v Apakah Perang Uhud Sebagai Kekalahan
Ketahuilah, wahai saudaraku, jika engkau melihatnya dari segi kekuatan pasukan Rasulullah SAW, maka perang Uhud bukanlah sebuah kekalahan muthlak bagi umat Islam. Akan tetapi, dari sisi lainnya, maka perang Uhud merupakan kekalahan yang sangat pelak bagi umat Islam.
Lalu, muncul sebuah pertanyaan, mengapa pasukan umat Islam mengalami kekahalah, bukankah bersamanya agama yang benar? Untuk menjawab pertanyaan ini minimalnya ada tiga alasan
1. Memang benar umat Islam membawa agama yang benar dari Allah SWT, akan tetapi mereka melanggar dan mengingkari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, kekalahan yang terjadi sebagai cara Allah SWT memberikan pelajaran pada pasukan muslim, karena mereka maksiat pada Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Allah SWT adalah dzat yang menciptakan seluruh makhluk di semesta alam, baik muslim maupun non muslim, sehingga engkau akan merasakan rahmat-Nya apabila taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Nah, kekalahan pada perang Uhud adalah sebagai bukti, bahwa umat Islam bukanlah keturunan dan orang yang dicintai Allah SWT. Mengapa? Karena Allah SWT hanya mencintai hamba-hamba-Nya yang taat terhadap al Quran dan hadits Rasulullah SAW.
3. Kekalahan pada perang Uhud untuk memberikan pelajaran pada umat Islam, bahwa pertolongan Allah SWT akan ia dapatkan, jika disertai dengan perbuatan yang sungguh-sungguh. Atau menjadikan sesuatu sebab mendapatkan sesuatu. Perintah Rasulullah SAW untuk menetap di atas gunung Uhud terhadap 50 pasukan pemanah adalah sebuah sebab mendapatkan kemenangan, maka ikutilah sebab itu. Dengannnya pertolongan Allah SWT akan datang.
Wahai saudaraku, sungguh doa yang setiap hari atau mungkin jam dan deti keluar dari lisanmu, niscaya semua itu tidak akan ada manfaatnya tanpa disertai dengan perbuatan. Perbuatan ini sebagai upaya engkau mendapatkan pertolongan Allah SWT, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW. Pun, perbuatan dan usaha tidak akan ada manfaatnya tanpa engkau serahkan seluruhnya hanya pada Allah SWT.
Kekalahan pasukan Rasulullah SAW pada perang uhud, meskipun beliau berada ditengah-tengah mereka. Telah memakan korban sebanyak 70 orang sahabat. Sedangkan 40 orang sahabat dari pasukan pemanah ikut bersama Rasulullah SAW menuju Madinah. Namun, mereka merasa telah berbuat dosa besar, sehingga banyak sahabat yang terbunuh hanya karena ingkar akan perintah Allah SWT. Mulai saat itu, orang-orang munafik mulai banyak yang mempengaruhi para sahabat. Sehingga turunlah ayat.
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالا لاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلإيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ (١٦٧)
Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". mereka berkata: "Sekiranya Kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah Kami mengikuti kamu"[1]. mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. Ali Imraan[3]:167)
Turunnya ayat ini menerangkan pada Rasulullah SAW bahwa ada sebagian pengikutnya yang tidak setia atau masuk golongan munafik. Nah, hal itu benar-benar terbukti, karena setelah beliau kembali ke kota Madinah, beberapa suku mengingkari janji yang pernah diikrarkan pada Rasulullah SAW. hal itu akan terus dilakukan oleh mereka selama para pemuka dan pembesar kafir Quraisy masih memenangkan peperangan.
Allahuakabar, hanya karena 40 sahabat yang mengingkari perintah Allah SWT, kejadian demi kejadian terus berlanjut. Bukan hanya banyaknya umat Islam yang gugur saat itu, akan tetapi akibat kemaksiatan itu banyak suku yang meningkari Rasulullah SAW, meskipun Allah SWT menunjukkan dengan kejadian itu siapa saja yang setia dan tidak. Wahai saudaraku, hanya 40 orang yang ingkar dampaknya luar biasa. Lalu, bagaimana jika saat ini yang mentaati sunnah Rasulullah SAW mencapai ribuan atau bahkan jutaan umat Islam? Naudzubillah, mudah-mudahan engkau tidak termasuk didalamnya, saudaraku.
v Kondisi dan Keadaan Diluar dan Didalam Kota Madinah
Tahukah engkau, wahai saudaraku, bagaimana kondisi dan keadaan didalam maupun diluar lingkungan kota Madinah saat kekalahan dialami oleh pasukan Rasulullah SAW?
Diluar kota Madinah, karena pasukan kafir Quraisy telah mengalahkan pasukan umat Islam, mereka menjadi bangga dan sombong. Juga, kekuatan dan keyakinan mereka semakin bertambah. Abu Sofyan bertanya,” Wahai pemuka Quraisy, padah kita mampu membunuh seluruh pasukan Muhammad saat itu, akan tetapi mengapa tidak kita lakukan? Perkataan Abu Sofyan membuat semangat para pembesar kafir Quraisy semakin berkobar. Oleh karena itu, merekapun memutuskan dan merencanakan untuk melakukan peperangan lagi melawan umat Islam.
Didalam kota Madinah, sekembalinya pasukan Rasulullah SAW, golongan Yahudi mulai mengingkari perjanjian yang pernah dibuat antara mereka dengan umat Islam. Sebaliknya, mereka secara sembunyi-sembunyi melakukan perjanjian dengan kafir Quraisy. Hal ini diketahui dari ucapan mereka pada sahabat,” Wahai para pengikut Muhammad, kalian mengalami kekalahan karena kalian bukanlah golongan yang pandai dalam menyusun siasat.”
Karena ucapan ini, para sahabat mulai bertanya-tanya dalam hati mereka, mengapa harus mengalami kekalahan, padahal Rasulullah SAW ada ditengah-tengah pasukan dan berperang bersama, lalu dimanakah malaikat yang biasanya memberikan bantuan? Untuk menenangkan hati hamba-Nya, Allah SWT menurunkan ayat sebagai penyempurna dari ayat sebelumnya. Yaitu, tentang musyawarah untuk menentukan dimana umat Islam akan menghadang pasukan kafir Quraisy.
وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imraan[3]:159)
Juga, sebagai penenang hati, mengapa mereka dapat dikalahkan pasukan kafir Quraisy, padahal Rasulullah SAW berada ditengah-tengah pasukan umat Islam dan ikut berperang bersama. Allah SWT menurunkan ayat;
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٦٥)
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imraan[3]:165)
Lalu, Allah SWT menjawab pertanyaan para sahabat yang berkata, dimanakah Malaikat yang biasanya membantu Rasulullah SAW dan pasukannya. Allah SWT berfirman.
