v Tindakan Suku Quraisy dan Penduduk Arab Pada Tahun Kelima Setelah Hijrah
Tahukah engkau, wahai saudaraku, apa yang terjadi setelah suku Bani Nadhir keluar dari kota Madinah? Saat itu, penduduk kota Madinah bertanya-tanya tentang keberanan Rasulullah SAW. Apa yang mereka tanyakan? Berapa umur beliau ketika ayahnya wafat, dan dimana beliau dididik? Pertanyaan itulah yang terlontar dari rakyat Rasulullah SAW. Dan pertanyaan itu dijawab oleh beliau dengan sangat baik.
Lalu, setelah beliau menjawab, penduduk itu bertanya kepada saudara beliau,” Apakah benar dia itu Rasulullah SAW?” Saudara beliau menjawab,” Benar, dialah Rasulullah SAW.” Mendengar hal itu, para penduduk berkata,” Kami akan melindunginya seperti yang pernah kami lakukan.” Salman yang mendengar penuturan penduduk Madinah, ia langsung menceritakannya pada Rasulullah SAW, lalu beliau menjawab,” Wahai Salman, sesungguhnya kami tidak akan menjadikan perkataan mereka itu sebagai pegangan.”
Wahai saudaraku, perlu engkau ketahui bahwa suku Quraisy yang memerangi para sahabat, karena mereka tidak menginginkan perniagaannya dikuasai oleh umat Islam. Namun, Allah SWT menginginkan lain, Dia berikan keleluasaan dan kemenangan dalam hal peradangan untuk umat Islam. Sehingga suku Quraisy tidak mampu melindungi dan menjaga perniagaanya yang berada di luar. Hal itu terjadi karena umat Islam sudah melakukan pencegahan terhadap kelompok atau para pedagang menuju kota Makkah. Dan, dari segala arah. Nah, itulah yang menyebabkan para pembesar kafir Quraisy memutuskan untuk memerangi pasukan Rasulullah SAW pada kali yang lain.
Selain itu, keputusan pembesar kafir Quraisy untuk memerangi umat Islam untuk yang ketiga kalinya, karena mereka tidak berhasil menakut-nakuti Rasulullah SAW dan pasukannya. Yaitu, ketika pembesar Quraisy yang diwakili oleh Abu Sofyan mengatakan pada Rasulullah SAW melalui sahabatnya. Bahwa, pasukan mereka sudah siap untuk menghadap dan memerangi pasukan beliau. Namun sebaliknya, umat Islam bukan malah takut dan lari dari ancaman itu, kekuatan dan keberanian mulai tumbuh dan berkobar. Sehingga menyebabkan suku Bani Nadhir yang menjadi komunitas Yahudi meninggalkan kota Madinah.
Rasulullah SAW, merasakan akan terjadi lagi perang susulan dari pasukan kafir Quraisy dan pasukan dari suku Bani Nadhir yang bergabung dengan mereka. Untuk menyelamatkan rakyatnya, Rasulullah SAW menyelenggaranan pidato kenegaraan. Diantara isi pidatonya;
1. Penduduk Madinah tidak ada satupun yang diperbolehkan keluar dari kota Madinah
2. Membuat parit di tanah Khandaq dan melindunginya
3. Harus mempersiapkan suatu tempat untuk keamanan bagi wanita dan anak-anak
Ketiga isi pidato di atas dilakukan Rasulullah SAW kali pertama. Mengapa? Karena ada pidato kenegaraan kedua setelah itu, dimana Rasulullah SAW menyusun siasat perang dan membagi-bagi tugas untuk pasukannya. Diantara isi pidato tersebut adalah;
1. Menjadikan gunung Sala’ suatu tempat bagi Rasulullah SAW untuk melindungi tanah Khandaq
2. Rasulullah SAW membagi para tentaranya beberapa kelompok dan setiap kelompok bertanggung jawab atas pembuatan parit. Juga, mereka harus menjaga dan melindungi parit tersebut, agar tidak dijadikan sebagai perisai oleh pihak musuh. Dan semua tugas itu diatur oleh pemimpin kelompoknya
3. Perlindungan, artinya perlindungan yang harus di berikan pemimpin pada kelompoknya masing-masing, perlindungan yang harus dilakukan oleh Umar dan Abu Bakkar sebagai panglima perang dari setiap kelompok pasukan, sedangkan untuk Rasulullah SAW melindungi dan menjaga seluruh pasukan yang ada dibawah pimpinannya.
4. Ikut sertanya Rasulullah SAW dalam peperangan dan bekerja dengan seluruh pasukan yang ada untuk mengangkat tanah dari bawah ke atas gunung Khandaq, pada saat itu usianya sudah mencapai 58 tahun. subhanallah.
Allahuakbar, itulah kalimat yang pantas untuk diucapkan jika melihat kegigihan dan semangat yang luar biasa dari Rasulullah SAW. Hanya demi tegaknya agama Islam, tersyiarnya perdamaian dan ketenteraman, beliau rela melakukan apa saja asalkan impian dan cita-citanya yang luhur dapat tercapai. Wahai saudaraku, tidakkah engkau merasakan saat ini kebebasan untuk beribadah dan melakukan aktifitas dengan begitu indah dan menyenangkan. Siapakah yang menyebabkan dan memperjuangkan semua itu jika bukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya terdahulu?
v Semangat Para Sahabat
Semangat, itulah yang harus engkau terapkan dan tanamkan dalam hati, ketika engkau hendak menegakan agama Islam. Tampanya, apa yang engkau impikan dan harapkan akan sia-sia. Juga, tanamkanlah semangat dalam aktifitas kehidupanmu jika cita-citamu ingin segera tercapai. Ingatlah, jangan pernah engkau melukapan Allah SWT dibalik semangatmu yang berkorban.
Semangat inilah yang membuat seluruh para sahabat, tanpa terkecuali ikut bergotong royong membuat parit; tidak ada perbedaan antara si kaya dan fakir, hamba sahaya ataukan tuannya. Pun, pemimpin dan tauladan mereka, yaitu, Rasulullah SAW ikut serta membawa tanah sampai perutnya dan kulitnya penuh dengan debu. Ketika melihat beliau sedang membawa batu besar dan tanah yang banyak, para sahabatpun membantu beliau untuk mengangkatnya. Mengapa? Karena usia Rasulullah SAW saat itu sudah tidak muda lagi, sehingga fisikpun sudah mulai berkurang.
Ketahuilah, wahai saudaraku, jika kecemasan dan keraguan mulai menganggumu, itu adalah hal yang wajar terjadi. Namun, jangan sampai kejadian itu membuat dirimu tidak meyakini akan kebesaran dan pertolongan Allah SWT. Yakinlah, jika engkau sudah bekerja keras dan bedoa, pertolongan-Nya pasti akan engkau dapatkan. Nah, sikap cemas dan ragupun menghantui sahabat Rasulullah SAW. Mereka takut jika parit yang dipersiapkan untuk menghalau pasukan kafir yang jauh lebih besar tidak selesai pada waktu yang ditentukan. Juga, kadang terbersit dalam hati bahwa pertolongan Allah SWT tidak akan pernah ada yang mampu memperkirakannya, sehingga membuat keyakinan mereka semakin bertambah. Ada juga yang larut dengan syairnya dikala keraguan menghantui mereka. Salah satu sahabat yang mengunmandangkan syair dikala itu adalah Hasan bin Tsabit, syairnya membuat semangat kembali berkorban dikalangan para sahabat. Adapun isi syair tersebut;
Wahai Tuhanku, jika bukan kerena hidayah yang engkau berikan
Tidak akan mungkin kami bersedekan dan mengerjakan shalat
Maka turunkanlah ketenteraman pada kami, kukuhkan
Kekuatan kami saat musuh datang menyerang
Dari dahulu mereka telah melakukan perlawanan
Tapi kami selalu berhasil menggagalkannya
Syair ini terdengar oleh Rasulullah SAW, lalu beliau berteriak pada sahabatnya dan bersabda,” Kalahkanlah, jangan mau dihina. Kalahkanlah, jangan mau dihina.” Umarpun menimpali,” Kalahkanlah, jangan mau dihina. Kalahkanlah, jangan mau dihina” Dua orang yang mengucapkan hal itu pun didengar oleh seluruh sahabatnya. Dan, mereka kembali semangat untuk bekerja dan membuat parit pertahanan, seraya berkata,” Kami adalah orang yang telah berikrar janji untuk setiap pada Muhammad, untuk tegaknya agama Islam kami tidak akan pernah kenal lelah dan letih.” Subhanallah,
Mendengar jawaban ini, Rasulullah SAW pun berdoa,”
Wahai Tuhanku, tidaklah ada kebaikan yang sempurna kecuali kebaikan untuk akhirat
Untuk itu, berkahilah akhira untuk kaum anshar dan muhajiriiin
Wahai Tuhanku, sesungguhnya kehidupan yang abadi adalah kehidupan di akhirat
Untuk itu, ampunilah kaum anshar dan muhajiriin
Wahai saudaraku, lihat dan perhatikanlah, betapa Rasulullah SAW adalah manusia yang selalu memberikan semangat untuk terus berjuang menegakan dan membenarkan ajaran Islam. Tidakkah engkau ingin mencontohnya, saudara?
v Mu’jizat Khandaq
Ketahuilah, wahai saudaraku, Allah SWT telah memberikan dan menganugerahkan terhadap Rasulullah SAW sebuah mu’jizat ketika beliau dan para sahabatnya membut parit. Disaat Rasulullah SAW sedang membelah sebuah batu, beliau bersabda pada pukulan pertama,” Allah Maha Agung, engkau telah memberikan pada kami kunci negara Syam. Demi Allah, sesungguhnya saat ini aku tengah melihat istananya yang kemerah-merahan.” Lalu, pada pukulan yang kedua beliau bersabda,” Allahuakbar, Engkau telah memberikan pada kamu kunci negara Persia. Demi Allah, aku tengah melihat istana-istana kota yang berwarna putih.” Dan pada pukulan yang ketiga beliau berkata,” Allah Akbar, Engkau telah memberikan pada ku kunci kota Yaman. Demi Allah pada detik ini aku tengah melihat pintu-pintu kota Shan’a dari tempatku sekarang ini.”
Wahai saudaraku, apa yang beliau katakan pada saat memukul dan membelah batu, agar batu itu tidak menghalangi umat Islam yang sedang membuat parit, adalah sebagai berita gembira untuk umat Islam masa yang akan datang. Mengapa? Karena sabda Rasulullah SAW itu adalah kebenaran, sehingga muncul sebuah keyakianan pada suatu saat nanti seluruh negara itu akan tersebar agama dan ajaran Islam. Sebagaimana yang diceritakan dalam al Quran.
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الأحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا (٢٢)
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS. al Ahzab[33]:22)
Karena banyaknya golongan munafik saat itu, sehingga mereka pun memberikan komentar atas turunnya ayat ini. Allah SWT berfirman.
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلا غُرُورًا (١٢)
Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya". (QS. al Ahzab[33]:12
Wahai saudaraku, jika keimananmu benar, pastinya engkau tidak ingin masuk kedalam golongan orang-orang munafik. Nah, untuk mengetahui bagaimana sebenarnya orang munafik, agar engkau kemudian hari tidak mengikuti sikapnya. Simaklah surah al Ahzab dari ayat 13 sampai 20, dimana ayat-ayat itu menggambarkan dengan sangat gamblang tentang sikap orang-orang munafik terhadap ajaran dan agama Islam. Tidak hanya itu, Allah SWT juga menceritakan bagaimana perkataan mereka ketika mensyiarkan berita jahat dan keji, menghina, dan keinginannya untuk menghindar dari pekerjaan untuk membuat parit. Allah SWT berfirman
وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلا فِرَارًا (١٣)وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لآتَوْهَا وَمَا تَلَبَّثُوا بِهَا إِلا يَسِيرًا (١٤) وَلَقَدْ كَانُوْا عَاهَدُوا اللهَ مِنْ قَبْلُ وَلَايُوَلُّونَ اْلأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللهِ مَسْئُوْلًا (15) قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لا تُمَتَّعُونَ إِلا قَلِيلا (١٦)قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا (١٧)قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنْكُمْ وَالْقَائِلِينَ لإخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلا يَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلا قَلِيلا (١٨)أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَاءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُمْ بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُولَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (١٩)يَحْسَبُونَ الأحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِنْ يَأْتِ الأحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بَادُونَ فِي الأعْرَابِ يَسْأَلُونَ عَنْ أَنْبَائِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُمْ مَا قَاتَلُوا إِلا قَلِيلا (٢٠)
13. Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mreka berkata: "Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, Maka Kembalilah kamu". dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata : "Sesungguhnya rumah-rumah Kami terbuka (tidak ada penjaga)". dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari.
14. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad[1], niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan bertangguh untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat.
15. Dan Sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur)". dan adalah Perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya.
16. Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja".
17. Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.
18. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami". dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.
19. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu Lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. mereka itu tidak beriman, Maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. dan Sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja.
Ketahuilah, wahai saudaraku, meskipun banyaknya hinaan, cacian dan hinaan lainnya yang diucapkan kelompok orang munafik terhadap pasukan umat Islam yang sedang menggali parit. Rasulullah SAW dan umat Islam dapat menyelesaikan parit itu pas dengan waktu yang telah ditentukan. Parit adalah sebagai perlindungan dan benteng bagi umat Islam untuk menghadapi pasukan kafir Quraisy dan umat Yahudi. Setelah menyelesaikan parit, tibalah saat nay para sahabat mengumpulkan para wanita, anak-anak, orang tua yang sudah udzur, dan para sahabat yang cacat.
Saat itu, Rasulullah SAW dan umat Islam merencanakan taktik perang, dimana mereka menjadikan gunung Sala’ sebagai punggung mereka, sedangkan tanah Khandaq, wajah mereka harus fokus terhadapnya. Nah, ditanah itulah dua pasukan, umat Islam dan kafir akan melakukan peperangan.
Mu’jizat lain yang terjadi pada perang Khandaq adalah ketika Jabir bin Abdullah melihat Rasulullah SAW menahan lapar tiada tara, Dari Jabir RA berkata: “ ketika itu aku bersama rasulallah SAW membuat parit selama tiga hari, tidak makan dan minum. Pada waktu itu ada tanah yang sangat keras dan sulit untuk di gali. Kemudian aku mendatangi rasulallah SAW dan berkata: “ Ya Rasulallah, ada tanah yang sangat keras dan sulit untuk digali. Apakah kita harus memberinya air? Rasulallah berdiri seraya memegang sebuah batu yang sangat besar menutupi seluruh perutnya. Lalu ia ambil cangkul dan garpu untuk menggali tanah, kemudian rasulallah mulai melubangi tanah yang keras itu dengan garpu dan mencangkulnya. Maka tanah itu menjadi lunak dan mudah untuk digali” Aku melihat Rasulullah SAW dalam keadaan lapar, lalu akupun meminta izin untuk bertemu dengan istri, lalu rasul mengizini. Aku berkata kepada istriku: “ Demi Allah, aku belum pernah melihat selain rasulallah yang melubangi tanah dengan garfu lalu mencangkulnya sesabar Rasulallah SAW. Apa yang kamu miliki dirumah wahai istriku?” istrinya menjawab: “ Aku punya dua kilo setengah gandum dan kurma” kemudian aku berkata kepada istriku: “ gandum kita giling, dan kurma kita bagi menjadi dua bagian, lalu kita kupas kulit kurma nya dan taruh di kuali (kuali yang terbuat dari batu), sedangkan tepung gandum saya remas dan kepal-kepal dengan tangan” setelah itu saya kembali mendatangi rasulallah SAW, dan selama satu jam saya berdua dengan rasulallah, kemudian aku memita izin yang kedua kalinya, dan rasulpun memberikan izin. Setelah aku tiba dirumah, semua gandung yang menjadi tepung sudah berada di piring, kemudian aku perintahkan istriku untuk membuat roti, lalu roti itu aku belah menjadi dua bagian” setelah itu aku datang kepada nabi dan berkata: “ Ya Rasulallah, di rumah banyak makanan untuk para sahabat lainnya, cukup untuk Engkau dan tiga sahabat lainnya” kemudian rasul berkata: “ berapa banyak makanan yang ada dirumahmu?” Jabir menjawab: “ dirumah ada dua setengah kilo gandum dan kurma” rasulallah lalu memerintahkan: “ engkau pulang saja terlebih dahulu dan bilang sama istrimu kuali yang sedang berada di atas perapian jangan di angkat, dan roti juga jangan di keluarkan dari tempatnya sampai aku datang kerumah” kemudian rasul mengajak para sahabat yang lainnya: “ Mari kita berangkat ke rumah Jabir” Jabir berkata dalam hatinya: “ Alangkah malunya aku sekiranya makanan yang ada dirumah tidak mencukupi, lalu iapun berkata kepada istrinya: “ Demi Allah, Rasulallah akan datang dengan semua sahabatnya!!” kemudian istrinya bertanya: “ apakah Rasul bertanya tentang banyaknya makanan yang ada dirumah kita?” kemudian aku menjawab: “ iya” kemudian istrinya berkata: “ Hanya Allah dan Rasulanya yang tahu, padahal engkau sudah memberi tahu berapa banyak makanan yang ada dirumah” kemudian Jabir berpaling dari istrinya sebelum rasul dan semua shabatnya datang dan bertanya kepada istrinya: “ kamu benar-benar mempercayai tindakan yang dilakukan rasul” kemudian rasul dan semua sahabatnya masuk kerumah Jabir, seraya berkata kepada para sahabatnya: “ makanlah yang secukup perut kalian” kemudian rasul berkata: “ keberkahan pada api yang menyala dan kuali di atasnya” kemudian jabir dan istrinya mengambil roti dari tempat pembakaran dan juga daging dari kuali untuk kami berikan kepada para shabat” Rasulallah SAW duduk di barisan ketujuh atau delapan. Ketika mereka menghabiskan makanan yang kami sediakan, kami membuka tempat pembakaran roti dan kuali keduanya tetap penuh seakan tidak pernah kami ambil. Kami ambil lagi sebagian roti dan daging untuk di suguhkan kepara para sahabat, namun roti dan daging tetap penuh sampai rasul dan sahabatnya kenyang, makanan yang ada di dua tempat itu masih penuh. Kemudian rasulallah berkata kepada kita: “ para sahabat ketika itu sedang sangat lapar, kemudian mereka makan dan minum sampai perutnya terisi” padahal kami sebelumnya belum pernah sama sekali makan dan minum seperti itu. Kemudian rasulallah menceritakan kepada kita bahwa shabat yang diajak rasulallah sebanyak tiga ratus sahabat dan ada juga yang bilang delapan ratus sahabat” (HR. Bukhari:3792)
v Medan Perang
Seperti yang telah diulas sebelumnya, Rasulullah SAW dan pasukan umat Islam telah menyelesaikan pembutan parit dalam waktu yang sangat singkat. Tidak lama dari selesainya pembuatan parit, pasukan kafir Quraisy dengan beberapa suku yang menjadi sekutunyapun datang dengan tiba-tiba. Ketika mereka sampai pada parit yang berada di tanah Khandaq, pasukan kafir Quraisy bekata,” Parit ini tidak ada sebelumnya.”
Ketahuilah, wahai saudaraku, ketika itu pasukan kafir Quraisy mengepung kota Madinah, dimana seluruh umat Islam ada didalamnya selama 24 hari. Mereka tidak belum siap untuk menyerang dan juga makanan yang dibawa tidak mencukupi. Dilain pihak, pasukan Khalid bin Walid dan ‘Amr bin ‘Ash mengitari kota Madinah, mereka mencari dan menunggu kelemahan umat Islam, agar dapat dikalahkan.
Pasukan kafir Quraisy dengan beberapa suku yang menjadi sukunya, tidak mengetahui jika Rasulullah SAW telah mempersiapkan peperangan itu dengan sangat jeli, beliau telah memerintahkan satu dengan yang lainnya diantara sahabat saling melindungi dan mengawasi. Perlindungan dan pengawasan seorang pimpinan terhadap pasukannya, perlindungan dan pengawasan yang diberikan oleh Sa’ad bin Mu’adz untuk para pemimpin setiap golongan. Juga, perlindungan dan pengawasan yang dilakukan Umar dan Abu Bakar terhadap Sa’ad. Sedangkan mereka berdua berada dalam pengawasan dan perlindungan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW yang memang sudah berpengalaman dalam hal perang, ketika melihat pasukan musuh dan umat Islam, beliau mengakui bahwa pasukan musuh lebih kuat dan banyak jumlahnya daripada pasukan yang berada di bawah pimpinannya. Kelemahan yang dimiliki pasukannya, tidak serta merta beliau putus asa. Sebaliknya, beliau mengutus Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah, keduanya adalah pemimpin dari suku anshar. Utusan ini bertugas untuk memecah pasukan musuh.
Perlu diketahui, pasukan musuh saat itu bukan hanya dari golongan kafir Quraisy. Mengapa? Karena, sebelum pasukan kafir Quraisy berangkat menuju Madinah untuk memusnahkan pasukan Rasululllah SAW, mereka terlebih dahulu mencari sekutu dari suku yang ada di jazirah Arabia. Diantara mereka ada yang ikut dan menjadi pasukan yang melawan umat Islam, dan ada juga yang tidak setuju menjadi sekutu kafir Quraisy. Salah satu suku yang sepakat untuk menggempur umat Islam adalah suku Ghathfan. Nah, Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah, di utus untuk mendatangi pemimpin suku tersebut, dan mengajak berdamai. Dari perjanjian itu, suku Ghathfan setuju untuk meninggalkan medan perang, dengan syarat sepertiga keuntungan dari penghasilan kota Madinah untuk suku Ghathfan. Hampir saja kesepakatan itu ditanda tangani, namun, tiba-tiba keduanya membatalkan dan berkata,” Demi Allah, kami tidak akan memberikan apapun yang ada dalam diri kami pada kaum Jahiliyah. Karena Islam datang dari Allah SWT.”
Pada riwayat lain, kedua sahabat anshar ini kembali ke hadapan Rasulullah SAW dan berkata,” Wahai Rasulullah, apakah ini merupakan wahyu dari langit, untuk menerima perintah Allah SWT ini, atau keputusan ini hanya pendapat dan keinginanmu saja? Karena kami melihat engkau melakukan hal ini didasari dari pendapat dan keinginanmu saja, bukan perintah dari Allah SWT. Wahai Rasulullah, jika engkau menghendaki untuk tetap bersama kami, demi Allah, engkau akan melihat kami sama dengan pasukan musuh. Kami tidak akan pernah menerima ataupun memberi apapun pada mereka, kecuali melalui cara perdagangan.” Setelah keduanya selesai, Rasulullah SAW memutuskan untuk menghentikan usahanya dalam melobi pasukan suku lain yang bersama suku Quraisy. Dimana pasukan itu dipimpinan Harist dari suku Ghathfan sebagai pemimpin untuk Bani Marrah.
Sedangkan pada pihak lain, kelompok Yahudi dari suku Bani Nadhir menginginkan saudara mereka sesama Yahudi dari suku Bani Quraidhah untuk berkhianat; membatalkan perjanjian mereka dengan Rasulullah SAW, dan ikut serta dengan barisan bersama pasukan kafir Quraisy.
Hay bin Akhtab, adalah utusan dari suku Bani Quraidha yang hendak menyatakan kesiapan dan kesepakatan dari pihak Bani Quraidah untuk melawan Rasulullah SAW dan pasukan umat Islam. Hay, mendatangi Ka’ab bin Asad Al Qurdhi. Setibanya, Hay menyatakan akan ikut serta dengan pasukan kafir Quraisy setelah peperangan ini usai. Nah, terhitung dari saat itu, suku Quraidhah yang menjadi komunitas Yahudi pun turut serta membatalkan perjanjiannya dengan Rasulullah SAW. Tentu saja sikap yang diambil oleh suku Quraidhah sangat menghawatirkan. Terlebih lagi perang hampir saja berlangsung, sehingga membuat umat Islam takut, jikalau suku Quraidhah menyerang mereka dari dalam sendiri. Lalu dimanakan daerah yang menjadi tempat tinggalkanya suku Quraidhah? Mereka bertempat disebelah tenggara kota Madinah, tepatnya dibukit Mahzur.
Zubair bin Awwam adalah sahabat yang diutus Rasulullah SAW untuk membuktikan kebenaran, apakah benar, suku Quraidah sudah berhianat dan bersekutu dengan pasukan musuh, dan apa alasan mereka. Hal ini sebagaimana sabda beliau,” Jaminannya adalah ayah dan ibuku, bahwa setiap para nabi pasti memiliki hawariyyun[2]. Dan, Hawariyunnya aku adalah Zubair.” Karena tugas ini sangat berbahaya, maka Rasulullah SAW menugaskan sahabat lain untuk menemani Rasulullah SAW diantara sahabat teman Zubair adalah; Sa’ad bin Mu’adz, Sa’ad bin Ubadah, Abdullah bin Rawahah,dan Ibnu Jabir.
Mereka mendangir suku Bani Quraidhah yang berada di tenggara kota Madinah. setibanya, para sahabat mengadakan dialog dengan mereka, ternyata berita akan pengkhianatan suku Bani Quraidhah bukanlah kebohongan. Mereka telah mengejek perjanjian, mensobek kertas kesepakatan. Padahal kertas itu menjadi bukti telah ditandatanganinya sebuah perjanjian antara Bani Quraidhah dengan umat Islam.
Sedangkan suku yang tersisa dan tidak berhianat pada Rasulullah SAW hanyalah suku dari Bani Sa’idah. Mereka mendatangi Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dan menyatakan tentang janji setia yang akan selalu dipegang teguh oleh mereka. Setelah seluruh berita yang dibutuhkan telah didapatkan oleh sahabat yang menjadi utusan Rasulullah SAW, mereka kembali untuk menghadap Rasulullah SAW dan menceritakan kejadian sebenarnya dengan penuh keyakinan. Beliau mendengarkan dengan seksama lalu bersabda,” Wahai sahabatku, jika berita ini benar, maka berilah isyarat untuk memberi tahukan aku, agar tidak diketahui satupun dari para sahabat.” Mengapa Rasulullah SAW melakukan hal itu? Karena jika pasukan umat Islam mengetahuinya, dikhawatirkan mereka akan meninggalkan medan perang. Sebailinya, Rasulullah SAW meneruskan bersabdanya,” Jika berita itu bohong, maka berkatalah kalian dengan terang-terangan.” Sa’ad menjawab,” Wahai Rasulullah, Adhul Waqarah (Adhul Waqarah adalah suku yang meminta pada Rasulullah SAW 70 sahabat, untuk menjadi pengajar mereka. Namun, mereka membunuhnya seluruhnya yang tersisa hanya sati orang).” Kalimat ini adalah sebagai isyarat bahwa penghiatan yang dilakukan oleh Bani Said adalah bohong. Rasulullah SAW memahami kalimat sandi dari Sa’ad seraya bersabda,” Allahuakbar, para sahabatku, berilah kabar gembira pada para sahabat bahwa pertolongan Allah SWT akan segera datang.” Setelah berbda, beliau duduk untuk berpikir sejenak dan tidak berbiacara dengan siapapun.
Sayang, cerita tentang penghiantan suku Bani Quraidhah pun bocor, dan hal itu didengar oleh pasukan Rasulullah SAW. Sehingga membuat semangat pasukan umat Islam saat itu menurun. Tidak hanya itu, pasukan umat Islam pun menghawatirkan pasukan yang menjadi tawanan pasukan kafir. Waktu yang ditunggupun datang, yaitu perang, Allah SWT menurunkan ayatnya.
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الأبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (١٠)هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالا شَدِيدًا (١١)
10. (yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan[3][1205] dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
11. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. (QS. al Ahzab[33]:10-11)
Wahai saudaraku, sungguh Rasulullah SAW dan pasukan umat Islam sedang mengalami ujian yang luar biasa. Tidak hanya pasukan kafir dari suku Quraisy yang ingin menghancurkan umat Islam. Pun, dua suku berkomunitas Yahudi, Bani Nadhir dan Quraidhah ikut serta bersama pasukan kafir Quraisy. Oleh karena itu, pasukan kafir yang terdiri dari beberapa suku berada di atas pasukan umat Islam. Sedangkan sekutu mereka, Bani Quraidhah yang akan melakukan serangan dari darat atau dalam. Bagaimana dengan golongan munafik? Mereka adalah kelompok yang membuat keragu-raguan dalam tubuh pasukan Rasulullah SAW.
v Perempuan Dalam Medan Perang
Ketahuilah, wahai saudaraku, tidak hanya kaum lelaki yang ikut angkat senjata melawan pasukan musuh. Perempuan pun tidak mau kalah, mereka mendapatkan gilirannya untuk berperang dan jihad dijalan Allah SWT. Saat itu, setelah suku Bani Quraidhah menyatakan tidak lagi memegang perjanjian dengan umat Islam. Mereka mengutus seorang prajurit untuk mencari tahu, dimana para pengikut Rasulullah SAW, wanita dan anak-anak ditempatkan.
Setibanya utusan ini, dapat diketahui oleh Shafiyah binti Abdul Muthalib, keponakan Rasulullah SAW, dan ibunda Zubair bin Awwam. Ketika sudah berhadapan, keduanya berkata pada Hasan,” Wahai Hasan, hadapilah utusan itu.” Hasan menjawab,” Aku bukanlah lelaki yang sanggup melawannya, andai saja aku sanggup, tentu aku akan bersama Rasulullah SAW dimedan perang.” Hasan saat itu masih sangat muda. Karena Hasan tidak sanggup melawan utusan dari suku Bani Quraidhah, Shafiyah pun melawan utusan ini, ia sanggup memukul kepadanya dengan sebuah besi, dan musuhpun gugur. Untuk meyakinkan hal itu, Shafiyah memukulkan lagi untuk yang kedua kalinya dengan besi.
Setelah Shafiyah membunuh utusan suku Bani Quraidhah, ia berkata pada Hasan,” Wahai Hasan, ambillah senjata ini (besi).” Hasan menjawab,” Aku tidak sanggup melakukannya.” Shafiyah kembali berkata pada Hasan,” Wahai Hasan, ambillah senjata ini dan penggalah lehernya. Lalu, kepalanya engkau lemparkan pada suku Bani Quraidhah, agar pasukan umat Islam mengetahui sudah ada penyusup ditempat ini.” Hasan menjawab,” Aku tidak sanggup melakukan hal itu.” Oleh karena itu, Shafiyah dan ibunda Zubair melakukan tugas itu. Sedangkan Hasan memalingkan mukanya ke arah lain. Nah, atas keberaniannya itu, Rasulullah SAW memberikan bagian dari Ghanimah pada ibunda Zubair dan Shafiyah.
v Yang Pertama Turun dalam Peperangan
Wahai saudaraku, perang Khandaq sama dengan perang lainnya, Badar dan Uhud. Dimana, sebelum kedua pasukan melakukan perlawanan bersama-sama, keduanya terlebih dahulu menurunkan kesatrianya untuk diadu satu lawan satu. Pada perang Khandaq, yang menjadi utusan dari pasukan kafir Quriasy untuk pertama kali adalah ‘Amr bin Wad. Ia adalah seorang kesatrian yang gagah perkasa, dan tidak pernah ada satupun orang yang mampu mengalahkannya dari beberapa peperangan yang pernah dilakukan suku Quraisy dengan suku lainnya, sebelum melawan pasukan umat Islam.
‘Amr bin Wad pun memasuki medan perang, ia berkata,” Wahai Muhammad, siapakah diantara pasukanmu yang mau menghadapiku?” Mendengar hal itu, seluruh sahabat terdiam dan tidak ada satupun yang berani keluar melawannya. Sikap ini membuat ‘Amr bin Wad semakin pongah seraya berkata,” Apakah kalian sudah menjadi pengecut?” Para sahabat kembali terdiam. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena Ali bin Abu Thalib segera berdiri hendak melawan ‘Amr bin Wad yang terkenal sangat gagah perkasa. Ali berkata,” Wahai Rasulullah, aku untuknya.”
Rasulullah SAW bersabda,” Wahai Ali, duduklah, ia adalah ‘Amr bin Wad, bukan lawanmu.” Ali menjawab dengan sangat berani dan tegas,” Wahai Rasulullah, jika ia adalah ‘Amr, aku adalah Ali.” Saat itu usia Ali baru beranjak 26 tahun, namun keberaniannya sungguh luar biasa. Melihat keteguhan hati Ali dan keberaniannya, Rasulullah SAW berkata,” Wahai Ali, ambillah pedangku ini.” Setelah pedang itu diambil oleh Ali dan ia segera maju ke medan perang untuk menghadapi ‘Amr bin Wad sang kesatria yang tidak pernah dikalahkan oleh musuhnya, beliau bersabda,” Wahai Tuhanku, lindungilah Ali, lindungilah Ali. Engkau telah mengambil Abu Ubaidah pada perang Badar. Juga, mengambil Hamzah pada perang Uhud. Wahai Tuhanku, ini adalah Ali, janganlah engkau meninggalkanku dalam kesendirian.” Beliau berdoa agar Ali diselamatkan dan dapat mengalahkan ‘Amr bin Wad.
Ali melaju ke medan perang dengan membawa pedang yang biasa di gunakan Rasulullah SAW. Setibanya, ‘Amr bin Wad bertanya pada Ali,” Siapakah engkau?” Ali menjawab,” Aku adalah Ali bin Abu Thalib.” ‘Amr berkata,” Wahai anakku, sesungguhnya ayahmu adalah teman karibku. Kembalilah aku ingin membunuh mu.” Dengan sangat berani dan hati yang meyakini kebenaran agama yang dibawanya, Ali menjawab,” Wahai ‘Amr, mungkin saja engkau tidak suka untuk membunuhku, tapi aku sangat ingin membunuhmu, oleh karena itulah aku memilihmu jadi lawanku. Jika engkau tidak ingin menjadi lawanku, aku memberimu 3 pilihan.
1. Bersaksilah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah.
2. Kembali ke rumahmu dan tidak melakukan perlawanan dengan kami
3. Aku yang akan membunuhmu
Tentu saja pilihan itu sangat menghina ‘Amr, sehingga membuat ia marah dan semakin semangat untuk segera melawan Ali. Pertempuran satu lawan satu tidak dapat dihindari, keduanya berusaha saling membunuh dan menyabetkan pedangnya. Karena doa Rasulullah SAW,” Wahai Tuhanku, lindungilah Ali, lindungilah Ali.” Dan takbir yang terus berkumandang dari para sahabat yang menyaksikan pertarungan seru itu, Ali pun atas izin Allah SWT mampu mengalahkan ‘Amr ketika pedang menebas lehernya. Melihat ‘Amr sudah tidak berdaya, Rasulullah SAW berkata pada Ali,” Wahai Ali, lemparkanlah kepalanya pada mereka, agar mereka takut dan melarikan diri.”
Peperangan satu lawan satu pada kali pertama diperang Khandaq mengakibatkan, 6 orang pasukan muslim gugur menjadi syuhad, dan 3 orang dari pasukan kafir Quraisy. Diantara pasukan muslim yang gugur adalah; Sa’ad bin Mu’adz yang gugur karena matanya terkena sabetan pedang musuh. Hibban bin Iraqi gugur akibat panah yang mengenai tubuhnya, ia gugur ketika kembali dari medang perang dan berada dikemah yang dibangun didekat masjid. Ia gugur setelah peperangan melawan Bani Quraidhah usai. Ketika itu yang merawatnya adalah, Rafidah al Aslamiyah. Nah, ia adalah perempuan pertama yang menjadi suster dalam Islam.
Ketahuilah, wahai saudaraku, sebelum Sa’ad menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia sempat memanjatkan doa pada Allah SWT, agar Dia menolong pasukan Rasulullah SAW dari perang al Ahzab. Perang Khandaq dinamakan dengan al Ahzab, karena pasukan kafir Quraisy dibantu oleh beberapa suku yang ada di jazirah Arabia. Juga, mampu membalas terhadap suku Bani Quraidhah yang telah berhianat dan membantu pasukan musuh.
v Keputusan Dari Allah SWT
Perang Khandaq pun dimenangkan oleh pasukan Rasulullah SAW, namun hal itu tidak terlepas dari keputusan dan ketentuan Allah SWT, diantaranya keputusan itu sehingga menjadi jembatan kemenangan umat Islam adalah;
1. Allah SWT telah memilih Nu’aim bin Mas’ud untuk menelantarkan pasukan Musuh
2. Datangnya angin kencang yang sangat dingin
Nah, kedua hal itulah yang merupakan pertolongan Allah SWT terhadap umat Islam sehingga mereka mampu mengalahkan pihak musuh yang jumlahnya jauh lebih besar.
v Peran Nu’aim bin Mas’ud
Mungkin engkau belum mengetahui, apa yang menyebabkan Nu’aim bin Mas’ud yang menjadi penolong pasukan umat Islam atas izin Allah SWT? Suatu hari, datang seorang lelaki dari suku Bani Asyjan, suku ini adalah suku dari kaum kafir. Namun, lelaki yang datang ini adalah orang yang telah memeluk agama Islam. Setibanya, lelaki ini berkata pada Rasulullah SAW,” Aku bersama kalian.” Rasulullah SAW heran dan bersabda,” Engkau telah menjadi bagian dari kami, oleh karena itu, cobalah engkau lemahkan kekuatan musuh sesuai dengan kemampuanmu. Sungguh, peperangan ini adalah sebuah tipu muslihat.”
Mendengar hal itu, dimana lelaki ini adalah Nu’aim bin Mas’ud berkata pada Rasulullah SAW,’ Wahai Rasulullah, akau akan mengatakan sesuatu yang menjadi rencanaku padamu.” Beliau menjawab,” Katakanlah, wahai Nu’aim.” Nu’aim pun mengatakan rencanya pada Rasulullah SAW. Setelah itu, ia segera berangkat menuju desa dimana Bani Quraidhah bertempat. Karena Nu’aim berasal dari suku yang seluruh penduduknya kafir, maka kedatangannya pun diterima dengan suka cita oleh suku Bani Quraidhah, dan membawanya kepada pasukan kafir Quraisy.
Apa yang dilakukan Nu’aim selanjutnya? Ia membawa 50 orang pembesar Qurasiy dan Ghathfan ke hadapan umat Islam yang berada di Madinah. Setelah berada di kota Madinah, Nu’aim meninggalkan ke 50 orang pasukan ini bersama dengan pasukan umat Islam, pertempuran kedua pasukanpun tidak dapat dihindari lagi, dan dimenangkan oleh umat Islam.
Nu’aim meninggalkan ke 50 pasukan dan kembali kepada pasukan kafir Quraisy. Setibanya, ia menceritakan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh suku Quraidhah, dengan mengatakan, apa yang dilakukan suku Quraidhah adalah tipu muslihat semata, karena suku itu telah merencanakan sesuatu dengan Rasulullah SAW terhadap kalian (pasukan kafir Quraisy).” Karena khawatir kaum kafir Quriasy tidak mempercayainya, Nu’aim pun menguatkan perkataannya dengan menyatakan,” Bukti dari apa yang aku ucapkan adalah telah dibunuh oleh mereka 50 orang pembesar dari suku kalian dan suku Ghathfan.” Tidak hanya pada suku Quraisy Nu’aim berkata demikian. Pun, ia mengatakan hal yang sama pada suku Ghatfan.
Rencana Nua’im pun berhasil, akibat dari kejadian tersebut, para pasukan kafir yang terdiri dari beberapa sukupun mulai tertanam keraguan dalam hatinya. Oleh karena itu, merekapun saling menunding satu dengan yang lainnya bahwa merekalah yang berhianat seraya berkata,” Benarlah apa yang dikatakan Nua’iam, sungguh benar apa yang dikatakan Nu’aim.” Mereka mengatakan hal itu, karena terbukti 50 orang pembesar dari suku Quraisy dan Quraidhah telah terbunuh oleh pasukan umat Islam
Wahai saudaraku, sungguh Nu’aim tidak pernah disebutkan dalam sejarah Rasulullah SAW kecuali hanya pada kisah ini, ia tidak hanya menolong pasukan umat Islam, akan tetapi seluruh umat termasuk dirimu telah ditolong olehnya atas izin dan kehendak Allah SWT. Tidakkah engkau ingin seperti itu, wahai saudaraku, berda’wah dan berkorban dengan jiwa dan harta demi bangkitnya agama dan ajaran Islam. allahuakbar.
Pada malam Rabu di hari ke 24 umat Islam dikepung oleh pasukan kafir, Rasulullah SAW berdoa.” Wahai Tuhanku, Engkau adalah dzat yang telah menurunkan al Quran dan Engkau pulalah dzat yang maha cepat menghisab segala amal perbuatan. Wahai Tuhanku, hancurkanlah pasukan kafir dengan kehancuran yang nyata. Tunjukanlah pada kami terhadap mereka keajaiban dari kekuasan dan kehendakMu. Tunjukanlah pada kami terhadap mereka pada hari yang gelap ini, seperti hari dimana engkau telah menghancurkan Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Wahai Tuhanku, tutupilah aurat kami, berilah perlindungan pada kehormatan dan aurat kami. Wahai Tuhanku, lindungilah dari musuh yang ada di hadapan kami, baik yang berada dibelakang, kanan, kiri, dan diatas kami. Wahai Tuhanku, aku berlindung atas nama keagunganMu untuk berperang melawan pasukan musuh yang ada dihadapan kami.” Sampai datang keputusan dan perintah Allah SWT untuk selalu sabar, yakin bahwa mereka adalah para sahabat yang sangat taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya.
v Mu’jizat Angin Kencang Yang Sangat Dingin
Ingatlah,wahai saudaraku, pertolongan Allah SWT terhadap hamba-Nya yang hendak menegakan agama dan ajaran-Nya pasti akan datang. Sebagaimana halnya dengan pasukan Rasulullah SAW saat perang Khandaq. Ketika itu, Allah SWT mengirim tentara-Nya berupa angin yang sangat kencang. Ia datang pada malam hari yang sangat dingin, pasukan Quraisy berhamburan dan terpelanting, akibat yang ditimbulkan dari angin tersebut. Kemah-kemah berterbangan, karena patoknya terangkat. Api unggun yang menerangi mereka padam seketika, dan banyak pasukan dari pihak musuh yang gugur akibat angin kencang seperti badai menimpa mereka.
Abu Sofyan yang mengetahu hal itu, hatinya semakin ciut dan tidak memiliki nyali lagi untuk terus melanjutkan peperangan dengan umat Islam. Oleh karena itu, ia mengajak pasukannya untuk segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke kota Makkah. Kisah ini sebagaimana Allah SWT gambarkan dalam al Quran;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (٩)
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya[4]. dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. (QS. al Ahzab[33]:9)
Sedangkan dari hadits, Khudzaifah pernah berkata,” Kami bersama Rasulullah SAW pada malam perang Khandaq, melihat angin yang sangat kencang dan menghancurkan. Lalu, Rasulullah SAW berkata,” Tidak adakah seroang lelaki yang mendatangiku dengan membawa sebuah kabar berita tentang kaum itu (pasukan kafir), dimana ia akan Allah SWT sandingkan bersamaku dihari kiamat kelak?” Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat terdiam dan tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan itu. Karena tidak ada satupun yang menjawab, beliau sampai mengulang pertanyaan itu tiga kali.
Karena masih tidak ada yang menjawab, lalu beliau bersabda,” Wahai Khudzaifah, bangunlah engkau, dan carilah kabar apa yang terjadi pada kaum tersebut.” Karena perasaan takut masih menyelimuti aku akan kejadian angin topan tersebut, hingga perkataan Rasulullah SAW tidak terdengar olehku. Dan itu membuat beliau berkata untuk yang kedua kalinya,” Wahai Khudzaifah, pergilah engkau menuju kaum itu, dan beritakanlah padaku perihal mereka dan jangan pernah menakut-nakutiku perihal kejadian yang mereka alami.”
Akupun mengikuti saran Rasulullah SAW, aku menuju tempat kejadian, didalam perjalanan aku seakan berjalan di atas lantai kamar mandi, seluruhnya basah dan licin. Sampai akhirnya aku sampai pada mereka dan melihat Abu Sofyan yang sedang terbakar punggungnya. Kejadian yang menimpa Abu Sofyan membuat para pasukan kafir berlarian hendak menyelamatkan Abu Sofyan. Tidak hanya itu, mereka juga berteriak pada pasukan lainnya perihal kejadian itu. Aku melihat adanya kesempatan untuk melakukan perlawan terhadap pasukan kafir. Namun, anak panah yang hendak aku lepaskan dari busurnya, terpaksa aku kembalikan ke punggunggku karena teringat akan sabda Rasulullah SAW,” jangan pernah menakut-nakutiku perihal kejadian yang mereka alami.” Artinya jangan pernah melukai mereka, sehingga hal itu tidak pernah dikehendaki Rasulullah SAW.
Untuk itu, akupun duduk-duduk bersama pasukan musuh dan melihat kejadian yang baru saja menimpa mereka. Saat itu, Abu Sofyan berkata,” Wahai pasukanku, perhatikanlah satu persatu dari kawan kalian, aku takut pasukan Muhammad ada yang menyelinap.” Karena takut didahulukan, akupun segera bertanya pada orang yang duduk disampingku,” Siapakah engkau?” Ia menjawab,” Aku adalah ‘Amr bin Ash.” Setelah ia menjawab, akupun segera memalingkan pandanganku dan bertanya pada orang yang sedang duduk diarah kananku,” Siapakah engkau?” Ia menjawab,” Aku adalah Mu’awiyah bin Abu Sofyan.”
Pertanyaanku pun selesai sampai disitu dan aku mensikapi dari jawaban keduanya dengan,” Benar kalian adalah orang yang ada disampingku.” Cerita ini, ketika ‘AMr bin Ash sudah memeluk agama Islam dan mengetahui kejadian yang menimpanya dengan Khudzaifah pada perang Khandaq, ‘Amr berkata,” Aku tidak kuat menahan tawaku selama setahun, jika teringat kejadian itu.” Khudzaifahpun kembali ke hadapan Rasulullah SAW. Setibanya, ia menceritakan kejadian yang baru saja menimpa pasukan kafir Quraisy. setelah selesai, Rasulullah SAW memakaikan sorban kesukaanya pada kepalaku, sampai aku shalat. Karena lelah, akupun tertidur lelap, paginya, Rasulullah SAW bersabda,’ Bangunlah wahai Nauman (orang yang tidur).”
Atas izin Allah SWT, umat islam terhindar dari kekalahan, tanpa harus melakukan peperangan dengan mereka. Sungguh, kejadian itu merupakan ujian yang sangat besar yang pernah dialami Rasulullah SAW dan pasukannya. Sebagaimana firman Allah SWT.
وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا (٢٥)
Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan [5]. dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. (QS. al Ahzab[33]:25)
Ketahuilah, wahai saudaraku, yang menyebabkan kemenangan ini salah satunya adalah atas doa Rasulullah SAW. betapa ia merendahkan dirinya diahadapan Allah SWT dengan berkata,”Wahai Tuhanku, Engkaulah Dzat yang telah menurunkan al Quran dan Engkau jualah dzat yang maha cepat hisabnya. Wahai Tuhanku, hancurkanlah pasukan musuh dengan kehancuran dan goncangan yang hebat.”
Hancurlah pasukan Quraisy di tanah Khandaq atas izin Allah SWT, dengan mendatangkan Abu Nua’aim bin Mas’ud dan angin topan yang menghantam seluruh pasukan kafir. Padahal saat itu mereka sangat yakin akan mampu mengalahkan pasukan umat Islam, baik dari sisi persenjataan maupun kekuatan. Namun, Allah SWT menghendaki lain, Dia menjawab keyakinan pasukan kafir dengan mendatangkan pasukan-Nya. subhanallah. Tidak hanya itu, kejadian pada hari itu suatu bukti bahwa mereka tidak akan mampu lagi mengalahkan umat Islam dimasa yang akan datang. Dengan syarat, pasukan Rasulullah SAW selalu taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Untuk itu, Rasulullah SAW pernah bersabda,” Mulai sekarang, kita yang akan selalu mengalahkan mereka, bukan mereka yang akan mengalahkan kita. Semua itu akan terlihat oleh mereka.” Sungguh sabda ini menunjukkan jati diri Rasulullah SAW bahwa beliau adalah seorang utusan-Nya. Mengapa? Karena apa yang di sabdakan beliau, itulah yang akan terjadi di masa setelah kewafatannya.
v Perang Bani Quraidhah
Ketahuilah, wahai saudaraku, terjadinya perang antara pasukan Rasulullah SAW dengan suku Quraidhah, karena ia menjadi pengkhianat ketika perang Khandaq berkecamuk. Batalnya perjanjian antara umat Islam dengan suku Quraidhah seperti yang disampaikan oleh Hayy bin Akhtab kepada Ka’ab bin Asad al Qurdhi. Nah, setelah para pasukan kafir Quraisy meninggalkan tanah Khandaq, berkecamuklah sebuah peperangan baru yang disebut dengan perang Bani Quraidhah. Tepatnya pada akhir bulan Dzul Qa’dah dan diawal bulan Dzul Hijjah, ditahun kelima hijrah.
Untuk meyakini kebenarannya, Rasulullah SAW pun mengirim beberapa utusan pada suku Bani Quraidhah, diantara sahabat yang diutus adalah; Zubair, ia dikhususkan untuk mengetahui mengapa mereka membatalkan perjanjanjian tersebut. Lalu, Sa’ad bin Mu’adz, Sa’ad bin Ubadah, dan Abdullah bin Rawahah, ketiga sahabat ini ditugaskan untuk meyakinkan apakah benar mereka telah membelot dan ikut memerangi pasukan umat Islam bersama pasukan kafir Quraisy.
Mengapa Rasulullah SAW memerintahkan keempat sahabatnya untuk mencari berita tentang pengkhianatan tersebut? Karena, pengkhianatan suku Bani Quraidhah diwaktu yang sangat tidak mengungtungkan. Yaitu, ketika berkecamuknya perang antara dua pasukan yang tidak seimbang dalam segalanya. Juga, setelah kebenaran itu terungkap, Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW dan pasuknnya untuk memerangi suku Bani Quraidhah dan melucuti persenjataan mereka setelah perang Khandaq usai.
Sebagai bentuk ketaatan pada Allah SWT dan Rasul-Nya, para sahabatpun pergi ke perkampungan yang dihuni oleh Bai Quraidhah. Sebelum mereka berangkat, beliau berpesan,” Wahai sahabatku, janganlah kalian mengerjakan shalat ashar kecuali sudah sampai pada perkampungan Bani Quraidhah.” (HR. Bukhari). Sedangkan pada riwayat Muslim,” Wahai sahabatku, janganlah kalian mengerjakan shalat dhuhur kecuali sudah sampai pada perkampungan Bani Quraidhah.”
Pesan Rasulullah SAW kepada utusannya, membuat mereka bingung, sehingga ketika sampai disuatu tempat dan waktu shalat sudah tiba. Salah seorang sahabat yang menjadi utusan berkata,” Kita tidak boleh shalat sebelum sampai pada suku Quraidhah.” Dan yang lainnya berkata,” Kita tetap harus shalat, karena itulah yang dikehendaki oleh Rasulullah.” Sahabat yang kedua ini mengartikan pesan Rasulullah SAW sebagai isyarat bahwa mereka harus sampai ke perkampungan Bani Quraidhah sebelum datangnya waktu shalat.
Karena terjadinya perdebatan, sekembalinya dari suku Quridhah merekapun menanyakan hal itu pada Rasulullah SAW, lalu beliau menjwab,” Wahai sahabatku, satupun diantara kalian tidak ada yang salah, karena semua itu adalah ruang ijtihad bagi kalian untuk memahami suatu hadits.” \
Zubari dan tiga sahabat lainnya memberikan kesaksian bahwa suku Quraidhah benar-benar sudah membelot. Sebagai upaya untuk mentaati perintah allah SWT, Rasulullah SAW membawa pasukannya ke perkampungan suku Bani Quraidhah. Berapakah jumlah pasukan tersebut? beliau membawa sebanyak 3.000 pasukan yang terdiri dari, 36 pasukan penunggang kuda dan menjadi barisan terdepan untuk melawan pasukan Bani Quraidhah.
Tahukah engkau, wahai saudaraku, berapa lamakah perang yang terjadi antara pasukan Rasulullah SAW dengan suku Bani Quraidhah? Banyak perbedaan pendapat dalam hal ini, namun menurut pendapat yang lebih diunggulkan peperangan tersebut terjadi selama 25 hari.
Setibanya pasukan Rasulullah SAW ke perkampungan Bani Quraidhah peperangan tidak dapat dihindari. Kedua pasukan saling unjuk kebolehannya, dan akhirnya peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Rasulullah SAW. Kemenganan itu terjadi, karena Allah SWT menurunkan beberapa ujian dan penyakit, hingga pasukan Bani Quraidhah tidak mampu untuk bernafas. Oleh karena itu, mereka segera menyerahkan diri dan menerima Sa’ad sebagai hakim atau pimpinan mereka.
Rasulullah SAW membawa Sa’ad kehadapan kaum anshar, lalu beliau berkata,” Wahai kaum anshar, beridiri dan sambutlah pemimpian dan orang terbaik diantara kalian.” Kemudian beliau meneruskan sabdanya,’ Sesungguhnya, suku Bani Quraidhah telah tunduk pada hukum yang telah kalian putuskan.” Suku ansahar menjadab,” Wahai Rasulullah, suku Quriadhah hanya akan tunduk pada hukum yang telah engkau tentukan.” Setelah dialog terjadi antara Rasulullah SAW dan suku Anshar, Saad bin Mu’adz pun akhirnya angkat bicara,” Pasukan perang mereka akan kita perangi, keturunan mereka akan kita tawan, dan harta yang mereka tinggalkan akan kita bagi.” Setelah Sa’ad berkata demikian, Rasulullah SAW bersabda,” Wahai Sa’ad, engkau telah menghukumi apa yang diinginkan Allah SWT.”
v Pelajaran Yang Di dapat dari Perang Bani Quraidhah
Wahai saudaraku, saat ini, bukankah engkau sangat sulit membedakan antara yang jujur dan berkhianat. Juga, sulit untuk memendakan mana musuh Islam dan orang yang mau menegakan agama dan ajarannya. Lalu, bagaimanakah menghukumi suatu kelompok yang menentang Islam dan mengingkari janji untuk taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Untuk itu, wahai saudaraku, peperangan yang dilakukan oleh pasukan Rasulullah SAW dengan suku Bani Quraidhah, ada pelajaran yang mungkin akan dapat engkau jadikan pedoman dalam hidupmu. Dianataranya;
1. diperbolehkannya membunuh siap saja orang yang ingkar terhadap janjinya. Telebih lagi jika ia ingkar terhadap agama dan ajaran Islam. Naudzubillah.
2. Bolehnya membuat suatu hukum untuk kepentingan umat Islam, jika hukum tersebut tidak engkau dapatkan dalam al Quran maupun sunnah Rasulullah SAW. Seperti yang dilakukan oleh Sa’ad bin Mu’adz
3. Diperbolehkannya berijtihad dalam hal furu’iah (cabang). Artinya jika ada sebuah hadits rasulullah SAW yang tidak berkenaan dengan ibadah mahdhah (murni ibadah) seperti syahadat, shalat fardhu, puasa, zakat dan haji. Dan pengertian dari hadits itu masih bersifat umum, maka diperbolehkan untuk berijtihad. Namun, semua itu dapat engkau lakukan dengan syarat menguasai beberapa bidang ilmu. Hal ini seperti yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW, ketika mereka di utus ke perkampungan suku Quraidhah. Dimana beliau bersabda,” Jangan kalian shalat ashar sebelum sampai diperkampungan suku Bani Quraidhah.” Mereka masing-masing berijtihad dan menafsirkan terhadap hadits tersebut. setelah di utarakan langsung pada Rasulullah SAW, beliau tidak memarahinya. Sebaliknya beliau memberikan keleluasaan pada para sahabatnya.
v Hikmah
Wahai saudaraku, jika engkau memperhatikan pada bab ini, ada beberapa hikmah atau pelajaran penting yang dapat engkau jadikan pedoman hidupmu pada kisah perang Khandaq. Diantaranya;
1. Lawanlah musuh-musuhmu sesuai dengan kekuatan yang engkau miliki. Jangan pernah memulai untuk memerangi mereka, namun jangan pernah mundur ketika mereka sudah berada dihadapan kita apapun yang terjadi dan seberapapun kekuatan yang engaku miliki
2. Jagalah selalu sikap adil dan persamaan derajat antara saudaramu seiman dan seagama. Jangan pernah engkau merasa paling mulia terhormat. Karena kehormatan dan kemuliaan hanyalah dimiliki oleh orang yang bertakwa pada Allah, dan orang yang bertaqwa. Hal ini seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dimana mereka saling melindungi satu dengan yang lainnya, tanpa ada yang terdhalimi.
3. Bersikap lembutlah terhadap saudaramu seiman dan seagama
4. Mulailah untuk selalu bermusyawarah ketika hendak memutuskan sesuatu
5. Berkorbanlah demi tegaknya agama dan ajaran Islam
[1] Yang dimaksud dengan berbuat fitnah Ialah: murtad, atau memerangi orang Islam.
وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ (١١١)
Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)". (QS. al Maidah[5]:111)
[4] Ayat ini menerangkan kisah AHZAB Yaitu golongan-golongan yang dihancurkan pada peperangan Khandaq karena menentang Allah dan Rasul-Nya. yang dimaksud dengan tentara yang tidak dapat kamu Lihat adalah Para Malaikat yang sengaja didatangkan Tuhan untuk menghancurkan musuh-musuh Allah itu
[5] Maksudnya orang mukmin tidak perlu berperang, karena Allah telah menghalau mereka dengan mengirimkan angin dan malaikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar