setelah biji dari buah kurma itu semakin banyak dihadapannya. Ali bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkelakar,” Apakah engkau memakan seluruh kurma ini, wahai Rasulullah?” Mendengar penuturan ini, Rasulullah SAW yang sedari awal hanya memperhatikan sikap Ali RA pun berkata seraya dengan nada penuh canda,” Masya Allah, Ali, apakah engkau memakan kurma dengan seluruh bijinya.” Rasulullah SAW berkata seperti itu, karena dihadapan Ali tidak ada sebuahpun biji kurma. Oleh karena itulah,  beliau mempertanyakan Ali perihal biji buat tersebut.
            Wahai saudaraku, tidakkah engkau memperhatikan sikap dan perilaku Rasulullah SAW, ia tersenyum ceria melihat sahabatnya yang menaruh biji kurma dihadapan beliau. Beliau tidak marah apalagi tersinggung, karena beliau ingin mencontohkan sikap persaudaraan yang harus terjalin antara beliau dengan para sahabatnya. Pun, antara kaum anshar dan muhajiriin. Untuk itu, ikutilah apa yang dilakukan Rasulullah SAW, karena beliau adalah figur yang terbaik dari seluruh makhluk yang ada
3.      Membuat Undang Undang untuk Penduduk Madinah
Ketahuilah, wahai saudaraku, undang-undang yang dibuat pertama kali dalam sejarah manusia adalah undang-undang yang dibuat oleh Rasulullah SAW. beliau membuat UU tersebut dengan tujuan menjaga hak dan kewajiban sesama penduduk Madinah, sehingga tidak ada satupun yang akan terdhalimi. Juga, bertujuan untuk menjaga dan melindungi penduduk Madinah dari rongrong yang berasal dari luar maupun dalam kota.
Dalam undang-undang yang dibuat Rasulullah SAW ada beberapa pasal didalamnya. Diantaranya adalah
1.      Pasal Pertama
Umat Islam baik dari kalangan suku Quraisy maupun Yatsrib (al Khazraj dan al Aus) dan para pengikut mereka, berhak untuk melindungi diri dan bersatu dalam melawan musuh. Tidak berkelompok dan sendiri-sendiri.
2.      Pasal Kedua
Yahudi dari keturunan Bani ‘Auf, al Aus dan dari golongan lainnya, selama masih penduduk kota Madinah. Maka mereka akan dilindungi seperti umat Islam lainnya, selama tidak berbuat dhalim dan melakukan dosa.
Oleh karena itu, penduduk yang memeluk agama lain selain Islam, tidak menjadi anak tiri. Karena mereka juga memunyai hak yang harus dipenuhi. Selain itu, penduduk non muslim yang ada di Madinah sudah dilindungi sejak 1400 tahun yang silam
3.      Pasal Ketiga
Umat Yahudi yang ingin menafkahkan sebagian hartanya, maka harus diberikan kepada sesamanya. Tidak dibenarkan untuk memberikannya kepada umat lain. Sama halnya dengan umat Islam yang hendak menafkahkan hartanya, harus diberikan pada umat Islam lainnya.
Kedua kelompok ini diizinkan untuk menolong satu dengan yang lainnya jika ada yang mengkhianati perjanjian ini. Juga, bila terjadi peperangan dengan penduduk lain, selain Madinah. Dan diantara mereka diperbolehkan untuk menasehati jika ada kesalahan. Dengan syarat bukan untuk mengajak keagama masing-masing. Karena Yahudi akan berjalan dengan agamanya sendiri. Pun, umat Islam harus berpegang teguh terhadap ajarannya.
            Tidakkah engkau memperhatikan pasal yang ketiga ini, wahai saudaraku, diamana Rasulullah SAW memberikan kebebasan mutlak bagi rakyatnya untuk memegang akidah yang dipercayainya. Mengapa? Karena suatu negara tidaklah hanya diperuntukkan bagi umat Islam. Melainkan untuk seluruh makhluk Allah SAW.
4.      Pasal Keempat
Tidak diperbolehkan seorangpun keluar dari kota Madinah untuk berperang dan atau mengusir penduduk Madinah, kecuali atas izin Rasulullah SAW.
Subhanallah, undang-undang atau yang dikenal dengan piagam madinah, dibuat oleh Rasulullah SAW tanpa ada pihak yang didhalimi. Beliau menjamin keamanan dan kedamaian bagi seluruh penduduk Madinah, tidak membeda-bedakan akidah dan tauhid. Mengapa? Agar seluruh penduduk Madinah merasakan kebebasan dalam beribadah. Tidak ada yang boleh memaksa. Nah, penjelasan ini, selain menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang demokratis. Juga, ia sebagai agama yang tidak mementingkan diri sendiri, ia selalu bermusyawarah dalam mementukan sesuatu, dan membuat peraturan agar tidak ada satupun yang terdhalimi.
            Ketahuilah, wahai saudaraku, setelah Rasulullah SAW selesai merampungkan undang-undang tersebut, agar penduduk Makkah merasakan kebebasan dalam beribadah. Muncul sebuah masalah baru dalam benaknya. Apakah itu? Yaitu merubah nama Yatsrib menjadi Madinah.
            Rasulullah SAW berpikir keras untuk merubah nama Yatsrib. Mengapa harus dirubah, bukankah Yatsrib adalah nama yang bagus? Karena, jika nama kota ini tidak dirubah. Maka orang akan mengenal nya sebagai kota yang diduduki oleh suku al Khazraj dan al Aus. Oleh karena itu, pernah terbersit sebuah nama untuk mengganti Yatsrib. Yaitu, ardhu al Hijrah, atau tanah hijrah. Namun, Rasulullah SAW mengurungkan niatnya untuk mengganti Yatsrib dengan ardhu al Hijrah. Sebab, nama itu seakan dikhususkan untuk kaum muhajirin saja dan tentunya akan ada banyak kalangan yang tidak setuju.
            Pernah juga tersbersit dalam benaknya untuk memberi nama ‘Ad Daulah al Muhammadiyah’ dan ‘Ad Daulah al Qura’aniyah’. Namun, sekali lagi niat itu ditundanya, karena orang non muslim pasti akan memberontak dan tidak menyetujui nama itu. Sebab lebih menonjolkan Islamnya. Setelah Rasulullah SAW mempertimbangkan nama-nama yang akan mengganti nama Yastrib, akhirnya belaiu memutuskan untuk mengganti Yatsrib dengan Madinah. Mengapa Madinah? Karena nama ini sesuai dan akan disepakati oleh seluruh komponen rakyatnya.
            Undang-undang yang dibuat Rasulullah SAW sangat mempengaruhi perubahan kota Madinah, dan hasilnya sangat memuaskan. Dua tahun dari pembuatan undang-undang seluruh lapisan masyarakat sudah menjadi satu, bercampur baur tanpa melihat agama masing-masing. Oleh karena itu, tidak jarang umat Yahudi berbicara masalah Islam saat itu. Mereka tidak pernah membicarakan masalah perjanjian atau undang-undang yang dibuat Rasulullah SAW. Karena merekapun menerima dengan baik tentang perlindungan hak dan kewajiban. Terlebih lagi, hal itu tidak pernah ditemukan sebelumnya. Dimana pada masa pemerintahan sebelum, jika seluruh komponen masyarakat menginginkan sebuah perjanjian tidak pernah tercapai. Sebaliknya, perang menjadi sesuatu yang biasa dilakukan mereka.
v  Pelajaran Yang Didapat
            Ketahuilah, wahai saudaraku, perjalanan hijrah Rasululullah SAW ke kota Madinah, hingga beliau membuat undang-undang demi terjaganya kemashlahatan penduduk Madinah. Maka, jika engkau memperhatikan dan menyimaknya ada beberapa hal yang dapat engkau jadikan pelajaran. Diantaranya;
1.      Hiduplah dengan seluruh komponen masyarakat, apapun agamanya. Karena hal itu adalah sebagai bukti engkau hidup bernegara
2.      Sudahkah engkau berjanji untuk menjalani kehidupan ini demi menegakan dan membangkitkan agama Islam? Karena janji itulah yang diucapkan para sahabat. Sehingga nyawa dan harta seluruhnya dipertaruhkan dijalan Allah SWT
3.      Lalu, bagaimanakah sikap yang akan engkau tunjukan, ketika Rasulullah SAW mengunjungimu? Apakah akan merubah bentuk rumahmu, sehingga menjadi kelihatan baru dan megah? Atau sebaliknya, bukan rumah yang engkau rubah, melainnya akhlak dan perangaimu?
4.      Lihatlah kepada Abu Ayyub al Anshari, dimana ia dan keluarganya seketika merubah akhlaknya menjadi lebih bagi.  Juga, ia merubah susunan rumahnya, sehingga tamu yang mengunjunginya merasakan nyaman dan tenteram.