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (١٢٦)
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali Imraan[3]:126)
Sedangkan untuk diri Rasulullah SAW sendiri, Allah SWT menengkan hatinya dengan ayat;
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ (١٥٩)
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, (QS. Ali Imran[3]: 159)
Kekalahan pada perang Uhud membuat banyak kalangan sahabat yang sedih dan terpukul. Oleh karena itu, Allah SWT menenangkan hati mereka dengan ayat;
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (١٤٠)وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ (١٤١)
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
141. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imraan[3]:139-141)
Dan firman-Nya.
وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (١٠٤)
Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali Imraan[3]:141)
v Menyusun Rencana
Setelah perang Uhud usai, Rasulullah SAW memutuskan untuk kembali ke Madinah. Seetibanya, beliau dan para sahabat lainnya menunaikan dua raakat shalat sunnah. Setelahnya, beliau memberikan semangat dan mencoba untuk memberikan ketenangan pada pasukannya. Juga, beliau bersabda,” Wahai sahabatku, barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka ikutlah denganku, karena aku akan menemui para pemuka Quraisy. Aku ingin yang pulang terakhir bersama dalam perang (perang Uhud) ikut menyertaiku.” Selesai bersabda, seluruh shabat yang baru saja kembali dari perang Uhud pun berdiri dan ikut serta dengan Rasulullah SAW, meskipun diantara mereka banya yang terluka. Mengapa mereka memaksakan diri ikut bersama Rasulullah SAW? Karena mereka yakin bahwa risalah atau agama dan ajaran Allah SAW sangat mahal harganya, sehingga tidak mungkin dapat disamakan dengan apapun, walau dengan nyawanya.
Ketika itu, Rasulullah SAW meminta pihak musuh (kafir Quraisy) untuk bertemu disebuah desa bernama ‘Hamra al Asad’. Ia adalah desa yang bertempat antara kota Makkah dan Madinah. Mengapa tempat itu? Karena jarak desa itu sama jauhnya dari kota Makkah dan Madinah, sehingga tidak memungkinkan pihak musuh untuk pergi dan menyusun kekuatan kembali. Juga, mereka tidak mengetahui dengan pasti berapa besar kekuatan pasukan yang dimiliki umat Islam.
Ketahuilah, wahai saudaraku, para shabat yang terluka pada saat perang Uhud, tidak merasakan gentar dan takut untuk berhadapan kembali dengan musuh. Mereka siap menghadapi apapun yang terjadi, meski luka masih belum terobati. Ketika itu yang datang menjadi utusan kafir Quraisy adalah Abu Sufyan, bersama dengan Abdul al Qais. Setelah bertemu dengan beberapa sahabat Rasulullah SAW, ia berkata,” Wahai pengikut Muhammad, apa yang kalian inginkan?” Para sahabat menjawab,” Wahai Abu Sufyan, yang kami inginkan hanyalah kota Madinah.” Abu Sufyan kembali bertanya,” Mengapa kalian memilih kota Madinah?” Sahabat menjawab,” Wahai Abu Sufyan, kami memilihnya karena merasa tentram dan berbagaimacam kebutuhnan telah kami dapatkan didalamnya (Madinah).
Mendengar hal itu, Abu Sufyan berdiam sejenak lalu meneruskan perkataanya,” Wahai pengikut Muhammad, apakah kalian akan menyampaikan pesanku pada Muhammad? Jika kalian setuju, maka bawalah sekarung besar anggur kering ini diatas unta kalian.” Sahabat menjawab,” Baiklah, wahai Abu Sofyan.” Merekapun membawa titipan Abu Sofyan. Setelah dibawa, ia berkata,” Wahai pengikut Muhammad, katakanlah pada Rasul kalian, bahwa suku Quraisy telah mengumpulkan pasukannya dan tawanannya.”
Ketahuilah, wahai saudaraku, setelah dialog dengan Abu Sufyan telah selesai, sebagian dari sahabat kembali menuju Rasulullah SAW, ia berada di desa ‘Hamra al Asad’. Setibanya, sahabat menceritakan hasil dialognya dengan Abu Sufyan. Mendengar hal itu, Rasulullah SAW berkata,
حَسْبُنَا اللهَ وَ نِعْمَ الوَكيِْلِ
Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung
Ucapan Rasulullah SAW ini, sama dengan yang diucapkan oleh Ibrahim AS ketika ia hendak dilempar ke kobaran api yang sangat panas. Hal ini sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas.
عن ابن عباس رضى الله عنهو قال " حَسْبُنَا اللهَ وَ نِعْمَ الوَكيِْلِ قَالَهَا إِبْرَاهِيْمُ حِيْنَ أَلْقَى فِى النَّارِ, وَقَالَهَا مُحَمَّدًا حِيْنَ قَالُوا إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيْمَاناً, وَقاَلُوا حَسْبُنَا اللهَ وَ نِعْمَ الوَكيِْلِ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata,” حَسْبُنَا اللهَ وَ نِعْمَ الوَكيِْلِ adalah kalimat yang dibaca oleh Ibrahim AS ketika ia hendak dilempar ke kobaran api. Dan juga, kalimat itu yang dibaca oleh Rasulullah SAW, ketika pasukan kafir berkata,” Kami telah mengumpulkan pasukan, oleh karena itu takutlah kalian padanya. Namun, umat Islam tidak takut dan mengatakan,’ حَسْبُنَا اللهَ وَ نِعْمَ الوَكيِْلِ ‘” Nah, kisah ini lah yang menyebabkan turunnya ayat Allah SWT.
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (١٧٣)فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (١٧٤)
173. (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia (kafir Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung".
174. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Ali Imraan[3]:173-174)
Setelah mendengarkan penuturan para sahabat dari hasil pertemuan mereka dengan Abu Sofyan. Rasulullah SAW mengutus sahabatnya yang bernama Mu’abbad bin Ubay Mu’abbad al Khaza’i. Saat itu, ia sangat dikenal seorang muslim yang lemah imannya, karena dalam dirinya selalu merasa takut akan sesuatu. Ia berasal dari desa Hamra al Asad. Atas perintah Rasulullah SAW, ia pun keluar dan bertemu dengan Abu sofyan. Mu’abbad di utus, karena umat Islam saat itu telah berunding dan bermusyawarah untuk menentukan sikap.
Abu Sofyan yang melihat Mu’abbad pun berkata,” Wahai Mu’abbad, apa yang ada dibelakangmu (membawa pesan apa)?” Mendengar perkataan Abu Sofyan, Mu’abbad pun menjawab,” Wahai Abu sofyan, Muhammad bersama dengan para sahabatnya telah berkumpul, dan apa yang engkau sampaikan padanya, tidak membuat mereka terbakar dan takut.”
Abu Sofyan didalam hatinya memuji atas sikap yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Oleh karena itu, pasukan rombongan atau pasukan kafir Quraisy dibawah pimpinan Abu Sofyan bergerak pergi. Kepergian mereka karena takut terhadap sikap yang sungguh tidak pernah dimiliki suku lain, selain pasukan yang dimiliki Rasulullah SAW.
Ketahuilah, wahai saudaraku, kejadian dan pertemuan antara pasukan umat Islam dan kafir Quraisy, adalah peperangan untuk menunjukkan jati diri umat Islam, kemuliaan dan keberaniannya. Agar pasukan kafir Quraisy tidak merasa bangga atas kemenangannya ketika perang Uhud. Nah, itulah salah satu taktik Rasulullah SAW untuk sedikit memberikan sikap terhadap kafir Quraisy.
Saat itu, Rasulullah SAW telah mendengar bahwa Khalid bin Sufyan telah menyumpulkan pasukan dari suku Hudzai di tanah ‘Arafah. Hal itu dilakukannya untuk mempersiapkan diri melawan pasukan Rasulullah SAW di kota Madinah. Selain itu, apa yang dilakukan Khalid bin Sufyan sebagai upaya unjuk kekuatan, bahwa yang menentang Rasulullah SAW bukan hanya dari suku Quraisy. Oleh karena itu, Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak meladeni Khalid, sebab perang sesungguhnya saat itu ada melawan pasukan kafir Quraisy. Dimana mereka telah mempersiapkan pasukan juga untuk menghancurkan umat Islam.
Rasulullah SAW yang sedang berada di rumah tempatnya tinggal di desa ‘Hamra al Asad’ tidak lantas emosi dan melawan Khalid. Oleh karena itu, beliau menyusun siasat, diputuskanlah Abdullah bin Unais al Juhani sebagai utusan beliau dalam menumpas Khalid bin Sofyan dan pasukannya, ia saat itu masih berusia 28 tahun. Mengapa membunuh Khalid? Karena jika Khalid gugur, maka suku Hudzailpun akan memisahkan diri. Sebelum berangkat, Abdullah berkata pada Rasulullah SAW, “ Wahai Rasulullah, berilah aku ciri-cirinya (Khalid).” Beliau menjawab,” Wahai Abdullah, engkau akan mengetahuinya sendiri jika telah bertemu dengannya, karena melihatnya engkau seakan melihat setan, menggigil dan gemetar.”
Mendengar hal itu, Abdullah berkata,” Wahai Rasulullah, jika seperti itu, maafkan jika nanti setibanya disana aku akan menghinamu.” Beliau menjawab,” Baiklah, wahai Abdullah.” Setelah berpamitan, Abdullah bin Unais berangkat menuju ‘Arafah, dimana Khalid dan pasukannya sedang berkumpul. Setibanya, Abdullah pura-pura memaki dan memarahi Rasulullah SAW, seakan ia sangat membenci Rasulullah SAW.
Meskipun Abdullah berkata demikian, matanya tetap mengawasi pasukan yang ada di ‘Arafah. Ketika pandangannya menuju seseorang, ia membatin dan berkata,” Benar apa yang telah engkau cirikan padaku, wahai Rasulullah.” Abdullah kaget melihat Khalid, ia pun bertanya pada orang yang dianggapnya Khalid, karena sesuai dengan yang disifati Rasulullah SAW ,” Siapakah engkau?” Khalid bin Sofyan menjawab,” Aku adalah orang yang sangat membenci Muhammad, melebihi bencimu padanya.”
Mendengar penuturan Khalid, Abdullah sangat senang sekali, karena sudah mantaplah pilihannya bahwa yang berbicara itu pasti Khalid bin Sofyan. Dimana ia ditugaskan untuk membunuhnya. Saat itu, tiba waktu shalat, Abdullah tidak menunaikan shalat sebagaimana mestinya. Ia melakukannya dengan isyarat mata, agar Khalid tidak mengetahui penyamarannya.
Setelah Abdullah bin Unais menyelesaikan shalatnya, ia segera mengajak Khaldi bin Sofyan, keduanya bertarung hingga akhirnya Khalid bin Sofyan gugur, dan pasukannya tidak ada yang mengetahui. Oleh karena itu, Abdullah segera pergi berlari ke arah sebuah gunung, dan ia menetap disana selama 3 hari. Abdullah bin Unais bercerita,” Ketika aku berada di atas gunung selama 3 hari lamanya. Aku hanya memakan dedaunan saja sampai aku kembali ke Madinah.”
Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW pun sudah berada disana, lalu ketika melihat Abdullah, beliau berkata,” Wahai Abdullah, apakah engkau berhasil?” Abdullah menjawab,” Benar, wahai Rasulullah.” Setelah mendengar penuturan Abdullan bin Unais, beliaupun mengumandangkan takbir ‘Allahuakbar’. Kemudian beliau berkata pada Abdullah,” Wahai Abdullah, aku akan memberimu kejutan atas kemenangan ini.” Selesai berbicara, beliau memasuki rumah, dan tidak lama kemudian kembali seraya membawa sebuah tongkat.
Abdullah bin Unais heran, dan bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah ini kejutannya?” Rasulullah SAW menjawab,” Wahai Abdullah, ambil sajalah tongkat ini, nanti di hari kiamat kembalikanlah padaku, dan aku akan memasukan engkau ke surga Allah.” Abdullah mengambil tongkat pemberian Rasulullah SAW. Abdullah berkata,” Sungguh aku tidak pernah merasakan sebahagi ini ketika menerima hadiah, kecuali hadiah tongkat ini.” Abdullah membawanya pulang, ia tidak pernah terlepas dari tangan Abdullah, sampai tidurpun ia membawanya. Sampai ia memerintahkan pada anggota keluarganya, jika kelak ia wafat, maka kuburlah tingkat itu bersamanya. Mengapa? Karena ketika kiamat tiba, Abdullah akan bangkit dan mendatangi Rasulullah SAW, dan berkata,” Wahai Rasulullah, ini adalah tongkamu, masukkanlah aku ke surga.”
Wahai saudaraku, tidak ada yang lebih bahagia, melebihi bahagianya engkau ketika dapat memasuki surga Allah SWT. Harta, pangkat, jabatan, dan kehormatan yang engkau miliki saat ini pasti akan engkau tinggalkan. Lebih dari itu, kenikmatan tersebut hanya sesaat engkau berada di dunia. Karena akhiratlah kehidupan yang kekal abadi. Oleh karena itu, Abdullah bin Unais sangat senang dan gembira mendapatkan hadiah kayu dari Rasulullah SAW. Sebab secara tidak langsung ia sudah dijanjikan menjadi penghuni surga. Allahuakbar.
Tahukah engkau, wahai saudaraku, mengapa Rasulullah SAW mengutus Abdullah untuk membunuh Khalid bin Sofyan? Beliau ingin mengajarkan bahwa jika engkau hendak melakukan sesuatu, fokus akan hal itu adalah jalan menuju kesuksesan. Sama halnya dengan yang dilakukan Rasulullah SAW, beliau tidak mau targetnya untuk melawan kafir Quraisy di acak-acak oleh Khalid bin Sofyan. Sehingga beliau mengutus Abdullah bin Unais, dan beliau bisa fokus untuk melawan pasukan kafir Quraisy.
v Pengkhianatan Suku dan Yahudi
Wahai saudaraku, ketika perang Uhud usai, terjadi pengkhianatan akan janji yang telah mereka ikrarkan pada Rasulullah SAW. Baik yang dilakukan oleh suku yang bertetanggaan dengan kota Madinah, maupun dari kaum Yahudi yang berada di Madinah. Ada tiga suku yang menjadi pengkhianat. Diantaranya;
1. Penghianatan pertama
Ketahuilah, wahai saudaraku, suatu hari suku yang bertetanggaan dengan kota Madinah, mengutus seorang utusan untuk menghadap Rasulullah SAW. Mereka datang untuk meminta beberapa sahabat yang mau mengajarkan ajaran agama Islam di daerahnya. Untuk itu, Rasulullah SAW mengirim 6 orang sahabat beliau yang dianggap mampu untuk menyampaikan risalah; diantara mereka adalah, Murtsad, Abdullah bin Thariq, Zaid, al ‘Aashim, Khabib. Dan Ibnu Datsnah.
Namun, sungguh sangat mengecewakan, ternyata keinginan mereka untuk mempelajari agama Islam hanyalah sebatas perangkap. Mengapa? Karena ketika ke enam sahabat tiba di kaum tersebut, mereka langsung dikurung agar tidak meninggalkan kampung tersebut. Setelah itu, mereka diminta untuk menjadi pengikut suku Quraisy dan menghinati Rasulullah SAW. Na’udzubillahi min dzalik.
Kisahnya, saat itu dimalam hari Murtsad hendak memindahkan beberapa orang fakir dan miskin dari kota Makkah menunju Madinah. Nah, ketika itu ada seorang wanita cantik dan memiliki harta yang melimpah tertarik dan mencintai Murtsad. Namun, wanita ini dari kaum musyrik kota Makkah. Ia bernama, I’taq. Melihat Murtsad hendak meninggalkan kota Makkah, wanita ini memanggilnya,” Wahai Murtsad, mendekatlah padaku.” Murtsad menjawab,” Wahai I’taq, aku takut pada Allah SWT dan Rasul-Nya.” I’taq menjawab,” Wahai Murtsad, jika engkau tidak mendekat, aku akan membongkar rahasiamu.” Maksudnya, jika Murtsad tidak mengikuti keinginan I’taq, maka ia akan memberitahukan pada suku Qurasiy, bahwa ia hendak membawa beberapa orang fakir miskin ke kota Madinah. Selain itu, I’taq juga menyampaikan hasratnya untuk menikahi Murtsad.
Murtsad yang mengetahui bahwa I”taq adalah bukan beragama Islam, melainkan ia kaum musyrik Makkah. Murstad berkata,” Wahai I”taq, aku akan bertanya terlebih dahulu pada Rasulullah SAW perihal ini.” Setibanya di kota Madinah, Murtsad bertanya pada Rasulullah SAW? Lalu, pertanyaannya dijawab oleh ayat Allah SWT yang turun saat itu;
الزَّانِي لا يَنْكِحُ إلا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (٣)
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin. (QS. an Nur[24]:3)
Setelah turunnya ayat ini, Rasulullah SAW bersabda pada Murtsad,” Wahai Murtsad, jika wanita itu telah bertaubat, berbuat baik, beriman, dan diberi petunjuk (melakukan kebaikan), maka engkau datangi dan nikahilah ia.” Mendengar hal ini, Murstad berkata,” Jika seperti itu, baiklah, wahai Rasulullah SAW.” Rasulullah SAW menjawab seperti itu, karena beliau khawatir apa yang dilakukan oleh I’taq hanya sebatas jebakan saja pada Murtsad, sehingga ia memalingkan kaidahnya.
Tidak hanya terjadi pada Murtsad, hal yang sama dan lebih menakutkan lagi terjadi pada 5 sahabat lainnya. Ketika mereka di cekal, dikurung dan tidak dilepaskan lagi, mereka berusaha untuk memalingkan dan membuat para sahabat berhianat pada Rasulullah SW. Namun, hal itu tidak dilakukan para sahabat. Mereka tetap teguh memegang keimanannya. Oleh karena itu, suku inipun membunuh salah seorang sahabat utusan Rasulullah SAW, ia adalah al ‘Aasyim. Namun, yang tiga orang sahabat lagi, dilepaskan dengan membuat perjanjian. Ketiga sahabat itu adalah; Khabin al Anshari, Ibnu Datsnah, dan Abdullah.
Setelah mereka ditangkap, lalu dibawa oleh suku tersebut ketempat para tawanan. Setibanya, para sahabat ini diikat dan disiksa. Semua itu akan dihentikan oleh para kaum Musyrik. Dengan syarat mereka mau untuk mengkhianati Rasulullah SAW. Karena tidak mau, salah seorang sahabat Rasulullah SAW lainpun ikut dibunuh,, ia bernama Abdullah bin Thariq. Tidak hanya sampai disitu, mereka mendatangi Khabib dan Ibnu Datsnah dan menjual keduanya di kota Makkah.
Suku dan kaum Yahudi yang ingin telah membunuh Abdullah bin Thariq, ‘Asham dan membawa Khabib dan Ibnu Datsnah ke kota Makkah, mengetahui ada seorang wanita yang dikenal dengan Salafah menginginkan kepala ‘Ahsam. Dan siapa saja yang membawanya akan mendapatkan hadiah. Oleh karena itu, mereka segera kembali pada jasad ‘Asham yang telah dibunuh untuk memberikan kepalanya pada Salafah. Namun, Allah SWT menghendaki lain. Dia mengutus tentaranya dari semut dan cacing yang diperintahkan untuk memakan kepala ‘Asham. Sehingga mereka tidak dapat menemukannya. Malam itu, Allah SWT menurunkan hujan yang amat dahsyat demi menyelamatkan jasad ‘Asham yang lainnya. Tidak hanya kepala, jasadnyapun diselamatkan oleh Allah SWT.
Ketahuilah, wahai saudaraku, Khabib adalah seorang sahabat yang membunuh Harits bin ‘Amir ketika perang Badar. Oleh karena itu, ketika ia hendak dijual, suku yang membawanya mengatakan bahwa Khabib seorang tawanan mereka. Khabib seorang sahabat yang luar biasa sifat kezuhudannya, hal ini berdasarkan pengakuan tuannya, ia bernama Mawiyah binti Haritsah yang akhirnya memeluk agama Islam.
Mawiyah binti Haritsah mengatakan,” Demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang tawanan sebaik Khabib. Demi Allah, suatu hari aku menemukannya sedang memakan sebuah anggur, padahal saat itu dikota Makkah tidak ada anggur sama sekali.” Ketika ditanyakan perihal darimana ia mendapatkan itu, Khabib berkata,” Ini adalah rezeki dari Allah yang diberikan padaku.” Mawiyah binti Haritsah meneruskan perkataannya,” Ketika itu, orang yang hendak membunuhnya mendekat. Ia mengetahui hal itu, dan sebelum wafat Khabib meminta sebuah pisau tajam, karena hendak mencukur bulu ketiak, kumis dan kukunya.”
Pada saat Khabib menjadi tawanannya, Mawiyah masih memiliki seorang anak lelaki yang masih kecil, namun ia sangat mengagumi keramahan dan kebaikan Khabib. Oleh karena itu, suatu hari tanpa diketahui Mawiyah, anaknya mendekat dan duduk disamping Khabib seraya memeluknya. Mengetahui hal itu, Mawiyah segera lari menghampiri Khabib, karena ia ingat, Khabib sedang memegang pisau dan takut pisau itu digunakan untuk melukai dan membunuh anaknya.
Setelah menghampiri Khabib, Khabib berkata pada Mawiyah,” Wahai Mawiyah, apakah engkau takut aku membunuhnya? Demi Allah, aku tidak akan pernah membunuhnya karena aku adalah sahabat Muhammad. Setelah ia mengatakan hal itu, ia berkata pada anaknya Mawiyah,” Wahai anakku, pergilah engkau ke ibumu.”
Wahai saudaraku, betapa Islam mengajarkan hal yang semestinya engkau ikuti dan wujudkan dalam kehidupan ini. Sungguh anak kecil tidaklah memiliki dosa dan mengetahui apa-apa, lalu mengapa harus dibenci dan dibunuh? Islam mengajarkan engkau untuk selalu menghargai dan menghormati hak orang lain, meskipun ia seorang anak kecil. Engkau tidak berhak memukul dan membunuh selain orang yang berhak untuk dipukul dan dibunuh, seperti halnya qishah.
Putra Ma’wiyah binti Haritsah pun kembali kepangkuan ibunya. Mengetahui hal itu, dimana tidak mungkin seorang tawanan yang mendapatkan kesempatan untuk menawan anaknya namun tidak ia lakukan. Ma’wiyah pun memeluk agama Islam karena kelembutan dan keberanian Khabib.
Sudah menjadi keputusan suku arab bahwa pada bulan haram tidak diperbolehkan membunuh dan berperang. Oleh karena itu, pelaksana humuk mati bagi Khabib setelah lewat bulan haram. Bulan harampun telah lewat, dan waktu untuk menghukum mati Khabib pun telah tiba. Abu sofyan memerintahkan pada algojonya untuk mengikat Khabin di pohon kurma, agar dapat disiksa terlebih dahulu sebelum akhirnya wafat; dipukul, dipanah pada tangan dan kakinya adalah siksaan yang sudah disiapkan oleh algojonya Abu Sofyan.
Khabibpun di ikat, dan Abu Sofyan berkata padanya,” Wahai Khabib, Demi Tuhan, percayalah terhadap apa yang aku ucapkan, apakah engkau lebih senang Muhammad berada ditempatmu saat itu, dan engkau berada dirumahmu untuk bersenang-senang?” Khabib menjawab,” Wahai Abu Sofyan, demi Allah aku tidak menghendaki Rasulullah SAW terkena jaring laba-laba yang ada dirumahmu. Lalu bagaimana mungkin aku menghendakinya menggantikan tempatku?” Abu Sofyan berkata,” Aku tidak pernah berjumpa dengan seseorang seperti sahabat Muhammad yang sangat mencintainya semasa hidupku.”
Setelah berkata untuk sendiri, Abu Sofyan mengalihkan pertanyaannya pada Khabib,” Wahai Khabib, baik jika seperti itu. Sebelum engkau mati aku bunuh, apa yang engkai inginkan?” Mendapat kesempatan itu, Khabib meminta pada Abu Sofyan untuk dapat menunaikan shalat dua rakaat. Shalatpun telah dikerjakannya dengan sangat cepat, lalu ia berkata,” Wahai Abu sofyan, jika aku takut akan kematian, maka aku akan memanjangkan shalatku sesuai dengan yang aku inginkan. Akan tetapi, aku sangat merindukan untuk dapat bertemu dengan Tuhanku, Allah SWT.” Sebelum busur panah dilemparkan algojo Abu Sofyan, Khabib beroa;
اَللَّهُمَّ أَحْصَهُمْ عَدَدًا, وَاقْتُلُوْهُمْ بَدَدًا, وَلَا تَبْقَ مِنْهُمْ اَحَدًا
Wahai Tuhanku, jumlah mereka sangat banyak, maka hancurkanlah dengan diccerai beraikan jumlahnya hingga tidak ada satupun yang tersisa
Ketahuilah, wahai saudaraku, suku Quraisy sangat menyakini, jika ada seorang sahabat yang berdoa pastilah akan di kabulkan. Kepercayaan itu, karena mereka telah mengalaminya sendiri, baik Rasulullah SAW yang berdoa maupun para sahabatnya. Oleh karena itu, ketika mereka mendengar doa yang diutarakan oleh Khabib, seluruh orang yang melihat hukuman mati Khabib termasuk Abu Sofyan menunduk dan tiarap, agar apa yang didoakan Khabib tidak menimpa mereka.
Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah umat Islam kedua setelah Abu Bakar, seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Sa’id bin ‘Amir, tiba-tiba ia jatuh pingsan, setelah terbangun, Umar pun bertanya,” Wahai Sa’id, apa yang terjadi padamu?” Sa’id menjawab,” Wahai Umar, aku adalah salah seorang yang menyaksikan hukuman mati Khabib, oleh karena itu aku terkena doanya.” Sa’ad pada saat Khabib di hukum mati, ia belum memeluk agama Islam.
Khabib, melihat apa yang dilakukan oleh kafir Quraisy, setelah ia selesai memanjatkan doa. Lalu, ia berkata;
Aku tidak memperdulikan disaat kalian membunuh pengikut Rasulullah
Karena seluruh dosa syuhada pasti akan diampuni oleh Allah
Khabib meneruskan doanya,” Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyampaikan risalah dari utusanMu. Untuk itu, aku ingin engkau menyampaikan salamku padanya sebelum kematianku datang.” Mendengar hal itu, Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril AS untuk menjumpai Rasulullah SAW dan menyampaikan salamnya pada beliau. Setelah salam itu disampaikan, beliau berkata,” Sampaikanlah salam balikku padanya, wahai Jibril.”
2. Penghianatan Kedua
Penghianatan kedua ini dilakukan oleh suku ‘Adhul Waqarah. Ketika itu, mereka meminta pada Rasulullah SAW utusan untuk mengajarkan agama Islam. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengutus 70 orang sahabatanya yang ditugaskan untuk mengajar agama Islam pada mereka. Sayang, apa yang dilakukan oleh suku ‘Adhul Waqarah hanya tipu muslihat saja. Mengapa? Karena setibanyanya 70 orang utusan Rasulullah SAW, mereka membunuh seluruh sahabat yang diutus oleh beliau, hanya satu orang yang dapat melarikan diri dari pembunuh masal itu, ia bernama “Amr bin Umayyah. ‘Amr bin Umayyah pun kembali ke kota Madinah dan menceritakan hal itu pada Rasulullah SAW.
Mendengar hal itu, Rasulullah SAW sangat terpukul, sehingga membuat beliau selalu bersedih dan sampai satu bulan lamanya, beliau selalu mendoakan 69 sahabatnya yang dibunuh oleh suku ‘Adhal Waqarah. Adapun doa yang beliau panjatkan,” Wahai Tuhanku, hancurkanlah dan binasakanlah mereka (orang yang telah membunuh 69 sahabatnya).” Nah, hal ini lah yang menyebabkan turunnya ayat;
لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (١٢٨)
Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim. (QS. Ali Imraan[3]:128)
Setelah turunnya ayat ini, barulah Rasulullah SAW menghentikan doanya.
3. Penghiantan Ketiga
Ketahuilah, wahai saudaraku, salah satu suku yang mengkhianati Rasulullah SAW adalah suku Bani Nadhir. Ia adalah suku dari kaum Yahudi. Saat itu, Rasulullah SAW mengutus seorang sahabat untuk mendatangi mereka dan meminta uang sebagai pembayaran diat[2]. Mengapa Rasulullah SAW meminta diat pada mereka? Karena suku Bani Nadhir telah membunuh dua orang sahabat Rasulullah SAW, namun pembunuhan itu karena kesalahan bukan kesengajaan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW meminta diat pada mereka.
Namun, sikap dari kaum Bani Nadhir tidak menunjukkan keramahan. Mereka membunuh utusan Rasulullah SAW dengan sebuah batu, hingga ia terkapar dan bersandar disalah satu tembok rumah mereka. Hal itu dilakukan, agar suatu saat nanti mereka menyangkal bahwa tidak ada utusan yang datang kepadanya.
Tentunya, apa yang dilakukan mereka adalah salah satu bukti pengkhianatan terhadap pemerintahan Rasulullah SAW. Allah SWT yang selalu menjaga agama dan ajarannya dari orang yang menentang maupun pengkhianat, mengutus malaikat Jibril AS untuk menyampaikan kejadian itu pada Rasulullah SAW. Mendengar hal itu, beliau langsung menuju tempat yang digunakan untuk membunuh utusannya. Karena ingin cepat sampai, beliau tidak sempat memberi kabar terlebih dahulu pada Umar bin Khattab maupun Abu Bakar ash Shidiiq. Sesampainya, beliau tidak lantas menghukum mereka dan membalas dendam. Yang beliau lakukan adalah memerintahkan suku Bani Nadhir untuk keluar dari kota Madinah, dan mereka tidak boleh bertempat dimana penghuninya umat Islam. Beliau memberi batas waktu satu bulan untuk berkemas dan pergi meninggalkan Madinah. Setelah batas waktu yang ditetapkan mereka masih terlihat di kota Madinah, Rasulullah SAW akan membunuhnya. Oleh karena itu, kaum Yahudi berkata,” Wahai Muhammad, bagaimana dengan harta benda kami?” Rasulullah SAW menjawab,” Ambil dan bawalah harta benda yang kalian miliki!”
Suku Bani Nadhir pun mempersiapkan segala sesuatunya untuk angkat kaki dari kota Madinah. Rasulullah SAW pun mengetahui ke arah mana mereka akan pergi, yaitu, tanah Khaibar. Saat itu, orang-orang munafik dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Ibnu Salul mendatangi kaum Bani Nadhir. Setibanya, mereka mengutarakan pada suku Bani Nadhir, bahwa mereka mendukung dan akan selalu siap untuk menghadapi umat Islam. Nah, itulah yang menyebabkan mereka terlambat 15 hari dari waktu yang telah ditentukan, yaitu satu bulan.
Ketahuilah, wahai saudaraku, pada saat suku Bani Nadhir terlambat kerluar dari kota Madinah selama 15 hari, Allah SWT menurunkan pada Rasulullah SAW ayat tentang haramnya khamer.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٩٠)
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[3], adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. al Maidah[5]:90)
Turunnya ayat ini, sebagai cara untuk mengetahui tingkat ketaan para pengikut Rasulullah SAW. Apakah, mereka akan mengikuti dan bersegera terhadap perintah Allah SWT dan rasul-Nya ataukah malah mengabaikan. Para sahabat lebih memilih untuk melemparkan botol minuman keras dan tidak mau meminumnya, daripada mereka harus mendapatkan murka Allah SWT dan Rasul-Nya, seraya mereka bertahu-tahut mengatakan,” Wahai Tuhanku, cukuplah sampai disini kami meminumnya.”
Dan, turunnya ayat ini juga yang menyebabkan kota Madinah seakan telah terjadi hujan botol. Mengapa? Karena umat Islam sebelum turunnya ayat tentang Pengharaman khamer, merek sangat gemar sekali meminumnya. Hampir tidak ada satupun yang tidak memiliki minumah keras. Setelah khamer diharamkan, mereka sama-sama membuang botol minumah khamer dijalan-jalan kota Madinah.
Suku Bani Nadhir atau kaum Yahudi yang mengetahui hal itu, segera berlindung pada kuda-kuda mereka dan kemudian mengutus seorang utusannya untuk menghadap Rasulullah SAW. Dimana saat itu, mereka telah mengumpulkan kekuatan dan apa saja yang dibutuhkan untuk menyusun kekuatan. Utusan pun tiba pada Rasulullah SAW dan menyampaikan bahwa suku Bani Nadhir sudah siap meninggalkan kota Madinah. Yang tidak dibawa oleh mereka hanyalah senjata. Akibat kejadian ini, turunlah ayat Allah SWT;
هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لأوَّلِ الْحَشْرِ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الأبْصَارِ (٢)
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama[4]. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS. al Hasyr[59]:2)
Suku Bani Nadhir meninggalkan kota Madinah, saat itu Rasulullah SAW mendengar suku yang tidak memiliki kekuatan banyak sedang berkumpul, mereka hendak melakukan perlawanan terhadap Rasulullah SAW. Oleh karena itu, beliau mempersiapkan 700 orang sahabatnya untuk melawan pasukan ini. Terjadilah peperangan antara pasukan Rasulullah SAW melawan pasukan kaum pengkhianat. Perang saat itu dinamakan dengan Dzatu Arraqaa. Sebagaimana yang dikisahkan dalam shahih Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata,” Suatu hari, kami bersama Rasulullah SAW melakukan peperangan. Jumlah kami dalam satu kelompok berjumlah 6 orang. Kami menungang unta yang membawa kedalam kancah peperangan. Peperangan itu membuat kaki dan seluruh kuku ku terluka, dan saat itu bergabung dengan para sahabt lainnya dalam peperangan yang dinamakan dengan Dzatu Arraqa.”
Ketahuilah, wahai saudaraku, ketika Rasulullah SAW dan pasukan sampai kemedan perang, suku yang hendak memerangi beliaupun terpisah entah kemana. Karena takut mereka akan kembali, sedangkan sudah tiba waktu shalat, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya melaksanakan shalat Khauf (takut). Pernyataan ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Jabir dalam kita Bukihari,” Saat itu, kami keluar bersama Rasulullah SAW untuk melawan musuh di perang Dzatu Arraqa, kami bertemu dengan musuh, namun tidak sampai berperang, sehingga membuat kami ketakutan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW shalat khauf.”
Ketika shalat, Rasulullah SAW membagi pasukan menjadi dua barisan. barisan pertama yang siap menghadang musuh, jika mereka kembali dan mengadakan perlawanan. Sedangkan barisan kedua, menghadap kiblat dan mengerjakan shalat empat rakaat. Namun, ketika barisan kedua selesai mengerjakan dua rakaat, barisan pertama mengikuti shalat pasukan yang ada dibarisan kedua. Sehingga, ketika barisan kedua selesai mengerjakan shalat, barisan pertama akan melanjutkan shalat dua rakaat lagi. Dan, barisan kedua siap menunggu musuh.
Shalatpun usai, namun musuh belum kunjung datang. Mengetahui hal itu, Rasulullah SAW dan para sahabatnya memutuskan untuk kembali ke kota Madinah. Ditengah perjalanan, Rasulullah SAW turun disuatu tempat untuk beristirahat dengan pasukannya, dan bersabda,” Wahai sahabatku, siapakah diantara kalian yang menjadi penjaga pasukan ini?” Mendengar hal itu, dua orang sahabat berdiri. Satu dari kaum muhajiriin dan yang satunya dari kaum anshar. Masing-masing bernama, ‘Ibad bin Basyar dan ‘Ummar bin Yasir radhiallahu anhuma. Dan berkata,” Kami, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW bersabda,” Wahai ‘Ibad dan ‘Ummar, kalian berdua malam ini menjadi penjaga bagi pasukan ini.”
Keduanya bergegas untuk menuju ke depan pasukan dan berjaga-jaga, saat itu ‘Ibad berkata pada ‘Ummar,” Wahai ‘Ummar, malam manakah yang engkau sukai? Diawal atau akhirnya?” Maksudnya, saat itu ‘Ibad menanyakan, waktu manakah yang disukai oleh ‘Ummar untuk berjaga, sehingga bisa giliran. Ummar menjawab,” Wahai ‘Ibad, berilah aku waktu di awalnya.” Mendengar hal itu, Ibad dapat memahami jika Ummar menghendaki jaga malam terakhir. Oleh karena itu, Ummarpun berangkat untuk tidur, agar dapat bangun dan berjaga dimalam hari. Sedangkan Ibad masih tetap terbangun untuk berjaga-jaga, dan ia mengisi waktunya dengan melaksanakan shalat malam seraya pandangan menghadap pada arah musuh yang dikhawatirkan akan datang.
Wahai saudaraku, tidakkah engkau memperhatikan apa yang dilakukan oleh Ibad bin Basyar. Meskipun mendapat tugas untuk berjaga-jaga, namun ia tidak lantas meninggalkan shalat malam. Ia tetap melaksanakan shalat malam sekaligus menjaga pasukan yang bersama Rasulullah SAW.
Subhanallah, ditengah menunaikan shalat, ternyata musuh sudah mengintai, dan melepaskan anak panah dari busurnya, sehingga mengenai tangannya. Panahpun tertancam dilengannya, namun ia tidak membatalkan shalat. Kaum musyrik yang mengetahui hal itu, segera melapaskan anak panah yang kedua. Anak panah inipun mengenai dan melukai Ibad, namun ia tetap meneruskan shalatnya. Nah, ketika anak panah yang ketiga pun mengenai tubuhnya, ia takut akan membuat anak panah selanjutnya mengenai tubuhnya lagi, dan membuat keadaan menjadi kacau. Oleh karena itu, ia berdiri dengan segera lalu ruku dan sujud.
Ummar yang tertidurpun mendengar hal itu, ia lantas terbangun. Melihat darah yang sudah bercucuran dari tangan dan anggota tubuh lainnya, ia berkata,” Wahai Ibad, mengapa engkau tidak membangunkan aku pada saat panah pertama mengenaimu?” Ibad menjawab,” Wahai Ummar, saat itu akau sedang membaca surah, dan aku tidak ingin memotongnya.” Subhanallah.
Masih membahas keadaan pada saat Rasulullah SAW kembali dari perang Dzatu Arraqa, Didalam kitab Bukhari, dari Jabir radiallahu anhuma. Ketika Rasulullah SAW dan pasukannya hendak kembali ke kota Madinah, ditengah perjalanan, Rasulullah SAW dan pasukannya hendak beristirahat di sebuah telaga yang sangat sejuk, beliau turun ke dalam telaga untuk mendapatkan kesejukan darinya. Sedangkan sahabat lainnya berpisah dan berteduh dibawah pohon yang rindang. Beliaupun keluar dari telaga dan tertidur dibawah bohon. Pun, pedangnya ditambatkan pada pohon itu. Namun, secara tiba-tiba saat itu beliau memanggil para sahabatnya, dan karena melihat orang arab badui.”
Juga, masih membahas tentang kejadian sekembalinya Rasulullah SAW dari perang Dzatu Arraqa. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shaheh. “ Sekembalinya Rasulullah SAW dari perang Dzatu Arraqa, datang seorang arab Badui yang mengalungkan pedang pada leher beliau.” Lalu, arab Badui ini berkata,” Wahai Muhammad, siapakah yang mampu menghalangiku untuk membunuhmu?” Rasulullah SAW bersabda,” Allahu azza wajalla.” Seketika, setelah Rasulullah mengatakan Allah, pedang itu terlepas dari tangan arab Badui. Pedang pun diambil dan beliau melakukan hal yang sama, mengalungkan pedang itu dileher arab Badui seraya bersabda,” Siapakah yang mampu menghalangiku untuk membunuhmu?”
Mengetahui lehernya sudah dikalungi pedang, arab badui berkata,” Wahai Muhammad, jadilah orang yang baik dan lepaskanlah aku.” Rasulullah SAW bersabda,” Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah?” arab badui berkata,” Tidak, wahai Muhammad, akan tetapi aku berjanji tidak akan melakukan usaha untuk membunuhmu. Juga, tidak akan bergabung dengan kaum yang akan membunuhmu.” Karena janji itu, Rasulullah SAW pun melepaskannya. Arab badui meninggalkan Rasulullah SAW dan menuju tempat kawan-kawannya yang hendak melakukan perlawannya pada beliau. Setibanya, arab Badui ini berkata,” Wahai kaumku, telah datang pada kalian manusia terbaik dari kita semua.”
Dalam perjalan pulang ke kota Madinah, Jabir adalah seorang sahabat yang terlampat datang. Oleh karena itu, beliaupun bertanya,” Wahai Jabir, apa yang menyebabkan engkau terlambat?” Jabir menjawab,” Wahai Rasulullah, aku terlambat karena untaku ini.” Beliau bersabda,” Ada apa dengan untamu?” Jabir menjawab,” Untaku sudah lemah.” Maksudnya, saat perjalanan itu Jabir menikah dengan seorang wanita, sehingga ia membawa dua orang yang membebani untanya.
Rasulullah SAW bersabda,” Wahai Jabir, apakah engkau telah menikah?” Jabir menjawab,” Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,” Engkau menikah dengan perawan atau wanita yang sudah janda?” Jabir menjawab,” Dengan janda.” Rasulullah SAW kembali bertanya,” Mengapa engkau menikah dengan janda, bukankah dengan perawan engkau dapat lebih bersenang-senang?” Jabir menjawab,” Wahai Rasulullah, ayahku meninggalkan 9 orang putri dan aku paling terbesar. Oleh karena itu, aku tidak dapat mengurusinya sendiri.” Maksudnya, dengan menikahi janda, Jabir berharap istrinya kelak dapat mengayomi adik-adiknya.
Rasulullah SAW kembali bersabada,” Wahai Jabir, apakah isterimu mengetahui hal itu sampai ia bersama mu dalam satu bantal.” Artinya apakah isteri Jabir mengetahui perihal 9 adiknya.” Namun apa yang dimaksud Rasulullah SAW tidak dapat ditanggap oleh Jabir, sehingga ia berkata,” Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak memiliki bantal.” Beliau menjawab,” Insya Allah, engkau akan memilikinya.”
Setelah Rasulullah SAW berkata demikian pada Jabir, seluruh sahabat yang beliau berhenti untuk memberitahukan perihal kesiapannya dalam memasuki keluarga baru. Sehingga dikemudian hari ia mampu menjaga 9 saudari kandung Jabir.
Ketahuilah, wahai saudaraku, Islam adalah agama yang mengajarkan seluruh sendi kehidupan. Termasuk didalamnya dalam berkeluarga, dimana engkau dituntut untuk memberikan pemahaman kepada isteri tentang posisi yang akan ia tempati. Dengan seperti itu, diharapkan kesanggupan wanita dalam menikahi seseorang, bukan hanya kesanggupannya untuk menerima sang suami. Lebih dari itu, kesanggupannya dalam segala hal, termasuk bergabung dengan anggota keluarga yang baru.
Rasulullah SAW mencontohkannya pada Jabir, ia menikahi wanita janda dengan harapan dapat mengayomi 9 saudari kandungnya. Karena pentingnya keharmonisan antara keluarga setelah menikah nanti. Maka Rasulullah SAW memberikan kesempatan untuk memberitahukan pada isteri Jabir perihal dirinya dan anggota keluarganya.
Saat itu, Rasulullah SAW sebenarnya hendak memberi uang pada Jabir, agar ia tidak tersinggung, beliau membahasakannya dengan sangat halus,” Wahai Jabir, apakah untamu boleh ikut denganku.” Rasulullah SAW hendak membeli unta Jabir dengan harga yang tinggi. Jabir berkata,” Wahai Rasulullah, unta ini tidak sebanding dengan harga yang engkau tentukan.” Beliau menjawab,” Akan tetapi aku menginginkan untamu, wahai Jabir.” Jabir berkata,” Wahai Rasulullah, jika engkau mengambilnya tanpa dihargai, aku akan memberikannya padamu.” Beliau menjawab,” Aku tidak ingin seperti itu, wahai Jabir.” Jabir berkata,” Kalau begitu hargailah yang sewajarnya.”
Rasulullah SAW bersabda,” Wahai Jabir, aku menghargai untamu satu dirham.” Jabir berkata,” Harga itu belum sesuai.” Beliau kembali memberikan tawaran,” Bagaimana jika dua dirham?” Jabir berkata,” Ambilah unta ini, wahai Rasulullah.” Setelah terjadi kesepakatan dan perjalanan ke Madinah masih jauh, Rasulullah SAW bersabda,” Wahai Jabir, aku membeli unta ini darimu, dan aku akan membayarnya dengan harga yang telah disepakati setibanya di kota Madinah.” Jabirpun menyepakatinya.
Setibanya di Madinah, Jabir menambatkan unta yang sudah menjadi hak Rasulullah SAW di halaman rumah beliau. Ketika beliau keluar dari rumahnya, didapatilah seekor unta yang sudah ditambatkan, lalu beliau berkata,” Unta milik siapakah ini?” Sahabat yang mendengar berkata,” Wahai Rasulullah, unta itu milik Jabir.” Lalu, Rasulullah SAW mengutus Bilal untuk memberikan uang dua dirham dan mengembalikan unta tersebut. Beliau berkata pada Bilal,” Wahaio Bilal, sampaikanlah pada Jabir; bawalah unta dan ambillah uangnya, karena sesungguhnya aku (rasulullah) pamanmu dan engkau adalah anak dari saudaraku.”
v Pelajaran Yang didapat
Wahai saudaraku, jika engkau memperhatikan kisah pada bab ini sebaik-baiknya, maka akan engkau temukan sebuah pelajaran yang sangat berarti. Diantaranya;
1. Risalah Rasulullah SAW tidak mungkin dapat ditegakan jika engkau tidak mau berkorban dengan jiwa dan harta
2. Penting untuk selalu bermusyawarah dalam setiap sendi kehidupan. Juga, dalam memutuskan sesuatu.
[1] Ucapan ini ditujukan kepada Nabi dan sahabat-sahabat beliau sebagai ejekan, karena mereka memandang Nabi tidak tahu taktik berperang, sebab beliau melakukan peperangan ketika jumlah kaum muslimin sedikit. Ucapan ini dapat digunakan untuk mengelakkan cercaan yang ditujukan kepada diri orang-orang munafik sendiri.
[3] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar