v Penyebab Perang
Wahai saudaraku, perang adalah sesuatu yang sangat dibenci oleh seluruh kalangan di dunia. Jika seperti itu keadaannya, maka muncul sebuah pertanyaan, mengapa Rasulullah SAW berperang? Apakah beliau haus akan darah? Rasulullah SAW berperang bukan karena haus darah. Hal itu dibuktikan dari jumlah orang yang terbunuh dari dua kubu dalam medan perang sebanyak 400 orang. Jika beliau haus darah, pastinya jumlah yang terbunuh akan lebih banyak lagi.
Untuk mengetahui kisah berkecamuknya perang, maka perhatikanlah perihal yang menyebabkan perang tersebut.
Ketika Rasulullah SAW memimpin kota Madinah dan membuat undang-undang untuk rakyatnya. Mulai saat itu seluruh lapisan masyarakat menyukai sesuatu yang baru. Yaitu, menyebarkan kebaikan. Yang membuktikan hal itu adalah kisah antara seorang lelaki anshar dengan lelaki muhajirin yang sedang lapar.
Suatu ketika, datang kepada seorang lelaki dari kaum muhajir dalam keadaan lapar. Melihat hal itu, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, baik dari kaum anshar maupun muhajirin.”Siapakah yang akan menjamu lelaki ini?” Lalu, salah seorang dari kaum anshar berdiri,” Wahai Rasulullah, aku siap untuk menjamu lelaki ini.” Keinginan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT, adalah alasan mengapa lelaki dari kaum anshar ini menyanggupi untuk menjamu lelaki dari kaum muhajir. Padahal, dirumah ia tidak memiliki apapun untuk menjamu tamu tersebut. Karena makanan yang ada dirumah, hanya cukup untuk dirinya dan anggota keluarga. Sehingga, jika makanan itu diberikan kepada tamu ini. Maka, salah satu anggota keluarganya ada yang tidak mendapatkan makanan.
Lalu, apa yang ia lakukan, mengetahui kondisi seperti itu? Ia meminta sang isteri untuk menidurkan anaknya tanpa makan malam. Setelah itu, lelaki anshar ini memperdengarkan kepada tamu dentingan suara piring. Seakan penghuni rumah sudah selesai menyantap hidangannya. Lalu, sahabat anshar ini mempersilahkan tamunya memasuki rumah, dan sang isteri meletakkan makanan diatas meja, agar tamu dapat merasakan makanan tersebut. Oleh karena kejadian ini, turunlah satu ayat ketika waktu fajar;
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالإيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٩)
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung (QS. al Hasyr[59]:9)
Wahai saudaraku, betapa kaum anshar sangat mencintai kaum muhajirin. Mereka rela memberikan apa saja, demi terjalinnya persaudaraan. Juga, hal yang sama dilakukan oleh kaum muhajirih terhadap anshar. Nah, itulah salah satu puncak dari pemerintahan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.
Sebetulnya apa yang dilakukan oleh lelaki anshar terhadap muhajir yang menjadi tamunya, berharap tidak ada yang mengetahuinya. Namun, dengan turunnya ayat tersebut, Allah SWT menghendaki lain. Dia ingin seluruh penduduk Madinah mengetahui perihal tersebut. sehingga dapat dijakian sebuah pelajaran yang sangat berarti untuk seluruh umat manusia. Islam maupun non Islam. Khususnya kepada penduduk Madinah.
Kisah lain yang menunjukkan bahwa kota Madinah menjadi kota, dimana penghuninya berlomba untuk mendapatkan kebaikan. Dialah Utsman bin Affan. Ketika itu ia telah membeli sebuah sumur dari kaum Yahudi. Tujuan Utsaman membeli sumur ini untuk dihadiahkan kepada seluruh umat Islam, baik penduduk Madinah maupun lainnya. Karena sumur ini akan menjadi tempat pengambilan air, untuk minum maupun membersihkan badan. Setelah, sumur itu dibeli dan dihadiahkan, terjadilah beberapa peristiwa. Diantaranya;
1. Munculnya sekelompok pemuda dari daerah lain di kota Madinah. Mereka berjumlah 70 orang. Alasan kedatangan mereka, karena mereka mendengar ada sebuah kota dimana penduduknya siang hari bekerja keras. Namun, malam harinya selalu membaca al Quran. Sekelompok pemuda ni penasaran hingga memutuskan untuk berkunjung ke Madinah. Dan merekapun melihat sendiri kebenaran dari cerita tersebut. Oleh karena itu, seluruh pemuda ini memeluk agama Islam dalam satu hari. hari ini yang kemudian dikenal dengan ‘Gerakan Yamamah’.
Apa yang mereka lakukan adalah hidayah dari Allah SWT dan atas karunia yang Dia berikan, 70 pemuda langsung memeluk agama Islam dalam satu hari. Allahuakbar.
2. Perubahan pelaksanaan shalat fardhu. Pada awalnya, shalat fardhu lima waktu yang diperintahkan Allah SWT ketika Rasulullah SAW melakukan perjalan Isra Mi’raj. Beliau mengerjakannya dua rakaat dua rakaat dalam lima waktu. Yaitu, waktu dhuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh. Namun, ketika di Madinah terjadi perubahan dalam pelaksanaan shalat pada rakaatnya. Yaitu, seperti yang saat ini engkau kerjakan. Dua rakaat waktu subuh, empat rakaat waktu dhuhur dan ashar, tiga rakaat waktu maghrib dan empat rakaat waktu isya’. Juga, di kota Madinah umat Islam diwajibkan untuk berpuasa dibulan ramadhan dan mengenakan busana muslimah. Yaitu, jilbab.
3. Suatu hari, datang seorang sahabat wanita kepada Rasulullah SAW. Ia mengusulkan agar beliau membuat sebuah mimbar yang kemudian dijadikan sebagai tempat ceramah, atau untuk mengumumkan sesuatu. Mengapa harus mimbar? Agar para sahabat dapat melihar Rasulullah SAW.
4. Adzan, suatu ketika ada seorang sahabat yang berpikir, bagaimana cara memanggil para sahabat untuk menunaikan ibadah shalat berjama’ah. Akhirnya ia mendapatkan jawabannya ketika bermimpi mendengar suara adzan. Ia bergegas mendatangi Rasulullah SAW untuk menyampaikan perihal mimpinya. Setelah mendengar penuturan sahabatnya ini, beliau membenarkan mimpi tersebut. Lalu, beliau memilih Bilal sebagai mu’adzin (orang yang adzan). Mengapa? Karena diantara para sahabat yang ada, Bilal adalah sahabat yang memiliki suara paling bagus.
Wahai saudaraku, seluruh sahabat dimasa kepemimpinan Rasulullah SAW, baik dari kalangan anshar maupun muhajirin melaksanakan tugasnya masing-masing. Tidak ada satupun diantara mereka yang iri dan dengki. Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan Rasulullah SAW.
Ada sebuah kisah yang menarik, dimana seorang pemimpin agung, namun ia hidup dalam kekurangan. Akan tetapi, kefakiran yang dialaminya tidak lantas membuatnya bakhil dan kikir. Pemimpin itu adalah Rasulullah SAW. Beliau pernah mengalami selama 3 bulan tidak ada makanan yang dapat dimasak. Beliau hanya memakan kurma dan air untuk menahan lapar yang terus menghantui perutnya. Suatu hari—pada masa 3 bulan—beliau pernah menaruh dua batu diatas perutnya untuk menahan rasa lapar yang luar biasa.
Walaupun keadaan Rasulullah SAW dalam keadaan seperti ini. Namun, kedermawananya masih terlihat jelas. Suatu hari, salah seorang sahabat wanita membuatkan Rasulullah SAW sebuah sorban yang biasa diikatkan pada kepala. Oleh karena itu, beliau sangat bahagia mendapatkannya. Ketika beliau keluar dari rumah dengan mengenakan sorban barunya untuk menemui para sahabat. Setibanya, salah seorang sahabat berkata,” Alangkah indahnya sorban yang engkau kenakan, wahai Rasulullah. Apakah engkau akan memberikannya kepadaku.” Rasulullah SAW menjawab,” Jika engkau menyukainya, ambillah sorban ini.” Subhanallah. Sungguh beliaulah pemimpin yang harus engkau jadikan sebagai teladanmu, wahai saudaraku.
Sahabat itupun sangat girang mendengar jawaban Rasulullah SAW, bahwa sorban itu sudah menjadi miliknya. Setelah diberikan, ia segera mengenakan sorban pemberian Rasulullah SAW. Sahabat lain yang menyaksikan kejadian itu terkejut dan heran. Oleh karena itu, mereka menegur sahabat yang telah meminta sorban Rasulullah SA,” Apakah engkau tidak malu, meminta kepada Rasulullah?” Sahabat yang bertanya ini mengetahui betul keadaan dan kondisi pimpinannya. Yang ditanyapun menjawab,” Wahai para sahabat, demi Allah, aku meminta sorban ini bukan untuk menyelimuti tubuhku ketika musim dingin tiba. Akan tetapi, aku memintanya agar kelak sorban ini menjadi kain kafanku ketika aku wafat.”
Nah, itulah kondisi dan keadaan kota Madinah, setelah Rasulullah SAW menjadi pemimpin. Para sahabat baik kaum anshar maupun muhajirin saling berlomba mendapatkan pahala. Berlomba untuk memasuki surga Allah SWT. dan berlomba untuk mendapatkan naungan-Nya ketika hari pembasalan tiba. Lalu, bagaimana dengan kondisi di luar kota Madinah?
v Kondisi dan Keadaan Diluar Kota Madinah
Engkau pastinya sudah mengetahui, bagaimana suku Quraisy diantara suku lainnya di jazirah Arabia. Ia adalah pemimpin seluruh suku yang ada di sana. Juga, ia sangat disegani dan ditakuti oleh suku selainnya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada kafir Quraisy,” Biarkan dan bebaskanlah aku untuk berda’wah kepada suku lain.” Hal yang sama juga disampaikan oleh paman Rasulullah SAW yang bernama al Abbas yang saat itu masih dalam keadaan kafir,” Wahai suku Quraisy, biarkanlah lelaki ini (Rasulullah SAW) berda’wah kepada suku lain, dan biarkan juga mereka mengikuti da’wahnya Muhammad. Apabila jika mereka menolak untuk memeluk agama Muhammad, maka terima dan kasihanilah mereka. Sebaliknya, apabila mereka ikut pada agama Muhammad, sesungguhnya kekuatan adalah milik kalian.”
Abu Jahal yang mendengarkan penuturan al Abbas tidak setuju, lalu ia berkata,” Wahai al Abbas, apakah engkau sudah gila, dengan memberikan harta dan barang dagangan kita hilang begitu saja?”
Untuk itu, wahai saudaraku, terjadinya perang antara Rasulullah SAW dengan kafir Quraisy. Hanya demi tersampaikannya agama dan ajaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia dipelosok negeri. Juga, beliau memperingatkan kepada seluruh umatnya, agar jangan sampai memiliki sifat seperti yang dimiliki Abu Jahal. Dimana ia tidak mampu membedakan mana kepentingan individu dengan masyarakat. Oleh karena itu, engkau harus mampu membandingkan mana kebenaran dan kebaikan untuk orang banyak dengan kepentingan pribadi.
v Persiapan Rasulullah SAW
Wahai saudaraku, peperangan tidak dapat dihindari lagi, dimana kafir Quraisy tidak ingin Rasulullah SAW menyebarkan agama dan ajarannya. Karena secara tidak langsung beliau akan membuat mereka miskin dan tidak memiliki harta. Itulah anggapan mereka atas ajaran Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW mengetahui perihal penyerbuan kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Walau kekuatan musuh jauh diatas kekuatan pasukan yang dimiliki kota Madinah. Namun, hal itu tidak membuat Rasulullah SAW menyerah dan mundur. Ia meminta izin kepada para sahabatanya untuk melaksakan shalat dan memohon kepada Allah SWT, agar Dia memberikan pertolongan dan kemenangan pada umat Islam.
Setelah Rasulullah SAW bermunajat dan memohon kepada Allah SWT, bukan lantas tidak ada usaha. Mengapa? Karena berserah diri atau tawakkal dilakukan setelah berdoa dan berusaha. Oleh karena itu, usaha yang dilakukan Rasulullah SAW diantaranya adalah;
1. Beliau memerintahkan kepada seluruh penduduknya yang telah mengucapkan ‘Tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah. Juga, bagi penduduk Makkah yang mampu menganggat senjata, di perintahkan untuk ikut berperang. Tidak ketinggalan, beliaupun meminta sahabat yang mampu membaca dan menulis untuk ikut berperang melawan pasukan kafir Quraisy.
Lihat dan perhatikanlah ucapan Rasulmu, wahai saudaraku, beliau sangat memaham bahwa pertolongan tidak mungkin akan datang kepadanya hanya dengan kekuatan yang beliau miliki. oleh karena itu, beliau meminta orang yang mampu membaca dan menulis untuk ikut berperang. Atau istilah lain orang yang berilmu.
2. Mempersiapkan telik sandai atau mata-mata. Sebelum peperangan terjadi, Rasulullah SAW memeritahkan Sa’id bin Zaid dan Thalhah bin Abdullah RA. Untuk menjadi mata-mata terhadap pasukan musuh dan melihat kondisi sekitar kota Makkah dan Madinah. Juga, keduanya diperintahkan untuk mempersiapkan beberapa suku yang netral untuk membantu.
3. Pengawas. Rasulullah SAW mengirim beberapa orang sahabat untuk melalui perjalanan antara Makkah dan Madinah. Disana mereka berlatih perang untuk mempersiapkan pertempuran dengan suku Quraisy. mereka berjumlah 8 orang yang seluruhnya adalah kaum muhajiriin. Salah seorang yang diutus oleh beliau adalah Abdullah bin Jahasy. Kepada Abdullah, Rasulullah SAW memberinya sebuah surat. Setelah dipengangnya, beliau berkata kepada Abdullah,” Wahai Abdullah, apabila engkau telah berjalan selama dua hari, barulah surat ini engkau baca. Dan, ikutilah petunjuk yang ada dalam surah itu. Juga, jangan menceritakan perihal ini kepada yang lainnya.”
Abdullah bin Jahasy, mengikuti saran Rasulullah SAW. Ia baru membuka surah tersebut setelah dua hari melakukan perjalanan dari kota Madinah ke Makkah. Suratpun ia buka, lalu dibacalah surat itu yang berisikan kalimat “Jika engkau melihat surat yang aku berikan ini, maka lanjutkanlah perjalanan sampai engkau menemukan pohon kurma. Ia berada antara Makkah dan Thaif. Setelah engkau menjumpai pohon tersebut, maka jadikanlah ia sebagai tempat pengawasanmu, untuk mengetahui kondisi pasukan Quraisy. Setelah itu, berilah kabar kepada aku.”
Setelah membaca seluruh isi surat itu, Abdullah bin Jahasy berkata pada dirinya sendiri,” Sam’an wa Thaatan” artinya, aku dengarkan perintahmu dan aku akan taati.” Lalu, ia berpaling kehadapan para sahabat lainnya seraya berkata,” Wahai para sahabat, sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan aku untuk terus melanjutkan perjalanan sampai menemukan sebuah pohon kurma. Disana aku akan mengawasi gerak gerik pasukan kafir Quraisy. Jika sudah mendapatkan kepastian tentang pasukan itu, barulah aku akan memberi kabar kepada Rasulullah SAW.”
Abdullah bin Jahasy melanjutkan perkataannya,” Wahai para sahabat, aku meminta maaf tidak memberitahukan kalian akan surat ini, karena Rasulullah SAW melarang aku untuk memberitahukan hal ini. Oleh karena itu, barang siapa diantara kalian yang ingin wafat menjadi syuhada, maka ikutlah bersamaku. Sebaliknya, jika tidak ingin meneruskan perjalanan bersama aku, hendaknya kalian kembali ke kota Madinah. sedangkan aku, akan terus melakukan perjalanan sesuai dengan saran Rasulullah SAW.”
Ketahuilah, wahai saudaraku, 8 orang sahabat dari kaum muhajiriin tidak ada yang kembali ke kota Madinah. mereka telah siap menyongsong kematian menjadi syuhada. Mereka tidak gentar hanya dengan kafir Quraisy. merekapun meneruskan perjalanan sesuai dengan saran Rasulullah SAW. Pohon yang dimaksud Rasulullah SAW ada di negeri Hijaz. Setelah mereka menemukannya, salah seorang sahabat menaiki pohon tersebut. Lalu, setelah mengawasi daerah sekitarnya.
Ketika itu sedang terjadi kemelut antara Sa’ad bin Abi Waqqas dan Utbah bin Ghazwan, karena unta jantan yang menjadi tunggangannya telah hilang. Oleh karena itu, keduanyapun sibuk mencari dan terjadilah sedikit perdebatan antara keduanya. Tidak ketinggalan, Abdullah bin Jahasy dan para sahabat turun dari pohon kurma yang dijadikan sebagai tempat untuk mengawasai pasukan kafir Quraisy. Mereka ikut mencari unta yang hilang miliki dua sahabat, Sa’ad bin Abi Waqqas dan Utbah bin Ghazwan.
Seluruh sahabat yang ditugaskan Rasulullah SAW untuk mengawasi gerak gerik pasukan kafir Quraisy di kota Makkah, akhirnya mencari unta tersebut. Ditengah pencaharian, mereka menemukan beberapa unta milik kafir Quraisy yang membawa anggur dan kulit yang sudah dibersihkan. Juga, ada yang mengangkut barang perniagaan dari pedagang suku Quraisy. Diantara rombongan orang menunggangi unta tersebut adalah ‘Amr bin al Hadhrami.
Melihat sekelompok kafir Quraisy dengan beberapa unta yang penuh dengan barang dagangan. Terlintas dalam benak para sahabat Rasulullah SAW untuk menjadikan mereka sebagai tawanan, seperti yang pernah mereka lakukan terhadap para sahabat lainnya. Setelah kedelapan sahabat bermusyawarah, merekapun menyetujui usulan tersebut. Kejadian tersebut terjadi pada bulan haram.
Oleh karena itu, salah seorang sahabat ditugaskan untuk membidik dan menakut-nakuti sekelompok pedagang dari suku Quraisy, agar mereka takut dan mau menjadi tawanan. Namun, siapa yang menyangka busur yang sudah terlepas mengenai tubuh ‘Amr bin al Hadhrami hingga ia wafat. Wafatnya ‘Amr menyisakan dua orang lagi dalam rombongan. Nah, keduanya itulah yang dijadikan sandera oleh Abdullah bin Jahasy dan para sahabat lainnya.
Abdullah dan para sahabat pun membawa kedua tawanan tersebut. Juga, barang dagangan yang bersamanya ke hadapan Rasulullah SAW di kota Madinah. Setibanya, mereka menceritakan perihal kejadian tersebut kepada Rasulullah SAW. Beliau marah melihat sikap ceroboh dari para sahabatnya seraya berkata,” Siapa yang memerintahkan kalian untuk membunuh di bulan haram?”
Pihak kafir Quraisy telah mengetahui kejadian tersebut. oleh karena itu, merekapun berkata,” Wahai suku Quraisy, Muhammad dan para sahabat telah membebaskan dan menghalalkan bulan haram. Mereka telah membunuh, merampas barang dagangan, dan menawan dua orang dari suku kita.” Kejadian ini membuat Allah SWT menurunkan ayat.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٢١٧)إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٢١٨)
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[1]. dan berbuat fitnah[2] lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
218. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al Baqarah[2]:217-218)
Ketahuilah, wahai saudaraku, ayat di atas merupakan teguran keras untuk umat Islam, akibat kesalahan yang mereka lakukan. yaitu, membunuh ‘Amr bin al Hadhrami pada bulan haram. Dan, itu merupakan dosa besar. Dengan turunnya ayat ini, menunjukkan bahwa al Quran tidak pernah berpihak pada siapapun, termasuk kepada umat Islam. Karena al Quran selalu berada pada kebenaran.
Selain itu, al Quran juga menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh kafir Quraisy, dengan mencegah umat Islam untuk menysiarkan agama dan ajaran Islam, mengkufuri agama Islam dan mengusir penduduk masjid al Haram (Rasulullah dan sahabat) dari rumah mereka. Semua itupun adalah dosa besar dalam pandangan Allah SWT.
v Awal Peperangan
Perang badar merupakan peperangan pertama kali terjadi dalam sejarah umat Islam. Peperangan tersebut melibatkan kaum anshar dan muhajiriin melawan pasukan kafir Quraisy. Ia berkecamuk di tahun kedua terhitung dari hijrahnya Rasulullah SAW dan para sahabat. Atau tepatnya pada hari jum’at tanggal 17 Ramadhan.
Ketika itu, Rasulullah SAW mengetahui tentang sekelompok unta yang dikomando oleh Abu Sufyan. Sekawanan itu berjumlah 100 ekor unta, juga Bersamanya uang sebanyak 100,000 dinar. Sekelompok unta tersebut dijaga kurang lebih oleh 40 orang. Abu Sufyan membawa sekawanan unta ini ke jalanan yang biasa dipergunakan untuk menuju menuju Madinah.
Wahai saudaraku, tahukah engkau darimana Rasulullah SAW mengetahui hal itu? Apakah Jibril AS yang menceritakannya, atau beliau mengetahui sendiri? Rasulullah SAW mengetahui kejadian tersebut dari dua orang telik sendinya yang beliau utus untuk memata-matai suku Quraisy. yaitu, Sa’id bin Zaid dan Thalhah bin Abdullah RA.
Tidakkah engkau memperhatikan persiapan Rasulullah SAW dalam melakukan peperangan. Beliau tidaklah bodoh yang hanya mengharapkan pertolongan Allah SWT tanpa adanya usaha. Oleh karena itu, beliau mengirim dua utusan telik sendinya agar dapat mengetahui kekuatan dan kondisi pihak musuh. Setelah itu, barulah beliau berserah diri dan mengharapkan pertolongan dari Allah SWT.
Tahukah engkau, wahai saudaraku, dari manakah uang sebanyak itu yang dimiliki oleh kafir Quraisy? mereka mendapatkannya dari para sahabat yang hendak hijrah. Sahabat Rasulullah SAW diperbolehkan meninggalkan kota Makkah dengan syarat meninggalkan harta yang mereka miliki. contohnya yang terjadi pada Shuhaib ar Rumi. Ia memberikan seluruh kekayaannya kepada kafir Quraisy agar bisa hijrah ke Madinah bersama Rasululllah SAW. Nah, dari situlah harta tersebut didapatkan.
Lalu, apakah suku Quraisy sudah gila dengan meninggalkan 100 ekor unta dan uang sebanyak 100.000 dinar. Dan hanya dijaga oleh 40 orang? Iya, mereka memang sudah gila, karena Quraisy adalah suku yang sangat disegani dan ia menjadi pimpinan seluruh suku yang ada di jazirah Arabia. Sehingga yang ada dalam benak mereka adalah bagaimana dapat mengelabui orang yang akan melewati sekawanan unta tersebut
Mengetahui peperangan sudah tidak dapat dihindari lagi, Rasulullah SAW mempersiapkan pasukannya. Beliau membawa pasukan kurang lebih berjumlah antara 313 dengan 317 orang. Pasukan tersebut terdiri dari, 72 atau 76 dari kaum muhajiriin, 61 dari suku al Aus, dan 180 dari suku al Khazraj. Sedangkan binatang yang dipergunakan untuk kendaraan mereka terdiri dari, dua ekor kuda yang salah satunya ditunggangi oleh Zubair bin Awwam, dan yang lainnya ditunggangi oleh sahabat yang ditugaskan untuk berada di depan. Dan binatang lainnya yang dibawa adalah 70 ekor unta, setiap satu ekor unta dinaiki oleh 2 sampai 3 orang.
Diantara 70 ekor unta tersebut, Murtsad bin Abi Murtsad dan Ali bin Abu Thalib berada dalam satu unta, keduanya beriringan bersama Rasulullah SAW. Lalu, Ali berkata kepada Murtsad,” Wahai Murtsad, bagaimana jika kita jalan saja, dan biarkan Rasulullah SAW yang menunggangi unta ini.” Murtsad pun sepakat. Setelah itu kedunyapun menyampaikan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab,” Wahai Ali dan Murtsad, tidaklah kalian lebih kuat dari ku, dan tidak juga pahala ku akan lebih banyak dari kalian.”
Subahanallah, Rasulullah SAW adalah seorang pemimpin urusan agama juga dunia. Beliau juga sebagai pemimpin umat. Namun, dari akhlak dan sikapnya tidak menunjukkan kesombongan sedikitpun. Beliau malah memerintahkan Ali dan Murtsad yang berada di kendaraan, sedangkan beliau lebih memilih berjalan kaki dengan para sahabat lainnya.
Tahukah engkau, wahai saudaraku, apa yang menyebabkan Rasulullah SAW keluar untuk mendatangi sekawanan unta tersebut yang berjumlah 100 ekor dan bersamanya uang sebanyak 100.000 dinar? Karena, uang dan unta itu adalah miliki kaum Muhajirin yang ditinggalkan di kota Makkah. Nah, ketika beliau dengan Abu Bakar meninggalkan Ali bin Abu Thalib pada hari beliau hijrah ke Madinah, sebetulnya beliau mengemban amanah dari kaum muhajirin untuk mengembalikan harta benda yang ditinggalkan oleh mereka di Makkah. Namun, titipan tersebut tidak dibawa oleh Rasulullah SAW Madinah.
Harta yang dititipkan adalah amanah yang harus dikembalikan kepada pemiliknya. Untuk itu, Rasulullah SAW pun berusaha untuk mengambil kembali uang dan unta tersebut. Karena seluruhnya adalah miliki umat Islam
Wahai saudaraku, Rasulullah SAW berhasil mengambil dan merebut kembali uang 100.000 dinar dan 100 ekor unta. Lalu, beliau kembalikan kepada yang berhak. Selain itu, apa yang dilakukan Rasulullah SAW bertujuan agar kafir Quraisy mengetahui bahwa beliaupun mampu untuk melakukan hal semacam itu kepada mereka. seperti mereka lakukan kepada umat Islam, ketika hendak hijrah.
Abu Sufyan yang mengetahui bahaya yang mengancam sekawanan untanya. Ia segera mengirim Dhamdham bin ‘Amr al Ghiffari ke kota Makkah untuk menemui suku Quraisy. Ia bergegas ke kota Makkah namun setelah tiba dikota Makkah dan sebelum menemui kafir Quraisy. Ia melakukan kecurangan; hidung unta yang menjadi tunggangannya di cungkil, kakinya ia buat pincang, dan baju yang dikenakanpun ia sobek-sobek seakan habis dirampok. Padahal ia sehat dan tidak mengalami hal apapun. Setelah melakukan hal itu, barulah ia menemui pembesar kafir Quraisy dan berkata,” Wahai suku Quraiys, kalian telah dirampok, kalian telah rampok.” Kafir Quraisy pun menanyakan perihal perampokan tersebut. Lalu, Dhamdham menjawab,” Harta kalian yang berada pada Abu Sufyan telah dirampas oleh Muhammad dan para sahabatnya. Demi Tuhan, aku yakin kalian tidak ingin mengetahui kejadiannya.” Dhamdham sengaja berkata demikian, karena secara tidak langsung melihat keadaan dan kondisi Dhamdham, kafir Quraisy sudah dapat menebak telah terjadi sesuatu yang sangat kejam. Dhamdham meneruskan keterangannya,” Wahai suku Quraisy, bantulah kami, bantulah kami.”
Sebenaranya Bibi Rasulullah SAW yang bernama ‘Aatikah binti Abdul Muthalib, telah mengetahui kejadian yang sebenarnya sebelum Dhamdham bin ‘Amr datang. Ia mengetahui hal itu melalui mimpi didalam tidurnya 3 hari sebelum Abu Sufyan mengirim Dhamdham. Didalam mimpi ‘Atikah, ia melihat seorang lelaki yang menghadap kepada seekor untanya. Tiba-tiba lelaki itu tersunggur bersama untanya. Lalu, ia berkata, larilah kalian wahai keluargaku, pergilah meminta pertolongan dari pembajak ini dalam waktu tiga hari. Setelah selesai memerintahkan keluarganya untuk lari dan meminta perolongan. Lelaki ini berusaha untuk mengambil sebuah batu besar yang ia bawa dari lereng gunung. Namun, ia tidak sanggup mengangkatnya. Tiba-tiba terlihatlah oleh aku semacam bangunan dari rumah. Aku memasukinya ternyata ia berisikan tumpukan batu-batu besar.
Siang harinya, ‘Atikah menceritakan kejadian mimpi tersebut kepada al Abbas. Lalu, cerita tentang mimpi tersebut sampai kepada telinga al Walid dan tidak ketinggalan Abu Jahal pun mengetahui kejadian mimpi tersebut. oleh karena itu, Abu Jahal mendatangi al Abbas dan berkata,” Wahai al Abbas, jika cerita tentang mimpi ini tidak benar, aku akan menulis dalam sebuah kertas yang berisikan bahwa keturunan Bani Hasyim tukang bohong.”
Itulah kisah, sebelum Dhamdham datang ke kota Makkah. Setelah ia memberitahukan perihal sekawanan unta yang diambil Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Kafir Quraisy tidak membuang-buang waktu, mereka berhamburan keluar dan segera menuju tempat sekawanan unta tersebut, untuk menolong dan menyelamatkan unta-unta dan 40 orang suku Quraisy.
Tidak hanya itu, merekapun bersiap untuk berperang melawan pasukan umat Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Merekapun mengirim pasukan sebanyak mungkin untuk menghancurkan umat Islam. Mengapa mereka melakukan itu? Karena anggapan mereka, jika umat Islam tidak dihancurkan secara keseluruhan, pasti akan membahayakan dan mengancam barang dagangan mereka.
Untuk itu, seluruh kafir Quraisy pun sepakat membawa pasukan yang berjumlah besar dan seluruh pemuka Quraisy ikut serta. Hanya Abu Lahab yang tidak ikut dalam rombongan tersebut karena ia takut terbunuh. Karena sungkan jika tidak ikut sama sekali, ia memutuskan untuk mengirim al Ash bin Hisyam dan Umayyah bin Khalaf yang akan menempati posisinya. Jumlah pasukan kafir Qurasiy saat itu sebanyak 950 orang, 200 ekor kuda dan 100 ekor unta. Sedangkan tentara berkuda yang tidak mendapatkan kuda, mereka menunggangi unta.
Pasukan pun siap diberangkatkan. Melihat hal itu, Abu Sufyan mengirim utusan kepada pasukan kafir Quraisy yang berjumlah sangat besar. Abu Sufyan meminta utusannya untuk menyampaikan kepada pasukan kafir Quraisy untuk kembali ke kota Makkah, karena ia telah berhasil mengalahkan pasukan Muhammad. Utusan itupun menyampaikan perintah Abu Sufyan kepada pembesar Quraisy. Andai saja pasukan besar kafir Quraisy saat itu tidak mendengar perkataan Abu Jahal. Niscaya mereka akan kembali ke Makkah, sesuai dengan permintaan Abu Sufyan. Adapun kalimat yang diucapkan Abu Jahal adalah,” Demi Tuhan, aku tidak akan pernah kembali sampai aku mampu merebut sumur Badar dan menguasaikanya kembali. Aku akan berdiam disana selama tiga hari, aku akan menyembelih unta, menyiapkan makanan dan melahapnya, bermabuk mabukan, dan bernyanyi-nyanyi dengan menghadirkan penyanyi. Dengan seperti itu, seluruh suku yang ada di jazirah Arabia mengetahui kemampuan dan kekuataan kita.” Abu Jahal melanjutkan perkataannya,” Oleh karena itu, wahai seluruh pasukanku, janganlah kalian takut dan menghindari peperangan ini.”
Oleh karena itu, seluruh pasukan tidak mendengarkan imbauan dari Abu Sufyan melalui utusannya. Mereka bergerak menuju sumur Badar, dimana letak sumur tersebut dibelakang sebuah bukit besar. Sehingga bukit tersebut menjadi pelindung sumur Badar.
Bergerakanya pasukan kafir Quraisy yang berjumlah sangat besar diketahui oleh Rasulullah SAW. Beliaupun memberitahukan hal itu kepada para sahabat yang ikut dengan pasukan tersebut. Seluruh sahabatpun mengetahui jumlah pasukan yang sangat besar akan menghadap mereka. Berita itu membuat sebagian dari para sahabat merasa takut untuk berhadapan dengan pasukan yang lebih banyak jumlah dan peralatan senjatanya dari mereka. Sehingga mereka belum siap untuk menghadapi pasukan kafir Quraisy. Selain jumlahnya yang jauh lebih besar. Oleh sebab itu, terjadilah perdebatan antara Rasulullah SAW dengan para sahabatnya. Dimana mereka meminta kepada Rasulullah SAW untuk mundur saja dan tidak menghadapi pasukan musuh. Namun sebaliknya, Rasulullah SAW menginginkan para sahabat untuk terus maju dan menghadapi pasukan musuh. Melihat perselisihan tersebut, Allah SWT menurunkan ayat;
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ (٥)يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَمَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (٦)وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (٧)
5. Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, Padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
6. Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
7. Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir, (QS. al Anfal[8]:5-7)
Setelah ayat ini turun, Rasulullah SAW pun membacakannya kepada para sahabat yang bersamanya. Abu Bakar yang mendengar ayat inipun berkata kepada Rasulullah SAW,” Wahai Rasulullah, aku akan tetap bersama engkau.” Rasulullah SAW menjawab,” Semoga Allah SWT memberikan pahala kebaikan padamu, wahai Abu Bakar.” Setelah selesai, beliau melanjutkan sabdanya,” Wahai para sahabat, berikanlah jawabannya kepada ku.” Baru saja beliau selesai, Umar bin Khattab berdiri seraya berkata,” Wahai Rasulullah, Aku akan ikut berperang denganmu menumpa pasukan kafir Quraisy.” Satu persatu para sahabat menyatakan kesediannnya.
Untuk menguatkan hati sebagian pasukan yang sudah ciut, Rasulullah SAW berkata,” Lalu, siapalagi diantara kalian yang ingin mengikuti jejak Abu Bakar dan Umar.” Miqdaad yang mendengar kesiapan dua sahabat tersebut tidak mau kalah. Ia pun menyatakan kesiapannya dengan berkata,” Wahai Rasulullah, aku akan selalu bersamamu, sebelum Allah menurunkan ayat tersebut. Aku dan yang lainnya akan selalu setia untuk melindungi mu dan agama yang engkau bawa. Kami tidaklah seperti kaum Bani Israil yang berkata kepada Musa,” Wahai Musa, pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kalian berdua. Karena sesungguhnya kami akan duduk berdiam diri.” Perkataan ini terlontar dari lisan Bani Israil, ketika Musa mengajak mereka untuk memerangi Fir’aun.
“ Wahai Rasulullah,” Miqdad meneruskan perkataannya,” Sesungguhnya kami akan mengatakan, Pergilah engkau bersama Tuhanmu untuk berperang, niscaya kami akan selalu setia menemani kalian berdua (Rasulullah SAW dan Allah SWT) untuk berperang. Demi dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran walau pedang terlepas dari tangan kami, sejengkalpun kami tidak akan surut sampai agama Islam dapat tersyiar.
Mendengar perkataan ini, Rasulullah SAW terhenyut hatinya, karena keberanian yang luar biasa. Hal itulah sebetulnya yang ia ingin dengar dari para pemimpin kaum muhajiriin. Sehingga iapun terus mengulangi perkatannya,” Wahai segenap pasukanku, siapakah diantara kalian yang siap untuk melawan pasukan kafir Quraisy?”
Ketahuilah, wahai saudaraku, tujuan Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan tersebut, karena beliau ingin mengetahui kesungguhan dari pemimpin anshar tentang perjanjian ‘al Aqabah al Kubra’. Dimana 75 orang dari penduduk Madinah atau kaum anshar mengucapkan janji setia dengan Rasulullah SAW, diantara janji tersebut, siap untuk menjaga dan melindungi Rasulullah SAW seperti mereka melindungi isteri dan anaknya.
Sa’ad bin Mu’adz mengetahui maksud pertanyaan Rasulullah SAW tersebut. oleh karena itu, sebagai panglima dari kaum ansha, ia pun berdiri seraya berkata,” Demi Allah, seakan perkataan engkau mengarah kepada kami, wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW menjawab,” Benar, perkataan itu aku tujukan kepada kalian.” Mendengar hal itu, Sa’ad bin Mu’adz berkata,” Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu, mempercayai setiap apapun yang engku ucapkan, dan kami bersaksi bahwa apapun yang engkau ucapkan dan datangkan kepada kami adalah kebenaran yang hakiki. Oleh karena itu, kamipun berjanji untuk selalu setia melindungi dan menjagamu. Juga, kami berjanji untuk mendengarkan perintahmu dan mentaatinya.”
Dengan penuh semangat Sa’ad bin Mu’adz meneruskan perkataannya,” Wahai Rasulullah, aku dan seluruh pasukanku akan ikut denganmu melawan pasukan kafir Quraisy sesuai dengan apa yang engkau inginkan. Demi dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, kami tidak akan mundur sejengkalpun, walau lautan menghampar luas diahadapan kami. Jika engkau tenggelam kamipun akan siap tenggelam bersamamu. Wahai Rasulullah, tidak akan ada satupun diantara kami yang keluar dari barisan ini dan kembali ke Madinah. Kamipun tidak akan pernah takut dan khawatir jika harus bertemu lagi dengan musuh-musuh kami esok hari. Juga, kami akan bersabar dan siap dalam menghadapi musuh. Adapun saat ini, seakan Allah SWT ingin melihat kesungguhan dari janji setia yang kami ucapkan dihadapanmu.”
Rasulullah SAW terharu mendengar pernyataan Sa’ad bin Mu’adz, sama ketika beliau mendengar pernyataan Miqdad. Lalu, beliau bersabda kepada Sa’ad,” Pergilah kepasukan yang kalian pimpin, lalu berilah kabar gembira kepada mereka bahwa Allah SWT telah menjanjikan kepadaku salah satu dua golongan. Demi Allah, seakan-akan aku melihat pasukan kalian seperti pasukan yang sangat besar.
v Strategi Rasulullah SAW
Wahai saudaraku, sudahkah engkau memiliki sikap seperti kaum anshar dan muhajiriin? Dimana mereka selalu setia melindungi Rasulullah SAW dan menegakan agama Islam, walau nyawa sebagai taruhannya. Tidakkah hati engkau terketuk untuk bersikap lebih baik dengan mengikuti sunnah Rasulmu? Sunnguh, engkau akan menjadi manusia yang merugi dengan tidak setia terhadap rasulmu. Saudaraku! Sebelum berbicara cerita tentang kejadian apa saja yang terjadi di medan pertempuan. Lebih baiknya engkau mengetahui telebih dahulu kekuatan musuh.
Saat itu, Rasulullah SAW ingin mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan kondisi pasukan kafir Quraisy. Untuk itulah, beliau mengajak Abu Bakar untuk keluar dan membicarakan masalah ini. Namun, ditengah perjalanan keduanya bertemu dengan lelaki tua yang berjalan dari arah kota Makkah. Tanpa menunggu komando, keduanyapun mempertanyakan perihal pasukan kafir Quraisy dan pasukan Muhammad. Mengapa pertanyaan diajukan terhadap kedua pasukan, dan tidak bertanya tentang jati diri si lelaki tua itu? Karena Rasulullah SAW ingin mengetahui dari orang lain tentang perbandingan kedua pasukan tersebut. Oleh karena itu, beliaupun tidak menanyakan siapa adanya lelaki tua itu.
Lelaki tua ini sangat cerdik. Mengapa? Karena sebelum menjawab pertanyaan Rasulullah SAW dan Abu Bakar, lelaki ini meminta keduanya untuk memperkenalkan diri kepadanya. Jika tidak, ia tidak akan menceritakan hal tersebut. Rasulullah SAW dan Abu Bakar menyetujui syarat itu, namun ia meminta lelaki tua duluan yang memeberitahukan tujuannya berada di jalan itu.
Lelaki itu sepakat, lalu ia berkata,” Aku mendengar bahwa Muhammad dan para sahabatnya telah keluar pada hari ini…dan ini. Jika yang memberikan kabar kepadaku benar, maka saat ini Muhammad dan para sahabatnya telah menghimpun kekuatan pasukan umat Islam. Dan apabila orang yang memberikan kabar kepadaku benar, sesungguhnya pasukan kafir Quraisy saat ini masih jauh di pinggiran lembah.
Setelah lelaki tua selesai, ia meminta Rasulullah SAW dan Abu Bakar untuk memberitahu dari mana asalnya. Beliau berkata,” Wahai lelaki tua, kami berdua berasal dari air.” Sehabis menjawab pertanyaan lelaki tua ini, Rasulullah SAW dan Abu Bakar pun berlalu meninggalkan lelaki ini. Namun, tidak demikian halnya dengan lelaki itu, ia masih bertanya-tanya dalam benaknya,” Berasal dari air? Apakah mereka berasal dari negeri Air yang ada di Irak?”
Ketahuilah, wahai saudaraku, jawaban Rasulullah SAW tidaklah mengandung kebohongan. Mengapa? Karena sesungguhnya seluruh makhluk yang hidup di semesta alam berasal dari air. Nah, itulah yang dimaksud dengan jawaban Rasulullah SAW ‘Berasal dari air’.
Tidakkah engkau memperhatikannya, wahai saudaraku, betapa Rasulullah SAW sangat cerdik, ia dapat mengetahui keberadaan pasukan Quraisy dengan tanpa berbohong sedikitpun. Beliau melakukan itu, karena jika beliau menyebut namanya dan Abu Bakar. Niscaya, si lelaki ini akan bersikap lain terhadapnya.
Pada hari yang sama, namun di waktu sore, Rasulullah SAW mengutus Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam dan Sa’ad bin Abu Waqqas untuk menemui setiap kawan mereka. Setelah itu mencari tahu informasi tentang pasukan Quraisy. utusan Rasulullah SAW pun berangkat. Namun, ditengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang pemuda yang sedang mengambil air di sumur Badar. Pemuda ini dibawa ke hadapan Rasulullah SAW. Ia mengambil air untuk keperluan minum pasukan kafir Quraisy.
Merekapun tiba di hadapan Rasulullah SAW dengan membawa pemuda tersebut, namun beliau sedang menunaikan shalat. Oleh karena itu, mereka mengajukan pertanyaan kepada pemuda ini tentang keperluannya mengambil air. Lalu, iapun memberikan jawaban bahwa keperluannya itu untuk pasukan kafir Quraisy. Mendengar hal itu, ketiga sahabat, Ali, Zubair, dan Sa’ad tidak percaya, mereka mengira keperluan air itu bukan untuk pasukan kafir Quraisy akan tetapi untuk Abu Sufyan.
Ali, Zubair dan Sa’ad yang saat itu didalam benaknya masih teringat akan Abu Sufyan yang membawa 100.000 uang dinar dan 100 ekor unta. Sehingga tidak mempercayai pengakuan dari pemuda ini. Oleh karena itu, merekapun memaksanya untuk mengaku bahwa ia diutus oleh Abu Sufyan untuk mengambil air.
Rasulullah SAW pun selesai dari shalatnya, ia keluar dan melihat ketiga sahabat itu sedang memaksa pemuda. Beliau tidak suka melihat sikap ketiga sahabatnya ini. Lalu Rasulullah SAW pun memarahi mereka, karena ketidak percayaan mereka akan pengakuan pemuda ini, sehingga pemuda ini paksa untuk mengaku. Setelah memarahi, beliau mengalihkan pandanganya kepada pemuda dan bertanya,” Wahai pemuda, dimanakah posisi pasukan kafir Quraisy saat ini?” Mendapat pertanyaan dengan lembut pemuda ini menjawab,” Mereka saat ini sudah berada dibalik bukit ini (bukit yang mengelilingi sumur Badar), tepatnya disuatu tempat yang disebut dengan lembah ‘Qushwa”
Setelah selesai, Rasulullah SAW melanjutkan pertanyaannya,” Wahai pemuda, berapakah jumlah pasukan tersebut?” Mendapat pertanyaan ini, ia tidak segera menjawab, karena tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah pasukan itu. Tidak lama kemudian dia menjawab,” Aku tidak mengetahu dengan pasti berapa jumlah mereka.” Rasulullah SAW tidak kehilangan akal untuk mengetahui seberapa besarkah pasukan kafir Quraisy. untuk itu, beliau bertanya,” Wahai pemuda, berapakah setiap harinya mereka menyembelih unta untuk kebutuhan makan mereka?” Pemuda itu menjawab,” Sembilan sampai sepuluh ekor unta.”
Mendengar penuturan pemuda tersebut, Rasulullah SAW dapat memperkirakan berapakah jumlah dari pasukan kafir Quraisy. Lalu, ia berkata,” Jika kebutuhan makan mereka mencapai 9 atau bahkan 10 ekor unta, maka jumlah mereka kurang lebih 900 atau bahkan 1000 orang.” Lalu beliau melanjutkan pertanyaannya,” Wahai pemuda, siapa sajakah yang bergabung dengan pasukan tersebut?” Ia menjawab,” Seluruh pemuda suku Quraisy ikut bergabung.”
v Pemberian Semangat
Wahai saudaraku, betapa jauh lebih besar jumlah pasukan yang dimiliki oleh pasukan kafir Quraisy daripada pasukan Rasulullah SAW. Namun, keadaan itu tidak membuat Rasulullah SAW dan pasukannya gentar. Untuk itu, perhatikanlah apa yang beliau sabdakan untuk memberikan menumbuhkan kobaran semangat pada pasukannya. “ Allahuakbar, inilah kota Makkah yang telah lama merindukan kalian, apakah hati kalian tidak merindukannya? Beliau seraya menunjuk sebuah tempat dimana para pemuka Quraisy sedang berkumpul (lembah ‘Qushwa’). Para sahabatpun mengikuti arah telunjuk Rasulullah SAW.
Agar seluruh jiwa raga pasukan umat Islam bersih dari hadats kecil, dan tanah menjadi padat agar umat Islam dapat berpijak dengan kokoh diatasnya. Untuk itulah Allah SWT pada malam itu menurunkan hujan yang sangat deras. Sehingga tanah akan menjadi basah dan licin bagi pasukan kafir Quraisy. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأقْدَامَ (١١)
Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).
Imam Ahmad meriwayatkan hadits lain yang menceritakan kejadian malam hari diperang Badar. Dari sana Anas bin Malik bahwa Abu Thalhah berbicara; Ketika itu rasa kantuk menyerang, padahal kami sudah berbaris di medan perang Badar. Rasa kantuk yang menyerang membuat pedang dalam genggaman kami berjatuhan. Melihat itu kami terjaga dan mengambil kembali pedang tersebut. Namun, rasa kantuk membuat pedang itupun terjatuh lagi. Hal itu terus terulang, sehingga kamu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa saat itu rasa kantuk seakan tidak dapat dibendung oleh mata kami. Oleh sebab itulah, Allah SWT menurunkan ayat.
إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأقْدَامَ (١١)
(ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).
Wahai saudaraku, setelah Rasulullah SAW selesai memberikan semangat kepada para sahabatnya untuk berjuang di jalan Allah SWT, beliaupun mulai mempersiapkan strategi perang. Dimana beliau memutuskan untuk barisan pertama adalah pasukan berkuda, lalu ikuti oleh pasukan pemanah. Namun, ditengah-tengah Rasulullah SAW mempersiapkan pasukan berkuda, ada kejadian yang membuatnya heran. Yaitu, seorang sahabat yang bernama Suaad.
Dikala itu, Suaad adalah salah seorang sahabat yang menjadi pasukan berkuda, akan tetapi ia juga sahabat yang paling membangkang. Mengapa? Karena ia keluar dari barisan berkuda disaat Rasulullah SAW sedang mempersiapkannya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW berkata kepada Suaad,” Wahai Suaad, kembalikan kebarisanmu.” Mendengar hal itu, Suaad kembali meluruskan barisannya dengan pasukan berkuda lainnya. Ternyata hal itu tidak berlangsung lama. Suaad kembali keluar dari barisannya.
Rasulullah SAW yang melihat Suaad, sudah geregetan sehingga ia bersabda kepada Suaad dengan nada yang agak keras,” Wahai Suaad, kembalilah kebarisanmu.” Suad menjawab,” Baiklah, wahai Rasulullah SAW.” Suad mensejajarkan untuk yang kedua kalinya dengan pasukan berkuda. Rasulullah pun berlalu untuk melihat barisan pasukan berkuda lainnya. Suad melihat kepergian Rasulullah SAW, lalu iapun kembali mengacak barisan yang sudah disusun oleh Rasulullah SAW. Karena kesal melihat tingkah Suaad, dimana keadaan yang sudah genting seperti itu, ia masih saja membandel dan tidak bisa diantur. Beliau memukul Suaad dengan sangat terpaksa, agar ia kembali kebarisannya dan tidak menjadi pengacau.
Perut Suaad yang menjadi target pemukulan Rasulullah SAW seraya bersabda,” Luruskan barisanmu dengan pasukan berkuda lainnya, wahai Suad!” Pukulan itu membuat perut Suad merasakan sakit, oleh karena itu, ia berkata kepada Rasulullah SW,” Wahai Rasulullah, engkau telah menyakiti aku.” Mendengar penuturan Suad, Rasulullah SAW bersabda,”Wahai Suad, jika engkau merasakan sakit akibat pukulanku, balaslah apa yang telah aku perbuat kepadamu.” Suad tidak menyianyiakan kesempatan itu, iapun segera mendekati Rasulullah SAW.
Perhatikanlah, wahai saudaraku, dan ikutilah apa yang dilakukan oleh Suad. Ketika ia mendekat, Rasulullah SAW mengira ia akan segera membalas apa yang pernah beliau lakukan kepadanya. Namun, sungguh tidak disangka, Suaad malah memeluk erat perut Rasulullah SAW. Beliau kaget dan heran, sehingga muncullah sebuah pertanyaan dari lisannya,” Wahai Suaad, mengapa engkau melakukan hal ini?” Dengan mantaf Suad menjawa,” Wahai Rasulullah SAW, pada hari ini seluruh semesta alam menyaksiakan bahwa kita akan berjihad dan kemungkinan akan mati syahid. Oleh karena itu, aku ingin diakhir hayatku dan perjanjianku terakhirku di dunia ini adalah dengan mendekapkan tubuhku dengan tubuhmu, wahai Rasulullah.”
Setelah Rasulullah SAW mempersiapkan pasukannya, baik yang berkuda maupun pasukan memanah. Beliau dan pasukanpun mendahului untuk menuju ke sumur Badar, dengan tujuan, agar kaum musyrik Quraisy tidak dapat mengambil air dari sumur itu. Namun, saat itu seorang sahabat yang bernama al Hubbab al Mundzir mengajukan pendapatnya kepada Rasulullah SAW,” Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengetahui bahwa tempat ini adalah karunia dari Allah SWT. Dimana ia tidak hanya untuk dimiliki oleh umat Islam (pasukan Rasulullah SAW). Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan mendahuluinya (memilikinya) ataupun meninggalkannya.” Al Hubbab bin Mundzir kembali meneruskan perkataannya,’ Wahai Rasulullah, apakah perang ini hanya demi kepentingan idiologi, untuk kepentingan perang atau hanya untuk mengalahkan pihak musuh?”
Rasulullah SAW terdiam sebentar mendengar penjelasan al Hubab, lalu ia berkata,” Benar, wahai Hubab, perang ini adalah demi kepentingan idiologi, perang dan mengalahkan pihak musuh.” Al Hubab kembali memberikan komentaranya,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya sumur Badar ini bukanlah suatu tempat yang boleh untuk dikuasa oleh orang lain, hingga airnya habis dan tidak dapat dipergunakan oleh suku Quraisy. Lalu, kita melakukan peperangan, bukankah dengan seperti itu akan membuat kita dapat meminum dari sumur Badar ini, sedangkan pasukan kafir Qurisy tidak dapat meminumnya. Apakah ini bukan bentuk suatu kesalahan?” Mendengar penjelasan yang sangat gamblang dari al Hubbab, Rasulullah SAW bersabda,” Wahai hubab, engkau telah memberiku sebuah wacanan terhadap keputusanku. Oleh karena itu, wahai para sahabatku ikutilah seperti apa yang dikatakan al Hubabb.
Allahuakbar, andai saja engkau yang menjadi pemimpin pasukan tersebut, wahai saudaraku, kiranya apa yang akan engkau lakukan? Salah satu prajurit datang kepadamu sebagai panglima perang yang sudah siap menuju medan pertempuran. Kemudian prajurit tersebut mengatakan kepadamu bahwa apa yang telah engkau rencanakan adalah tidak akan sesuai dengan target (tidak benar). jika sudah seperti itu, apakah yang akan engkau lakukan terhadap prajurit tersebut, seperti yang Rasulullah SAW lakukan, atau engkau akan mengatakan,” Engkau hanyalah seorang prajurit.” Atau mungkin engkau akan menyatakan,” Engkau ini tidak tahu tentang tata cara memimpin perang?”
Ketahuilah, wahai saudaraku, salah satu ajaran Islam adalah selalu mendengar kritikan yang membangun. Sebagaimana Rasulullah SAW, disaat mendengar pendapat yang lebih baik, beliau tidak egois dan ingin menang sendiri. Sebaliknya, karena pernyataan dari al Hubbab al Mundzir itu benar, beliau pun mengikuti pendapatnya. Mengapa? Pendapat al Hubab selain juga tidak mendhalimi orang lain dalam peperangan. Juga, sebagai cara mendapatkan pertolongan Allah SWT dalam peperangan tersebut.
Untuk itu, contohlah sikap Rasulullah SAW ketika beliau menyampaikan pendala al Hubab kepada pasukannya. Lalu, ketika beliau menyampaikannyapun nama al Hubab tidak pernah beliau lupakan, agar para sahabat mengetahui bahwa pendapat itu adalah dari pemikiran murni al Hubab.
Rasulullah SAW tidak jadi berangkat menuju sumur Badar, untuk menguasai sumur tersebut. Beliau memerintahkan para sahabatnya untuk membuat sumur yang diperlukan untuk minuman pasukan. Sehabis itu, Rasulullah SAW mulai bersabda tentang keutamaan dan hal penting dari jihad dijalan Allah SWT. Beliau bersabda pada pasukannya,” Wahai pasukanku, bersegeralah kalian menuju surga, dimana datarannya seluas langit dan bumi.” Mendengar pernyataan seperti itu, Umair berkata kepada Rasulullah SAW,” Apakah benar surga itu datarannya seluas langit dan bumi, wahai Rasulullah SAW?” Rasulullah SAW menjawab,” Benar, wahai Umair.”
Baru saja Rasulullah SAW selesai mengatakan itu kepada Umair, ia berkata,” Kalau begitu, bagus, bagus.” Rasulullah SAW heran mendengar Umair berkata seperti itu. Oleh karena itu, beliau bertanya,” Wahai Umair, mengapa engkau berkata semacam itu?” Umair menjawab,” Wahai Rasulullah, aku berkata demikian, karena berharap aku bagian dari penduduknya (surga).” Terharu, itulah perasaan Rasulullah SAW terhadap jawaban Umair, hingga beliau menjawab,” Kalau begitu, engkaulah termasuk salah satu penduduknya, wahai Umair.”
Itulah janji Rasulullah SAW pada Umair. Oleh karena itu, ketika Umair wafat, ibundanya menangis tidak kuasa melihat anak tercintanya meninggal dunia. Lalu, ibunda Umair berkata,” Wahai Rasulullah, apakah anakku disurga dan ia bahagia menjadi penduduknya?” Rasulullah SAW tersenyum dan berkata,” Wahai Ummu Harits, anakmu tidak hanya berada disurga, namun ia berada di surga Firdaus yang penuh dengan kenikmatan.” Allahuakbar. Padahal Umair saat itu masih berusia 18 tahun, namun telah mendapatkan surga Firdaus, dimana para nabi berada didalamnya.
Ketahuilah, wahai saudaraku, perang Badar pun terjadi, namun pada permulaannya perang tidak dilakukan dengan penyerbuan secara besar-besaran. Perang terjadi dengan cara satu lawan satu. Oleh karena itu, ketika kedua pasukan sudah berada di medan perang. Kaum kafir Quraisy mengutus Utbah dan Syaibah keduanya adalah putra Rabi’ah, dan Walid bin Utbah.
Ketiga orang tersebut mencari lawan dari pasukan Rasulullah SAW. Melihat hal itu, tiga sahabat dari kaum ansharpun keluar dari pasukan untuk menghadapi pasukan kafir Quraisy, mereka adalah; Abdullah bin Rawahah, Auf dan Mu’awwadz keduanya adalah putra ‘Ifraai. Ketiga sahabat ini siap untuk menghadapi pasukan musuh dan tidak gentar sedikitpu, walau pasukan Qurisy sangat terkenal kekuataannya. Setelah mereka berhadapan, tiga orang utusan kaum Quraisy bertanya,” Dari suku manakah kalian?” ketiga sahabat menjawab,” Kami adalah kaum anshar.”
Jawaban tiga sahabat ini membuat kafir Qurisy berkata,” Alangkah baiknya jika yang melawan kami adalah dari keturunan dan suku kami sendiri.” Melihat tantangan tersebut, Ali bin Abu Thalib, Ubaidah bin Harits dan Hamzah pun keluar dari barisan dan siap melawan tiga orang suku Quraisy. sehinnga membuat ketiga sahabat dari suku anshar perlahan mundur dari medan perang.
Satu lawan satu, itulah yang terjadi dalam perang Badar pertama, dimana Ali bin Abu Thalib melawan Walid bin Utbah, Hamzah melawan Syaibah, dan Ubaidah melawan Utbah. Ali dan Hamzah mampu membunuh lawan-lawannya. Namun, tidak demikian dengan Ubaidah, ia tertebas kakinya melawan Utbah. Ali yang tidak ingin melihat Ubaidah terbunuh di tangan Utbah, setelah ia mampu mengalahkan lawannya. Ia segera menuju medan pertempuran antara Ubaidah dan Utbah, Ubaidahpun mempersilahkan Ali untuk melawan Utbah. Perlawanan sengit antara Ali dan Utbah pun terjadi. Dan yang keluar sebagai pemenangnya adalah Ali bin Abu Thalib.
Setelah mereka selesai mengalahkan musuh-musuh Allah SWT, dengan pertandingan yang adil, satu lawan satu. Ali dan Hamzah membopong Ubaidah yang kakinya tertebas pedang Utbah. Keduanya membawa Ubaidah kehadapan Rasulullah SAW, dan diletakan di tanah. Lalu, Rasulullah SAW bersabda,” Letakanlah Ubaidah di atas pahaku.” Ubaidah yang sudah sekarat pun berkata,” Apakah engkau akan menepati janjimu (atas sabda Rasulullah bagi yang berjihad jaminannya surga), wahai Rasulullah?”
Tidakkah engkau memperhatikan apa yang dikatakan Ubaidah, wahai saudaraku, ditengah sakaratul maut, Ubaidah masih berpikir tentang janji Rasulullah SAW terhadap surga bagi yang mati syahid.
Haru, sedih dan perasaan yang lainnya membuat Rasulullah SAW mengeluarkan air mata terhadap perkataan Ubaidah. Oleh karena itu, beliau menengadahkan kedua tangannya kelangit seraya berdoa,” Wahai Tuhanku, aku bersaksi bahwa Ubaidah bin Harits telah wafat sebagai syuhada.” Saudara, Ubaidah bin Harits meninggal demi menegakan agama dan ajaran Allah SWT, sudahkah engkau melakukan hal yang sama?
v Kematian Abu Jahal
Ketahuilah, wahai saudaraku, saat itu Rasulullah SAW menugaskan kepada Abdul Rahman bin Auf untuk membawa 15 orang pasukan dari arah kanan sumur Badar. Abdul Rahman pun mengikuti saran Rasulullah SAW, dengan 15 pasukan dibawah pimpinannya ia bergerak melalui arah kanan untuk menghadap musuh yang jumlahnya 3 kali lipat dari umat Islam. Namun, itu tidak membuat Abdul Rahman dan 15 pasukan lainnya menjadi ciut. Ketika pasukan kafir Quraisy sudah berada di arah kanan, bentrok fisik tidak dapat dihindari lagi. Ditengah berkecamuknya peperangan, Abdurahman menoleh kebelakang. Tepat dibelakangnya hanya ada 2 orang pemuda yang satu baru berusia 15 tahun dan satunya lagi adalah anak dari pamannya Abdurahman. Ia baru berusia 14 tahun, keduanya masing-masing bernama, Mu’adz dan Mu’awwadz. Walau usianya yang masih sangat muda, namun keberaniannya untuk menegakan agama Islam tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, keduanya ikut berperang melawan pasukan kafir Quraisy dan dibekali masing-masing dengan sebilah pedang. Karena masih teramat muda dan tidak memiliki pengalaman yang cukup dalam berperang, tentunya keduanya pun dalam memegang pedang tidak seperti orang dewasa.
Mengapa Abdurahman menoleh kebelakang? Karena ada yang menarik pakaiannya, ternyata setelah ia melihat yang melakukan hal itu adalah Mu’adz. Mu’adz bertanya,” Wahai pamanku, dimanakah orang yang bernama Abu Jahal?” Abdurahman kaget dan heran keponakannya menanyakan perihal Abu Jahal, lalu ia balik bertanya,” Memangnya ada apa antara engkau dengan Abu Jahal?” Mu’adz yang usianya masih 15 tahunpun menjawab,” Wahai pamanku, ibuku bilang, jika Abu Jahal belum terbunuh, ia tidak mau kembali ke Madinah.” mendengar hal itu, Abdurahman terharu dan senang melihat semangat yang berkorban dari dalam jiwanya.
Tidak hanya Mu’adz yang menarik baju Abdurahman, pemuda berusia 14 tahun yang bernama Mu’awwadzpun melakukan hal yang sama pada Abdurahman. Mu’awwad bertanya kepadanya,” Wahai paman, dimanakah orang yang bernama Abu Jahal? Untuk kali kedua, Abdurahman kaget dan heran, ia balik bertanya,” Memangnya ada apa antara engkau dengan Abu Jahal?” Mu’awwadz menjawab,” Aku mendengar bahwa Abu Jahal pernah mencaci maki Rasulullah SAW, dan aku tidak bisa terima cacian tersebut. Bukankah ia ada di medang perang ini? Aku akan membunuhnya.”
Mendengar dua pertanyaan dari pemuda yang masih belia, Abdurahman berkata,” Wahai Mu’ad dan Mu’awwadz, kalian berdua bergegaslah ke arah penunggang kuda itu (Abdurahman menunjuk kuda yang ditunggangi Abu Jahal), lalu salah satu dari kalian berdua pukullah kuda yang ditunggangi Abu Jahal, agar ia terjatuh dari punngguhnya.” Keduanya tidak menyianyaikan waktu lagi, mereka mengikuti saran Abdurahman, salah satu dari dua pemuda itu memukul kuda, sehingga Abu Jahalpun terjatuh dari kudanya. Jatuhnya Abu Jahal merupakan kesempatan bagi pemuda lainnya untuk segera melayangkan pedangnya ke arah Abu Jahal. Abu Jahal tanpa ampun terkapar mati oleh dua pemuda yang masih berusia 14 dan 15 tahun. Melihat Abu Jahal telah mati, keduapunnya bergegas untuk menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah SAW.
Mereka belari, namun sayang, ditengah perjalanan menuju Rasulullah SAW, keduanya harus berhadapan dengan Ikrimah. Ia adalah salah seorang pasukan kafir Quraisy. Oleh Ikrimah, salah satu dari dua pemuda ini tertebas tangannya, karena melakukan perlawanan. Walau selamat mereka selamat dari Ikrimah, luka-luka ditubuhnya tidak dapat dihindari lagi. Sesampainya kepada Rasulullah SAW, merekapun menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya.
Rasulullah SAW melihat luka-luka disekujur tubuh kedua pemuda ini, tanpa membuang waktu, beliaupun yang merawat dan mengobati luka tersebut, seraya berkata kepada Abdullah bin Mas’ud,” Wahai Abdullah, pergilah engkau ketempat tergeletaknya Abu Jahal, dan yakinkan bahwa dia telah mati.” Abdullahpun berangkat menuju tempat Abu Jahal tersungkur oleh kedua pemuda yang sangat berani ini. Setibanya, Abdullah menemukan Abu Jahal sedang meregang nyawa, sebelum meninggal, ia sempat bertanya kepada Abdullah,” Siapakah yang memenangkan peperangan pada hari ini?” Abdullah menjawab,” Allah dan Rasul-Nya.”
v Wafatnya seorang dari suku al Bahtari
Ketahuilah, wahai saudaraku, meninggalkanya al Bahtari, terbunuh oleh sahabat Rasulullah SAW yang mempertahankan dirinya. Mengapa? Karena jika al Bahtari tidak dibunuh, maka ia lah yang akan terbunuh oleh al Bahtari. Walau sebelum perang terjadi Rasulullah SAW telah memberikan larangan, agar jangan membunuh al Bahtari karena adanya perjanjian yang telah disepakatinya oleh kedua belah pihak. Namun, kenyataan dimedan perang berbicara lain.
v Wafatnya Umayyah bin Khalaf
Umayyah bin Khalaf adalah salah seorang pemuka Quraisy. Ia ikut dalam rombongan pasukan Kafir Quraisy, setelah tiba dimedan perang ketakutan mulai menghantuinya. Oleh karena itu, ia segera menemui Abdurahman bin Auf untuk menyerahkan diri sebagai tawanan. Bilal melihat hal itu, lalu ia berkata kepada Abdurahman,” Wahai Abdurahman, Umayyah bin Khalaf adalah pembesar Quraisy, ia menyerahkan diri kepadamu hanya untuk menyelamatkan dirinya.” Abdurahman menjawab,” Wahai Bilal, ia adalah tawananku.” Bilal tetap pada pendirinnya dan berkata,” Wahai Abdurahman, ia menyerahkan dirinya hanya untuk mencari keselamatan.” Melihat Bilal berbicara seperti itu, Ummayyah pun sembunyi dibelakang Abbdurrahmah. Bilal terus mengucapkan,” Engkau tidak akan pernah selamat jika tidak berlindung kepada Ubdurrahman.” Tiba-tiba setelah Bilal selesai berbicara, Umayyah tersungkur ke tanah. Lalu, Abdurrahman pun ikut tersungkur dan menimpa Umayyah yang tersungkur terlebih dahulu. Bilal pun tiba-tiba tersungkur menindih Abdurahman. Terjadilah sesuatu yang dikehendaki Allah SWT, dimana tiga orang saling tumpang tindih, dan posisi yang paling bawah adalah Umayyah. Sebelum Abdurahman menimpanya, sebetulnya Umayyah sudah menyiapkan belati untuk menikah Abdurahman dari belakang. Oleh karena itu, ia tertindih oleh tubuh Abdurahman dan Bilal, iapun mati seketika tertikam belatinya sendiri.
Perang berkecamuk dengan amat dahsyiat antara dua pasukan yang tidak seimbang. Kafir Quraisy dengan umat Islam. Rasulullah SAW yang sudah menyadari sejak awal bahwa pasukannya tidak sebanding dengan pasukan kafir Quraisy, ia mengangkat tangannya seraya memohon dan berdaoa.
Doa yang dipanjatkan Rasulullah SAW ini diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Jarir dan masih banyak yang lainnya.
Dari Abdullah bin Abbas RA. Berkata,” Aku telah mendapatkan Hadits ini dari Umar bin Khattab yang berkata,” Saat itu, Rasulullah SAW menghadap Qiblat, ia angkat setinggi mungkin tangannya seakan merintih kepada Tuhannya,” Wahai Tuhanku, jika pada hari ini engkau hancurkan umat Islam, niscaya tidak akan ada yang menyembahmu di bumi ini.” Doa ini terus menerus diucapkan Rasulullah SAW seraya tangannya menghadap Qiblat. Tanpa terasa baju luar yang melapisi badannya terlepas.
Abu Bakar yang melihat hal itu pun segera menghampiri Rasulullah SAW, ia menemukan beliau sedang terkelungkup diantara dua lututnya. Kemudian Abu Bakar menguatkan hati Rasulullah SAW dari belakang seraya berkata,” Wahai Nabiyallah, jangalah engkau merisaukan kami kepada Tuhanmu. Karena sesungguhnya Dia pasti akan bersama engkau dalam memerangi musuh-musuhnya, sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya kepadamu.”
Ketahuilah, wahai saudaraku, setelah Abu Bakar berkata demikian, Rasulullah SAW bangkit seraya mengambil segenggam batu kecil ditangannya. Lalu ia lemparkan batu kecil yang ada digenggamannya ke arah musuh. Tiba-tiba batu-batu kecil yang terlepas dari genggamannya berubah menjadi debu dan mengenai seluruh pasukan kafir Quraisy. Atas izin Allah SWT, pasukan kafir Quraisy merasakan penglihatannya tidak jelas, sehingga mereka sulit untuk menghadapi umat Islam. Melihat hal itu, pasukan umat Islam tidak menyianyiakan kesempatan, mereka segera melawan musuh dan membunuhnya. Setelah keberhasilan itu, Allah SWT menurunkan ayat kepada Rasulullah SAW.
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (١٧)
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. al Anfal[8]:17)
Ketika turunnya ayat ini, Rasulullah SAW setengah mengantuk, oleh karena itu, ia terbangun dan mengangkat kepalanya dan berkata kepada Abu Bakar,” Wahai Abu Bakar, ini adalah Jibril yang melaluiku ia melemparkan batu-batu itu.”
Ketahuilah, wahai saudaraku, para malaikat pun ikut berperang dengan umat Islam ketika perang Badar berkecamuk. Mereka berlomba dengan umat Islam dalam memerangi kafir Quraisy dan membunuhnya, Allah SWT berfirman.
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ (٩)وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (١٠)إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأقْدَامَ (١١)إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الأعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ (١٢)
9. (ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut".
10. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
11. (ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu).
12. (ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (QS. al anfaal[8]:9-12)
Allahuakbar, beribu-ribu malaikat ikut berperang dengan pasukan Rasulullah SAW. Mereka melakukan hal itu demi tegaknya agama dan ajaran yang dibawa Rasulullah SAW. sehingga atas izin Allah SWT mereka akan selalu melindungi dan menjaga umat Islam. Pun, ketika engkau mau menegakan dan mensyiarkan agama Islam, maka yakinlah Allah SWT akan mengirimkan malaikatnya untuk menolong mu.
Malaikat yang membantu Rasulullah SAW dan umat Islam, merupakan mu’jizat yang paling terbesar saat itu. Mereka datang hanya untuk melindungi dan memberikan pertolongan kepada pasukan umat Islam. Subhanallah.
Ketahuilah, wahai saudaraku, jika engkau ikhlas dalam beribadah hanya untuk Allah. Pertolongan, rasa aman, tentram dan damai akan selalu mengirimu. Juga, kebahagiaan. Allah SWT berfirman.
سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا (٢٣)
23. Sebagai suatu sunnatullah yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu. (QS. al Fath[48]:23)
Akhirnya peperanganpun dimenangkan oleh Umat Islam. Peperangan mengakibatkan umat Islam harus kehilangan beberapa pengikutnya. Sebanyak 14 orang yang meninggal dan disemayamkan di dekat sumur Badar, diantaranya adalah 1 orang dari kaum Muhajiriin. Yaitu, Ubaidah. Sedangkan sisanya dari kaum Anshar. Saat itu Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya yang masih tersisa,” Wahai para sahabatku, apakah kalian mulai saat ini percaya akan kebenaran janji Allah SWT?”
Berbeda dengan pasukan kafir Quraisy mereka lebih banyak yang terbunuh. Termasuk Abu Jahal, jumlah yang meninggal dari pihak mereka sebanyak 70 orang.
v Pelajaran yang di Dapat
Wahai saudaraku, dalam kisah perjalanan Rasulullah SAW pada perang Badar dengan para sahabatnya. Ada beberapa hal yang penting engkau ketahui. Diantaranya;
1. Jika engkau melakukan perjanjian, maka tulislah perjanjian tersebut dengan jelas. Agar tidak ada yang dirugikan
2. Kebenaran pastilah akan selalu menang, walau terlihat lemah. Sedangkan kebatilan akan selalu kalah, walau terlihat kuat dan gagah.
3. Selalu bermusyawarahlah dalam memutuskan sesuatu
4. Jagalah ikhlas dalam beramal shaleh
5. Merendahkan diri kepada-Nya sebagai jembatan mendapatkan pertolongan-Nya
6. Jangan pernah engkau melupakan apa yang telah engkau lakukan dimasa lampau. Jadikan hal itu sebagai pengalaman, sehingga engkau mampu memperbaikinya dimasa yang akan datang
7. Memintalah pertolongan hanya kepada Allah SWT, karena hanya Dia lah yang mampu memberikan pertolongan kepadamu
8. Berserah dirilah kepada Allah SWT, dengan syarat berusaha dan berdoa terlebih dahulu.
9. Ingatlah selalu olehmu, bahwa Allah SWT adalah dzat yang maha kuasa akan segala sesuatunya. Dia mampu melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya
10. Jika engkau mengaku sebagai umat Islam. Jangan pernah lupa, engkau adalah tentara Allah SWT yang harus selalu siap untuk menegakan agama dan ajaran-Nya
[1] Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. tetapi mengusir penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar