Senin, 14 Maret 2011

BAB XIX Perang Uhud Di Antara Pejuang Yang Yakin Akan Janji Allah SWT


            Tahukah engkau, wahai saudaraku, kapan terjadinya perang Uhud? Ia terjadi pada hari sabtu tanggal 7 Syawal tahun ketiga setelah dihitung dari waktu hijrahnya Rasulullah SAW.
v  Penyebab Perang Uhud
            Banyak kalangan dari para ahli sejarah perjalan Rasulullah SAW berpendapat. Bahwa perang Uhud adalah sebuah upaya kafir Quraisy untuk membalas dendam terhadap umat Islam. Karena mereka menganggap kekalahannya dalam perang Badar harus dibalas dengan darah. Itulah pendapat kalangan sejarah. Namun sebenaranya, selain mereka ingin membalas dendam. Juga, penyebab terjadinya perang berasal dari ketakutan mereka terhadap kemashlatannya dalam berdangan. Mereka takut dengan semakin tersebarnya agama Islam akan merongrong perniagaan mereka. Dan, mereka takut kehilangan kehormatan dan kemuliaannya akan hilang sebagai pemimpin para seluruh suku yang ada di jazirah Arabia. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT.
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ (٨٢)
Kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah. (QS. al Waqi’ah[56]:82)
            Ayat di atas menjelaskan tentang keinginan suku Quraisy untuk mengembalikan kejayaan mereka dalam hal perniagaan dan kehormatannya. Mengapa? Karena ketika perang Badar dimenangkan oleh umat Islam. Tersebarlah berita tentang kekalahan itu di seluruh pelosok negeri, sehingga hal itu membuat mereka takut. Telebih lagi telah hadir kekuatan baru di jazirah Arabia. Yaitu, kekuatan umat Islam.
            Selain itu, penentangan kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW sudah semakin keterlaluan. Mereka melarang  surat-surat yang dikirim Rasulullah SAW sampai ketangan yang berhak menerimanya. Hal itu diberlakukan pada siapa saja yang bertugas sebagai pengirim surat. Namun, dibalik pelarangan tersebut, masih ada surat Rasulullah SAW yang sampai kepada mereka. isinya,” Biarkanlah antara aku dengan suku yang ada (maksudnya biarkan da’wah Rasulullah SAW)”
            Nah, itulah yang menyebabkan terjadinya perang Uhud. Pasukan kafir Quraisy dalam peperangan ini lebih besar 3 kali lipat dari sebelumnya. Mereka berjumlah 3000 pasukan yang bergerak menuju arah Madinah. Termasuk dalam pasukan tersebut adalah Abu Sufyan. Ia dan para pengikutnya selamat dari perang Badar. Oleh karena itu, ia pun sama dengan para pemuka Quraisy lainnya. Takut kedudukan, kekayaan dan kehormatannya terambil oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Sehingga, Abu Sufyan mempersiapkan dana dan seluruh pasukannya untuk ikut berperang melawan pasukan umat Islam.
            Sebelumnya, Rasulullah SAW tidak mengetahui perihal pasukan yang dibawa oleh kafir Quraisy menuju kota Madinah. Beliau hanya pernah bermimpi tentang tangannya yang beliau melatakan pada baju besi miliknya. Lalu, pedangnya terbelah menjadi dua dan ada sapi yang tersembelih. Itulah kejadian yang dialami Rasulullah SAW dalam mimpinya.
            Kedatangan 3000 pasukan kafir Quraisy ke kota Madinah, bertujuan untuk membumi hanguskan kota madinah dan menghancurkan Rasulullah SAW serta para pengikutnya. Telik sandi Rasulullah SAW, Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’id bin Zaid yang mengetahui hal itu segera  memberitahu beliau akan pasukan besar yang sedang menuju kota Madinah.
            Wahai saudaraku, mimpi Rasulullah SAW ternyata benar akan terjadi, setelah beliau mengetahui berita 3000 pasukan kafir Quraisy yang menuju kota Madinah dari telik sendinya. Darimana Rasulullah bisa mengetahui itu? Dari mimpi. Mimpi tersebut beliau tafsirkan. Tangan yang diletakkan pada baju besi pertanda itu adalah kota Madinah. Pedang yang terbelah menjadi dua, pertanda ada kerabatnya yang akan meninggal dunia. Sedangkan sapi yang tersembelih menunjukkan bahwa dalam perang tersebut akan ada banyak para sahabat yang gugur.
            Oleh karena mimpi ini, Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam yang ada dikota Madinah untuk tetap berada didalam kota. Melindungi dan menjaga dari pasukan kafir Quraisy didalam kota. Hal ini dilakukannya agar jumlah sahabat yang terbunuh tidak terlalu banyak.
v  Isyarat Rasulullah SAW untuk para sahabat
            Ketahuilah, wahai saudaraku, sebelum perang uhud berkecamuk, Rasulullah SAW keluar rumah dan berkumpul dengan rakyatnya. Beliau memberi isyarat atau petunjuk bahwa akan terjadi perang yang besar. Lalu, beliau meminta pendapat dari rakyatnya. Apakah peperangan ini kita lakukan di dalam atau diluar kota Madinah? Mengapa Rasulullah SAW menyatakan hal ini? Karena sesungguhnya beliau menginginkan peperangan terjadi didalam kota Madinah. Agar seluruh penduduk Madinah bisa ikut berperang melawan pasukan yang tidak sebanding ini. Lelaki berperang didaratan sedangkan yang wanitanya ikut melawan pasukankafir Quraisy dari atap rumah. Namun, jawaban dari rakyatnya menghendaki peperangan terjadi di luar kota Madinah.
            Rasulullah SAW pun mengikuti kemauan rakyatnya. Beliaupun segera memakain pakaian perang yang biasa digunakan. Saat itu, ada sebagian sahabat yang mengetahui keinginan Rasulullah SAW yang menghendaki peperangan di dalam kota Madinah. Sedangkan rakyatnya menginginkan diluar kota Madinah. Nah, itulah yang membuat para sahabat mendatangi Rasulullah SAW dan berkata kepadanya,” Wahai Rasulullah, seakan engkau tidak menyukai keputusan kami.” Mendengar perkataan itu, sepontan Rasulullah SAW marah dan berkata,’ Wahai sahabatku, tidak akan pernah tejadi pada diri nabiyallah, ketika sudah mengenakan pakaian perang lalu dilepasnya. Sampai Allah SWT yang memutuskan antara para nabi dan musuh-musuhnya. Jika kita telah memutuskan sesuatu, maka berserah dirilah hanya kepada Allah SWT.”
            Wahai saudaraku, jika memperhatikan apa yang dilakukan Rasulullah SAW, engkau akan melihat bahwa beliau sangat berjiwa demokrasi dan memberikan hak kepada para wanita. Beliau tidak menceritakan keinginannya untuk melakukan perlawanan di dalam kota Madinah. Mengapa? Karena beliau yakin bahwa keputusan dari hasil musyawarah adalah yang terbaik. Jika beliau mengungkap keinginannya, tentu para sahabat tidak akan pernah ada yang menolaknya. Dan ini tidak dikehendaki sama sekali oleh Rasulullah SAW.
            Untuk itu, engkau yang menjadi pemimpian atau ingin memutuskan apa saja dalam kehidupan dunia ini. Bermusyawarahlah terlebih dahulu dengan bawahanmu atau keluargamu. Biarkan setiap mereka memberikan pendapatnya masing-masing. Seperti halnya Rasulullah SAW memberikan kebebasan kepada para sahabatnya untuk menentukan dimana peperangan akan dilakukan. Oleh karena itu, wahai saudaraku, yang mendengungkan demokrasi bukanlah orang barat. Islamlah yang pertama kali memberikan kebebasan terhadap rakyatnya untuk menentukan apa yang terbaik. Atau dengan istilah lain musyawarah.
            Lebih dari itu, dalam menentukan keputusan dimana tempat perang Uhud akan dilaksanakan, beliau pun memberikan hak kepada wanita untuk menentukan sikap. Dengan ini, maka sejak 14 abad yang silam, Islam telah memberikan kebebasan hak bagi wanita dalam pemerintahan untuk menentukan sikap, sampai dalam hal perang. Allahuakbar.
v  Menentukan Pasukan
            Sungguh, perang Uhud hampir sama dengan perang Badar. Dimana jumlah umat Islam lebih sedikit dibandingkan pasukan kafir Quraisy. Sebenarnya diawal keberangkatan umat Islam untuk menyongsong pasukan kafir Quraisy berjumlah 1000 orang. Namun, ditengah perjalanan ketua kaum munafiq yang bernama Abdullah bin Ubai bin Ibnu Salul mengundurkan diri. Bersamanya yang ikut sebanyak 300 orang. Sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 3000 orang. Bukankah perbedaannya jumlahnya lebih dari 3 kali lipat. Sama dengan perang Badar dimana jumlah pasukan Rasulullah SAW hanya 313 atau 317 dan pasukan kafir Quraisy 1000 orang.
            Mundurnya 300 orang umat Islam dalam pasukan Rasulullah SAW membuat sebagian nyali sahabat beliau menjadi ciut. Dan, ketakutan mulai menghantui hati mereka. namun hal itu tidak berlangsung lama, karena Allah SWT menurunkan sebuah ayat dalam surah Ali Imran
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (١٦٠)
Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.(QS. Ali Imraan[3]:160)
            Juga, firman Allah SWT.
وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ (١٦٦)وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالا لاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلإيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ (١٦٧)الَّذِينَ قَالُوا لإخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (١٦٨)
166. Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, Maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.
167. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". mereka berkata: "Sekiranya Kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah Kami mengikuti kamu[1] mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.
168. Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar". (QS. Ali Imraan[3]:166-168)
v  Tanah Pertempuran
            Allahuakbar, tanah yang menjadi tempat pertempuran umat Islam melawan 3000 pasukan kafir Quraisy. Adalah sebagai saksi bisu terhadap para syuhada yang gugur disana. Tanah Uhud tidak terlalu jauh dari kota Madinah, ia hanya berjarak kurang lebih 5 kilo meter dari kota Madinah saat ini. Ketika itu, Madinah ada sebuah kota yang diapit oleh beberapa gunung. Oleh karena itu, hanya ada satu jalan untuk masuk ke kota Madinah. Jalan itu diberinama dengan ‘Mantiqah al Hurrah’. Dinamakan seperti itu karena diibaratkan dengan bebatuan yang saling tumpang tindih, sehingga tidak mungkin ada yang dapat melewatinya.
v  Strategi perang Rasulullah SAW
            Ketika pasukan kafir Quraisy melihat jumlah pasukan yang mereka miliki lebih banyak dari pasukan umat Islam, membuat mereka lalai. Sehingga mereka melarang untuk menentukan strategi dalam peperangan melawan umat Islam. sebaliknya, tidaklah demikian dengan Rasulullah SAW. Beliau menyusun siasat dalam menaklukkan pasukan musuh. Oleh karena itu, beliau memerintahkan pasukan pemanah menempati posisi di atas gunung.
            Pasukan pemanah ini dipimpin oleh Abdullah bin Jabir. Pasukan panah ini pun berangkat, sehingga gunung Uhud saat itu penuh dengan pasukan umat Islam. Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk melindungi pasukan yang berada dibawah. Nah, ini lah salah satu taktik perang Rasulullah SAW, dimana beliau menempatkan kurang lebih 50 orang pemanah di atas gunung Uhud.
            Pasukan kafir Quraisy saat itu terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya; pasukan berkuda berada di sayap kiri, dibawah pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal. Ia memimpin 700 pasukan berkuda. Pasukan yang kedua dipimpin oleh Khalid bin Walid berada di sayap kanan. Ia yang membawahi 300 pasukan pemanah. Dan yang ketiga adalah pasukan yang dipimpin oleh Abu Sufyan maju paling depan atau ditengah, bersamanya 1000 orang pasukan berkuda.
            Lalu, bagaimana taktik dari pasukan kafir Quraisy? Terbaginya tiga kelompok dari pasukan Quraisya, agar mereka mampu mengepung pasukan umat Islam dari kanan dan kiri. Dimana itu menjadi tugas Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal bersama dengan 700 pasukan berkuda dan 300 pasukan pemanahnya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menindir Abu Sufyan dan pasukannya ketika berhadap dengannya. 
v  Dimulainya genderang Perang
            Ketahuilah, wahai saudaraku, saat itu yang memegang bendara umat Islam adalah Mash’ab bin Umair. Sedangkan yang memimpin pertempuran adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia dibantu oleh dua orang sahabat; Ali bin Abu Thalib dan Zubair bin Awwam.
            Sebelum pasukan pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Zabir berangkat, Rasulullah SAW berpesan kepada mereka,” Wahai para sahabatku, jika kalian melihat pasukan yang berada dibawah nanti mengalami kemenangan dan mengambil ghanimah, jangan kalian turun dan ikut mengambil ghanimah. Juga, ketika kami mengalami kekalahan dan burung memakan sesuatu dari atas kepala kami, mak kalian jangan turun dari atas gunung untuk menolong kami. Apapun yang terjadi jangan pernah kalian turun dari atas gunung.”
            Perang Uhud pun dimulai, Rasulullah SAW mengambil pedangnya seraya berkata kepada para sahabatnya,” Wahai sahabatku, siapa saja yang mengambilkan pedangku, maka berilah ia haknya.” Sahabat menjawab,” Apakah itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab,” Yaitu, menghancurkan kepentingan orang-orang kafir.” Lalu, salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Abu Dujjanah berkata,” Jika seperti itu, aku yang akan mengambilnya haknya, wahai Rasulullah.” Setelah Abu Dujjanah selesai berkata, ia melantunkan sebuah syair;
Aku adalah orang yang telah berjanji pada kekasih hati
Dan kami  sedang berada ditepi gunung hanya berbekal pelepas kurma
Tidaklah aku berdiri pada tahun ini untuk mendapatkan kemuliaan
Melainkan berperang dengan pedang Allah  dan Rasul-Nya
            Perang Uhud pun dimulai, dimana kejadiannya hampir sama dengan perang Badar. Yaitu perang satu melawan satu. Dari pihak kafir Quraisy, mereka mengutus beberapa orang dari suku keturunan Bani Abdu ad Daar. Sedangkan dari pasukan Rasulullah SAW mempercayakan kepada Abu Thalib, Ali bin Abu Thalib dan Zubair bin Awwaam. Pada awalnya, pasukan kafir Quraisy mengutus satu orang dari suku Bani Abdu ad Daar. Namun, karena ia dapat dikalahkan dan dibunuh oleh Abu Thalib. Kafir Quraisy memutuskan untuk kembali mengutus salah seorang pasukannnya dari suku yang sama. Abu Thalib masih sanggup melawan utusan itu dan berhasil membunuhnya.
            Karena marah dan hampir tidak percaya oleh kejadian tersebut, kafir Quraisy mengutus orang ke 3 dan ke 4 untuk melawan Abu Thalib. Sekali lagi, keduanya dapat ditangani dengan baik oleh Abu Thalib. Karena lelah, Ali pun menggantikan posisinya. Dan, Ali mampu membunuh lawan-lawannya dua orang dari suku Bani Abdu ad Daar. Sama halnya dengan Zubair bin Awwam, ia mampu mengalahkan dua orang lawannya dari pasukan kafir Quraisy.
            Setelah perang tanding satu lawan satu usai, dan kemenangan berada dipihak pasukan Rasulullah SAW. Peperangan sesungguhnyapun terjadi antara dua pasukan yang tidak sebanding jumlahnya. Namun, sekali lagi Allah SWT menunjukkan bukti dari firman-Nya. Dia menolong umat Islam, sehingga mampu mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang sangat besar. Setelah mereka mengetahui bahwa pasukan pertama sudah dikalahkan pasukan Rasulullah SAW, mereka lari meninggalkan medan perang.
              Banyaknya ghanimah, yang ditinggalkan oleh pasukan kafir Quraisy setelah melarikan diri dari medan perang. Membuat umat Islam kehilangan kendali, mereka berebuatan untuk mendapatkan harta rampasan perang tersebut. Tidak ketinggalan pasukan pemanah yang berjumlah 50 dibawah pimpinan Abdullah bin Jabir melihat kerumunan shahabat yang berebuat mengambil harta rampasan, 40 orang dari pasukan pemanah ikut turun dari atas gunung dan bergabung dengan sahabat lainnya dalam mengambil harta rampasan perang. Yang tersisa hanya 10 orang pasukan pemanah, termasuk Abdullah bin Jabir. Merekapun telah melakukan pelanggaran terhadap perintah Rasulullah SAW yang pernah berpesan kepada mereka,” Wahai sahabatku, jangan pernah engkau turun dari gunung Uhud apapun yang terjadi.”
            Ketahuilah, wahai saudaraku, jika tidak taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya, maka akan mengalami hal serupa dengan 40 orang pasukan pemanah yang meninggalkan gunung Uhud karena tergiur oleh keindahan duniawi. Yaitu, harta rampasan. Apa yang mereka dapat dari perbuatan maksiat itu? Umat Islam mengalami kekalahan, pasukannya porak poranda diserbu oleh pasukan kafir Quraisy yang melihat kelengahan umat Islam saat itu. Nah, kejadian semacam itupun akan engkau alami jika melanggar perintah Allah SWT dan rasul-Nya. sebagaimana ke 40 sahabat yang mengingkari perintah Rasulullah SAW. Bukankah Allah SWT berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (٣٣)
 Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad[47]:33)
            Juga, firman-Nya
لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٦٣)
63. Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. an Nuur[24]:63)
            Melihat kekacauan yang terjadi pada pasukan umat Islam, Khalid bin Walid tidak menyianyiakan waktu lagi, ia segera menuju ke bukit Uhud dan berhasil membunuh 10 sahabat yang berada di atasnya. Setelah ia berhasil membunuh, Khalid pun menguasai bukit Uhud, dan ia dengan pasukan pemanahnya mulai menghujani pasukan Rasulullah SAW yang berada dibawah. Lalu, Khalid bin Walid berteriak diatas bukti,” Wahai Abu Sufyan, rencana dan srtategi yang telah kita rencanakan berhasil.” Mulai dari situ, semangat perang kaum musyrik Makkah kembali berkobar, meskipun sebelumnya sempat padam, karena pasukan yang dipimpin Abu Sufyan dapat dikalahkan pasukan Rasulullah SAW. Berbarengan dengan itu, pasukan umat Islam yang pada awalnya sudah mendapatkan kemenangan berbalik hingga 180 derajat menjadi kekalahan. Umat Islam kalang kabut, akibat kelalaian mereka akan perintah Rasulullah SAW.
            Mengetahui umat Islam yang sedang murat marit, seorang kafir Quraisy bernama Abdullah bin Qumah yang targetnya dapat membunuh Rasulullah SAW menghampiri Mash’ab bin Umair, dari belakang Abdullah menebas tangan kanan Mash’ab yang memegang bendera umat Islam. Putusnya tangan kanan Mash’ab membuat bendera tersebut terlepas dari tangannya. Ia tidak serta merta meninggalkan bendera itu, karena tangan kirinya segera menyambar bendera yang sudah terjatuh. Abdullah yang memperhatikan Mash’ab sudah tidak berdaya segera melancarkan aksinya, ia menebas tangan kiri Mash’ab.
            Terlepasnya tangan kiri Mash’ab, membuat bendera kembali terjatuh. Namun, dengan gigih ia segera menyambar bendera itu dengan anggota tubuhnya. Allahuakbar, Mash’ab tidak pernah putus asa untuk menegakan agama Allah, meskipun kedua tangannya telah putus, tidak membuat dirinya menyerah. Abdullah bin Qumah yang mengira, Mash’ab adalah Rasulullah SAW tidak menyianyiakan waktu lagi untuk segera membunuh Mash’ab. Mengapa Abdullah mengira Mash’ab adalah Rasulullah? Karena ia membawa bendera kebesaran umat Islam. Sehingga Abdullah mengira Mash’ab adalah Rasulullah SAW. Selain itu, karena Abdullah belum pernah melihat Rasulullah SAW sebelumnya.
            Mash’ab pun terbunuh, Abdullah bin Qumah sangat senang melihat Mash’ab meninggal dunia, karena ia mengiranya Rasulullah SAW. Oleh karena itu, ia segera berlari menuju kerumunan dua pasukan, Rasulullah SAW dan kafir Quraisy. Abdullah berteriak dengan keras,” Aku telah membunuh Muhammad, aku telah membunuh Muhammad.”
            Teriakan ini didengar oleh sebagian pasukan umat Islam, dan mereka mempercayai hal itu. Karena melihat pasukan Rasulullah SAW sudah kocar kacir. Oleh karena teriakan itu, sebagian mereka membuang senjatanya dan berlari menuju kota Madinah.
            Larinya sebagian sahabat, membuat pasukan yang tersisa dimedan perang hanyalah Rasulullah SAW dan 20 sahabat lainnya, salah satunya adalah seorang wanita yang bernama Ummu Imarah. Melihat sebagian pasukan sudah berhamburan menuju kota Madinah, beliaupun berseru,” Kembalilah padaku, wahai hamba Allah.”
            Tentu saja, jumlah yang sedikit itu tidak disia-siakan oleh pasukan kafir Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah SAW. oleh karena itu, sebagian pasukan kafir Quraisy mengepung Rasulullah SAW. Abu Dujjanah adalah salah satu orang sahabat yang melindungi Rasulullah SAW dan mendekapnya, agar panah yang dilepaskan oleh pasukan kafir Quraisy tidak mengenai Rasulullah SAW.
إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٥٣)
(ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu Kesedihan atas kesedihan[2], supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imraan[3]:153)
            Sa’ad bin Abu Waqqas yang juga melindungi Rasulullah SAW diperintahkan oleh beliau untuk melepaskan busur panahnya, “ Wahai Sa’ad, lepaskanlah busur panahmu, maka engkau akan mengikuti ayah dan ibuku (ke surga).” Sa’ad melepaskan busur panahnya ke arah pasukan kafir Quraisy, namun mereka dapat mengeles dan kembali ke arah belakang Rasulullah SAW. Sahabat lainnya yang melindungi Rasulullah SAW adalah Thalhah bin Abdullah, ia berkata kepada beliau,” Wahai Rasulullah, lindungilah kepalamu, biarkan leherku yang akan melindungimu.” Setelah ia melakukan hal itu, busur panahnya hancur berkeping keping.
            Melihat Rasulullah SAW sudah dikepung oleh pasukan kafir Quraisy, Yazid bin Sakan dan 10 sahabat anshar lainnya mendatangi Rasulullah SAW untuk turut melindungi beliau.  Lalu, beliau bersabda,” Siapa saja yang melindungiku, surgalah balasannya.” Setibanya, Yazid dan sahabat lainnya berusaha untuk masuk kedalam lingkaran kafir Quraisy, agar bisa melindungi Rasulullah SAW. Sedangkan sebagian lagi dari sahabat Anshar berusaha untuk melawan pasukan kafir Quraisy yang tidak mengepung Rasulullah SAW.
            Salah seorang sahabat berkata,” Kami melihat pasukan yang terbunuh sudah semakin banyak, sehingga kami tidak ingin mati karena melindungi Rasulullah.” Rasulullah SAW melihat Yazid berbeda dengan sahabat yang berkata demikian, oleh karena itu, beliaupun berdoa,” Wahai Tuhanku, aku bersaksi padamu bahwa aku ridha terhadap yazin bin Sakan.”
            Keadaan sudah semakin genting, oleh karena itu, banyak kalangan kafir Quraisy berusaha untuk mencari Rasulullah SAW dan membunuhnya. Salah satunya adalah Ubai bin Khalaf, yang berkata,” Dimanakah Muhammad.” Setelah ia selesai berbicara, tiba-tiba Rasulullah SAW mengulurkan tangannya dan mengambil tombak(lembing), lalu beliau lemparkan lembing tersebut dan mengenai pinggiran mulut Ubai. Akibatnya, Ubai berteriak seraya berkata,” Muhammad hendak membunuhku, Muhammad hendak membunuhku.” Setelah berteriak seperti itu, Ubai naik ke atas gunung Uhud, karena saking takutnya, ia pun terjatuh dari atas gunung dan meninggal.
            Setelah kejadian itu, pasukan Rasulullah SAW kembali berkumpul dan melindungi Rasulullah SAW disekelilingnya. Lalu, datanglah salah seorang kafir Quraisy bernama Abu ‘Aamir al Fasiqi. Ia adalah orang yang telah membuat kuburan untuk Rasulullah SAW sebelum perang Uhud dimulai. Terjadilah pertarungan antara Abu ‘Amir al Fasiqi dengan sahabat Rasulullah, dan beliaupun sedang menghadapi musuhnya. Ditengah perlawanannya, beliau terjerembab pada lubang kuburan yang telah dibuat oleh Abu ‘Aamir, sehingga membaur wajah Rasulullah SAW terluka karena terkena batu kecil dan tulang punggunya pun patah.
            Rasulullah SAW berusaha untuk bangkit dan keluar dari lubang tersebut, namun, ditengah usahanya, datanglah Abdullah bin Qumah. Ia adalah orang yang telah membunuh Mash’ab bin Umair yang dikiranya Rasulullah SAW. Kedatangan Abdullah bin Qumah adalah sesuatu yang tidak diinginkan. Karena ketika ia melihat Rasulullah SAW berada pada lubang, ia memukul helm perang yang berada dikepala Rasulullah SAW dengan pedangnya. Hal itu membuat helm perang beliau penyok dan pecahan helm tersebut mengenai pipi Rasulullah SAW. Sahabat beliau yang melihat, berusaha untuk mendekat dan melindungi Rasulullah SAW dan membawanya ketempat yang aman.
            Setelah beliau aman, Abu Bakar berusaha untuk mencabut besi yang mengenai pipi Rasulullah SAW, namun ia tidak dapat mengeluarkannya. Lalu, datanglah Abu ‘Ubaidah bin Jarah dan berkata,” Wahai Abu Bakar, aku bersumpah engkau tidak akan mampu mencabut besi yang tertancap pada pipi Rasulullah. Karena hanya akulah yang mampu mencabutnya.” Apa yang dikatakan Abu ‘Ubaidah menjadi kenyataan, ia mampu mencabut besi tersebut, sehingga membaur pipi Rasulullah SAW mengeluarkan darah.
            Melihat hal itu, Umar bin Khattab berkata,” Wahai Rasulullah, berdoalah untuk mereka (kemenangan umat Islam).” Lalu Rasulullah SAW menjawab,” Wahai Umar, aku diutus bukan untuk membuat kalian dicaci dan dihina, akan tetapi untuk membawa kasih sayang diantara kalian. Karena aku adalah kasih sayang yang nyata.”
            Setelah berkata demikian pada Umar bin Khattab, beliau menengadahkan tangannya kelangit seraya berdoa,” Wahai Tuhanku, berilah petunjuk pada umatku. Sesungguhnya mereka tidak mengetahui apa yang telah diperbuatnya.”
            Saat itu, Khalid bin Walid dan pasukannya yang sudah menguasai gunung Uhud, dengan leluasa melepaskan busur panahnya mengarah pasukan umat Islam yang berada dibawah. Oleh karena itu, Hamzah bin Abdul Muthalib dengan beberapa pasukan umat islam yang tersisa, berusaha menaiki bukti itu dengan tujuan ia mampu menghentikan Khalid bin Walid dan pasukannya. Hamzah dan pasukannya menaiki gunung Uhud dari arah belakang, sehingga pasukan pemanah yang dipimpin Khalid tidak mengetahui hal itu. Namun, setelah Hamzah tiba, merekapun mengetahuinya dan terjadilah peperangan antara pasukan Hamzah dan  Khalid bin Walid.
            Ditengah pertempuran antara dua pasukan yang dipimpin oleh dua orang yang sangat disegani, Hamzah dan Khalid. Datanglah seorang budak dari kafir Quraisy yang bernama Wahsyi. Ia adalah seorang budak dari Hindu bin Utbah, isteri dari Abu Sufyan. Ia dijanjikan akan dimerdekakan apabila mampu membunuh Hamzah. Selain itu, ia akan diberi kekayaan dan harta yang melimpah. Mengapa Hindun sangat dendam pada Hamzah? Karena Hamzah telah membunuh ayah dan saudara kandung Hindun pada perang Badar.
            Wahsyi melihat Hamzah tengah lengah, karena ia sedang sibuk melawan Khalid. Keadaan itu tidak disia-siakan, ia pun langsung pergi menuju Hamzah dan bersembunyi dibalik batu, lalu ia berkata,” Aku mengira Hamzah tidak melihatku. Namun, ia ternyata memalingkan mukanya kehadapanku dengan pandangan yang sangat menakutkan. Seakan ia mengetahui bahwa aku adalah orang yang akan membunuhnya. Oleh karena itu, iapun segera mendekatiku, demi Allah, saat itu aku sangat takut sekali memandangnya dan aku tidak mampu untuk menggerakan kakiku. Setelah ia mendekat, aku langsung melemparkan tombakkua dan ia terluka, lalu aku berkata seraya berteriak,’ Aku telah membunuh Hamzah, aku telah membunuh Hamzah.”
            Mendengar hal itu, Hindun binti Utbah mendatangiku, melihat Hamzah telah wafat, ia menundukkan tubuhnya dan langsung merobek perut Hamzah dan memakannya. 
            Dilain pihak, Rasulullah SAW merasakan bahwa peperangan ini sudah tidak seimbang lagi, baik dari jumlah maupun kekuatan yang dimiliki pasukan umat Islam. Oleh karena itu, beliau berusaha untuk menuju pasukan umat Islam, dan memerintahkan mereka untuk menaiki gunung Uhud. Hal itu dilakukannya, agar dapat menghentikan peperangan. Namun, karena luka yang beliau alami akibat dari kepungan dari kafir Quraisy, sehingga tidak mampu untuk menaiki gunung Uhud.
      Thalhah bin Abdullah yang mengetahui Rasulullah SAW sudah tidak mampu lagi untuk menaiki gunung Uhud, ia segera menghampiri beliau dan membungkuk. Punggungnya sudah siap untuk dinaiki Rasulullah SAW dan membawa ke atas gunung. Bersamanya 500 sampai 600 sahabat, karena memang itulah yang tersisa. Melihat pasukan Islam sudah bergerak, Abu Sofyan pun berkata,” Hubal (Tuhannya kaum Musyrikin) lah yang maha tinggi.”  Lalu, Rasulullah SAW bersabda pada pasukan umat Islam,” Wahai pasukanku, apakah kalian tidak mau menjawabnya?” mereka menjawab,” Wahai Rasulullah, apa yang harus kami katakan?” Beliau berkata,” Wahai pasukanku, katakanlah, Allah lah yang maha tinggi dan mulia.”
            Mendengar hal itu, pasukan umat Islampun menjawab perkataan Abu Sofyan,” Allah lah yang Maha Tinggi dan Mulia.” Abu Sofyan kembali berkata,” Kamilah yang akan mendapatkan kemuliaan bukan kalian.” Rasulullah SAW berseru pada pasukannya,” Wahai pasukanku, apakah kalian tidak mau menjawabnya?” Mereka bertanya,” Wahai Rasulullah, apa yang harus kami katakan,” Beliau menjawab,” Wahai pasukanku, katakanlah, Allah SWT adalah Tuhan kami bukan Tuhan kalian.” Pasukan umat Islampun mengikuti apa yang diucapkan Rasulullah SAW.
            Wahai saudaraku, tidak hanya sampai disitu, karena Abu Sofyan menerukan perkataannya,” Hari ini kalian akan mengalami hal yang sama dengan kami ketika perang Badar (Umat Islam akan kalah).” Rasulullah SAW bersabda,” Wahai pasukanku, apakah kalian tidak ingin menjawab perkataan Abu Sufyan?” Pasukan umat Islam berkata,” Wahai Rasulullah, apa yang harus katakan.” Beliau menjawab,” Wahai pasukanku, katakanlah, tentu saja tidak sama, karena jika kami gugur dimedan perang pasti akan masuk surga, sedangkan kalian memasuki neraka.” Pasukan umat Islam pun berkata seperti yang dikatakan Rasulullah SAW.
            Untuk yang kesekian kalinya, Abu Sofyan berkata,” Aku bersaksi bahwa Muhammad, Abu Bakar dan Umar akan aku biarkan hidup.” Setelah ia mengucapkan hal itu, Abu Sofyan dan  pasukan kafir Quraisy pun meninggalkan medan perang dan peperangan berhenti seketika. Melihat hal itu, para sahabatpun turun dari gunung Uhud dengan kesedihan yang mendalam terhadap yang menimpa Rasulullah SAW.
            Dari peperangan ini, ada beberapa ayat yang turun. Diantaranya;
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (١٤٠)
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (QS. Ali Imraan[3]:139-140)
            Firman Allah SWT;
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ (١٥٢)
152. Dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu[3] dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai[4]. di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka[5] untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. (QS. Ali Imraan[3]:152)
            Firman Allah SWT;
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ (١٥٥)
155. Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu[6], hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan Sesungguhnya Allah telah memberi ma'af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. . (QS. Ali Imraan[3]:155)
                Firman Allah SWT;
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[7]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imraan[3]:159)
v  Beberapa Sikap Yang Sangat Luar biasa
            Ketahuilah, wahai saudaraku, ketika perang Uhud berkecamuk ada beberapa sikap yang sangat luar biasa pada diri sahabat Rasulullah SAW. Nah, sikap itulah yang harus engkau contoh dalam kehidupan sehari-hari, agar engkau dapat menjadi pengikut setia Rasulullah SAW di dunia maupun akhirat. Diantara mereka adalah;
1.      Ummu Imarah
            Perang Uhud seperti yang telah diceritakan, hampir merenggut nyawa Rasulullah SAW. Juga, nyawa para sahabat lainnya. Semua itu terjadi akibat dari kelalaian dan kemaksiatan yang dilakukan sebagian sahabat. Yaitu, tidak mentaati perintah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, pasukan umat Islam dibuat kocar kacir. Sehingga sahabat yang melindungi dan menjaga Rasulullah SAW kian berkurang.
            Keadaan itu tidak disia-siakan oleh Abdullah bin Qumah yang memang sudah bertekat untuk dapat membunuh Rasulullah SAW. Abdullah bin Qumah pun mendekati Rasulullah SAW dari belakang beliau yang sedang sibuk melawan pasukan kafir Quraisy lainnya. Untung saja, Ummu Imarah mengetahui apa yang akan dilakukan Abdullah bin Qumah. Sehingga ia bergegas mengambil pedangnya dan menghadapi Abdullah, agar ia tidak dapat mendekati Rasulullah SAW.
            Peperangan satu lawan satupun terjadi, Ummu Imarah dengan Abdullah bin Qumah. Karena Ummu Imarah adalah wanita, sedangkan Abdullah seorang lelaki, tentu peperangan itu tidak seimbang dan sudah dapat dipastikan siapa yang akan mengalami kekalahan. Ummu Imarah pun terputus tangannya dan pedang yang menjadi senjata untuk melawan Abdullah terjatuh.
            Sebenarnya keadaan yang sudah tidak memungkinkan untuk melawan Abdullah, Ummu Imarah hendak menyelamatkan diri. Namun, karena melihat Rasulullah SAW seorang diri, niat itu diurungkan olehnya. Abdullah yang sudah merasa diatas angin dan Ummu Imarah tidak beranjak dari tempatnya, ia pun menepaskan pedangnya ke arah badan. Darah bercucuran dan Ummu Imarah terjatuh ketanah.
            Zaid yang melihat ibunya sudah terkapar ditanah segera menghampiri dan menolongnya. Ummu Imarah yang mengetahui anaknya sudah datang, tidak lantas memikirkan dirinya agar ia diselamatkan Zaid.  Ia malah berkata,” Wahai Zaid, tinggalkan aku, lindungilah Rasulullah.” Rasulullah SAW sempat menoleh dan beliau mengetahui apa yang terjadi pada Ummu Imarah. Oleh karena itu, beliau segera menghampiri Ummu Imarah dan bersabda,” Wahai Ummu Imarah, engkaulah yang lebih pantas untuk diselamatkan.”
            Mendengar sabda Rasulullah SAW, Ummu Imarah berkata,” Wahai Rasulullah, aku akan mengikuti saranmu, namun aku hendak meminta satu hal padamu. Yaitu, aku ingin menjadi temanmu di surga.” Beliau menjawab” Wahai Ummu Imarah, tidak hanya engkau, seluruh keluargamu akan menemaiku disurga.”
2.      Handhalah
            Ketahuilah, wahai saudaraku, ada seorang sahabat yang sungguh luar biasa ruh jihadnya, ia siap menghadapi musuh demi tegaknya agama dan ajaran Islam, ia bernama Handhalah. Saat itu, siang harinya Handhalah baru saja melangsungkan pernikahan. Namun, ketika malam hari seruan perang sudah diperdengarkan, dan ia mendengar hal itu. Handhalah bergegas untuk mengambil kudanya dan berkata,” Wahai kuda Allah, aku akan menunggangimu untuk berperang diajalan-Nya.” Ia pun menunggangi kuda menuju medan perang dan bergabung dengan pasukan umat Islam, akan tetapi ia belum mandi besar (junub).
            Ketika Handhalah gugur dimedan perang, Rasulullah SAW bersabda,” Aku melihat Handhalah sedang dimandikan oleh para malaikat disebuah bejana yang terbuat dari emas. Bejana itu diletakkan antara langit dan bumi.” Rasulullah SAW sangat kagum mengetahui hal itu, sehingga membuatnya mendatangi isteri Handhalah dan bertanya apa yang pernah diperbuatanya. Setibanya, beliau menceritak kejadian yang menimpa Handhalah pada istrinya. Lalu, isteri Handhalah berkata,” Wahai Rasulullah, sebenarnya malam itu adalah malam pertama pernikahan kami, karena genderang perang sudah bertabuh, Handhalah langsung menuju medang perang, padahal ia belum mandi besar.”
3.      Anas bin an Nadhar
            Ketika perang Badar berkecamuk, Anas bin an Nadhar sedang dalam perjalanan. Sehingga ia tidak ikut bersama pasukan Rasulullah SAW melawan kafir Quraisy pada perang Badar. Hal itu membuat dirinya terus meratapi dan menyesali, sehingga ia berjanji,” Aku akan ikut berjuang dengan Rasulullah SAW pada peperangan berikutnya.”
            Perang yang ditunggupun datang, Anas tidak menyianyiakan waktu lagi, ia segera berangkat dengan pasukan Rasulullah SAW pada perang Uhud. Ditengah peperangan, beberapa sahabat melarikan diri dari medan perang, karena mendengar Rasulullah SAW telah gugur. Berita ini didengarnya dari Abdullah bin Qumah, dimana ia berteriak Rasulullah SAW telah gugur, padahal yang gugur adalah Mash’ab bin Umari. Melihat sebagian para sahabat melarikan diri, Anas bin An Nadhar berseru kepada mereka,” Wahai para sahabat, mengapa kalian meninggalkan medan perang?” Mereka menjawab,” Wahai Anas, Rasulullah SAW telah gugur.” Anas kembali berkata,” Wahai para sahabat, apa yang akan terjadi pada kalian kemudian hari? Kalianpun akan mati seperti kalian gugur saat ini.” Mendengar seruan itu, para sahabat yang hendak melarikan diri mengurungkan niatnya dan kembali kemedan perang. Namun, mereka heran dengan arah yang dituju Anas, ia menuju arah yang berlawanan dengan para sahabat. Oleh karena itu, mereka bertanya,” Wahai Anas, engkau hendak kemana?” Anas menjawab,” Surga, demi dzat yang telah menciptakan suku an Nadhar, aku telah mencium wewangian dari surga dibawah gunung Uhud.”
            Setelah berkata demikian, Anas melanjutkan perjalannya menuju bawah gunung Uhud, dimana banyak pasukan kafir Quraisy. Ia melawannya dengan gigih dan akhirnya gugur sebagai syuhada. Para sahabat berkata pada Rasulullah,” Wahai Rasulullah, kami menemukannya dibawah gunung Uhud.” Mereka menemukan jasad Anas bin An Nadhar tertembus oleh tombak (lembing) dan diatasnya banyak pasukan kafir yang terbunuh. Ketika jasad Anas ditemukan, pada awalnya sahabat tidak mengenal jasad itu, karena wajah dan jasadnya sudah berlumuran darah dan rusak. Jasad itu baru dikenali setelah saudari kandung Anas yang mengenalinya dari potongan jari yang terlepas. Dari kejadian ini, turunlah ayat Allah SWT.
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا (٢٣)
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), (QS. al Ahzab[33]:23)
            Wahai saudaraku, sudahkah engkau bersikap seperti Anas? Berseru dan berda’wah kepada orang lain, agar mereka mau mentaati perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Jangan pernah takut akan kematian, karena ia pasti akan datang, meskipun kita takuti. Kematian akan sangat indah jika kita menghadapinya dengan ketaatan dan keimanan. Segeralah melakukan hal yang sama dengan Anas bin An Nadhar, agar engkau dapat memasuki surganya, saudaraku.
4.      ‘Amr bin Jumuh
            Ketahuilah, wahai saudaraku, ‘Amr bin Jumuh adalah sahabat yang memiliki kaki pincang, sehingga anggota keluarganya tidak mengizinkan ia ikut serta dalam perang Uhud. Oleh karena itu, mendatangi Rasulullah SAW dan menceritakan perihal pelarangan itu. Lalu, beliau bersabda,” Wahai ‘Amr, engkaukan pincang.” ‘Amr berkata,” Wahai Rasulullah, izinkanlah aku masuk surga karena pincangku ini.” Mendengar hal itu, Rasulullah SAW pun tersenyum. Kemudian beliau mendatangi anggota keluarga ‘Amr bin Jumuh dan bersabda,” Wahai anak ‘Amr, biarkanlah ayahmu berjihad dijalan Allah, agar Allah memberinya rezeki sebagai syahid.”
            Anaknya memberikan izin, ‘Amr bin Jumuh segera bergabung dengan pasukan umat Islam dibawah komando Rasulullah SAW. Namun, sebelum sampai ke gunung Uhud, wajahnya ia hadapkan ke arah kota Madinah seraya berdoa,’ Wahai Tuhanku, jangan engkau kembalikan aku padanya (Madinah).” Perang Uhud berkecamuk dan ‘Amr bin Jumuh gugur sebagai syuhada. Lalu Rasulullah SAW berkata,” Aku telah melihat ‘Amr bin Jumuh sudah berada disurga dengan kakinya yang pincang. Allah SWT telah mengabulkan apa yang ia minta.”
            Allahuakbar, cacat bukanlah suatu kendala untuk memperjuangkan agama Allah SWT. Pincang tidak membuat ‘Amr bin Jumuh takut dan enggan menegakan agama dan ajaran Islam. Sebaliknya, dengan pincangnya, semangat ‘Amr semakin berkorban. Nah, itulah ‘Amr yang siap memberikan nyawanya demi kejayaan umat Islam. Lalu, bagaimana dengan engkau, wahai saudaraku, bukankah seluruh anggota badanmu lengkap; penglihatan, pendengaran, pembicaraan, tangan, kaki dan semuanya masih normal, sudahkah engkau memperjuangkan agama Islam seperti ‘Amr? Jika belum, sungguh engkau adalah salah satu kelompok yang merugi. Jika sudah, tingkatkan dan jangan takut akan ancaman. Ingatlah, surga sudah menunggumu. 
5.      Abdullah bin Jahasy
            Sebelum perang Uhud berkecamuk, Abdullah bin Jahasy sedang duduk bersama seorang temannya. Saat itu, kedunya sedang mengemukakan cita-cita dan harapan masing-masing. Ketika itu, Abdullah bertanya pada sahabatnya,” Wahai sahabatku, apa yang engkau cita-citakan dan harapkan.” Sahabatnya menjawab,” Wahai Abdullah, aku berharap esok hari bertemu dengan seorang lelaki dari kaum kafir Quraisy, ia memiliki kekuatan dan gagah. Lalu, aku dengannya saling bertempur dan aku dapat membunuhnya.” Sahabat ini balik bertanya,” Wahai Abdullah, apa yang engkau cita-citakan dan harapkan.” Abdullah menjawab,” Wahai sahabatku, kalau aku ingin sekali esok hari bertemu dengan musuh. Ia lelaki dari kafir Quraisy yang memiliki kekuatan, lalu aku berperang melawannya dan berhasil membunuhnya. Kemudian aku melawan lelaki lainnya dari kafir Quraisy, dan ia dapat membunuhku, lalu perutku ia robek, hidungku dicabutnya, dan telingaku dipotongnya. Sehingga kelak dihari kiamat, Allah SWT akan bertanya padaku,” Wahai Abdullah, apa yang terjadi denganmu, sehingga tubuhmu terpotong-potong seperti itu?” Maka, aku dapat menjawabnya,” Wahai Tuhanku, aku seperti ini karena Engkau, dan hanya untuk Engkau.”
            Nah, apa yang diucapkan Abdullah bin Jahasy menjadi kenyataan, para sahabat menemukannya sudah dengan badan yang tidak utuh, atau terpotong-potong; isi perutnya terburai, hidungnya tanggal, dan telinganya putus. Disampingnya jasadnya terdapat satu orang kafir yang berhasil dibunuhnya.”
            Subhanallah, sungguh Allah SWT mengabulkan setiap permintaan hamba-Nya, asalkan ia benar-benar dalam meminta. Abdullah tidak main-main dengan harapannya yang ingin menjadi syuhada dengan jasad terpotong-potong. Oleh karena itu, Allah SWT pun mengabulkan permintaannya. Nah, sudahkah engkau memiliki cita-cita dan harapan seperti yang dimiliki Abdullah bin Jahasy?
6.      Abdullah bin Haram
Ketahuilah, wahai saudaraku, Abdullah bin Haram adalah seorang sahabat yang memiliki 10 orang anak; 9 putri dan 1 orang putra. Putranya bernama Jabin bin Abdullah. Sebelum ayah dan anak ini ikut serta dalam perang Uhud, keduanya terlebih dahulu mengundi, siapakah diantara mereka yang harus menetap dan menjaga 9 orang putrinya. Ternyata Jabir bin Abdullah yang harus menetap dan tinggal bersama 9 orang saudaranya, sedangkan Abdullah bin Haram yang melaku ke medan perang. Melihat kenyataan itu, Jabir menangis, karena ia ingin sekali ikut bersama pasukan Rasulullah SAW. Abdullah bin Haram mengetahui hal itu seraya berkata,” Demi Allah, wahai anaku, andai saja bukan karena surga, aku akan menugaskan engkau menuju medan perang.”
Abdullah bin Harampun gugur sebagai syahid, setelah peperang usai, putranya, Jabir bin Abdullah hendak melihat jasad ayahnya. Namun, para sahabat mencegahnya, agar Jabir tidak terguncang hatinya. Rasulullah SAW yang mengetahui hal itu berkata kepada para sahabatnya,” Wahai sahabatku, biarkanlah Jabir melihat jasad ayahnya.” Jabir pun melihat jasad ayahnya yang gugur dimedan perang Uhud. Lalu, ia meletakkan wajahnya di kain pembungkus jasad ayahnya, karena sedih iapun menangis.
Tangisnya dilihat oleh Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda,” Wahai Jabir, engkau menangis maupun tidak, malaikat akan tetap membawa dan menaungi jasad orang tuamu dengan sayap mereka.” Rasulullah SAW melanjutkan perkataannya,” Wahai Jabir, aku akan memberitahukan engkau sesuatu.”
“Apakah itu, wahai Rasulullah.” Jawab Jabir. Rasulullah SAW menjawab,” Wahai Jabir, Setiap Allah SWT berfirman pada hamba-Nya, pastilah ada sebuah hijab yang mengahalangi antara-Nya dan hamba-Nya. Akan tetapi, ketika Dia berfirman pada ayahmu tidak ada hijab yang menghalanginya. Lalu, Dia berfirman pada ayahmu,” Wahai hambaKu, mintalah padaku.” Ayahmu berkata,” Wahai Tuhanku, aku berharap bisa kembali kedunia, dan berjihad bersama nabi dijalanMu, lalu aku terbunuh untuk yang kedua kalinya dan sebagai syuhada dijalanMu. Mendengar permintaan itu, Allah SWT berfirman pada ayahmu,” Wahai Abdullah, aku telah memutuskan siapa saja yang sudah meninggal dunia tidak akan pernah dapat kembali. Mintalah hal lainnya.”
Setelah mengetahui Allah SWT berfirman seperti itu, ayahmu pun berkata,” Wahai Tuhanku, jika seperti itu, sampaikanlah tentang diriku pada penghuni dunia, bahwa hidupku sudah bahagian dan senang diakhirat.” Oleh karena ucapan Abdullah inilah, Allah SWT menurunkan ayat pada Rasulullah SAW.
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Ali Imran[3]:169-170)
            Tidakah engkau menginginkan kehidupan akhirat yang bahagia dan mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT, saudaraku? Maka berda’wahlah, meskipun hanya pada anggota keluargamu. Bersungguh-sungguhlah dalam mengerjakan perintah Allah SWT, jangan pernah engkau menyepelekan apalagi sampai melalaikannya.
7.      Sa’ad bin ar Rabi’
Ketahuilah, wahai saudaraku, ketika perang Uhud usai, Rasulullah SAW bertanya pada para sahabatnya tentang keberadaan Sa’ad bin ar Rabi’. Setelah dicari, ternyata sa’ad masih berada dimedan perang. Lalu, sahabat yang mencarinya bertanya,” Wahai Sa’ad, apa yang terjadi padamu?” Artinya, mengapa Sa’ad masih berada di medan perang. Sa’ad menjawab,” Wahai para sabahat, sampaikanlah pada Rasulullah bahwa aku telah menemukan sesuatu yang pernah beliau janjikan padaku.” Kemudian Sa’ad menerukan perkataannya,” Wahai para sahabat, kirimkan salamku pada Rasulullah.” Para sahabat menjawab,” Mudah-mudahan Allah memberikan balasan kebaikan, seperti Dia memberikan kebaikan pada nabi-Nya terhadap umatnya.”
Sa’ad kembali berkata,”  Wahai para sahabat, sampaikan salamku pada kaum anshar, dan katakan kepada mereka, tidak ada alasan baginya untuk tidak berjuang demi Rasulullah SAW, meskipun dengan tetesan darah.”
v  Pelajaran Yang Di Dapat
            Ketahuilah, wahai saudaraku, perang Uhud merupakan pelajaran yang sangat berarti bagi umat Islam, agar mereka tidak lagi mengingkari dan maksiat terhadap perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Perang Uhud, menjadi saksi bisu para sahabat yang gugur untuk menegakan agama dan ajaran Islam. Oleh karena itu, minimalnya ada dua yang dapat engkau petik menjadi pelajaran pada kisah perang Uhud. Diantaranya;
1.      Taatilah Allah SWT dan Rasul-Nya, jangan pernah mengingkari dan melalaikannya, karena engkau akan mendapatkan malapetaka
2.      Berkurbanlah dengan segala apa yang engkau miliki, seperti halnya para sahabat. Mereka berkorban dengan harta, jiwa dan apa saja hanya demi tegaknya agama dan ajaran Islam


[1] [247] Ucapan ini ditujukan kepada Nabi dan sahabat-sahabat beliau sebagai ejekan, karena mereka memandang Nabi tidak tahu taktik berperang, sebab beliau melakukan peperangan ketika jumlah kaum muslimin sedikit. Ucapan ini dapat digunakan untuk mengelakkan cercaan yang ditujukan kepada diri orang-orang munafik sendiri.
 [2] Kesedihan kaum muslimin disebabkan mereka tidak mentaati perintah Rasul yang mengakibatkan kekalahan bagi mereka.
 [3] Yakni: urusan pelaksanaan perintah Nabi Muhammad s.a.w. karena beliau telah memerintahkan agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditunjukkan oleh beliau dalam Keadaan bagaimanapun.
 [4] Yakni: kemenangan dan harta rampasan
[5] Maksudnya: kaum muslimin tidak berhasil mengalahkan mereka
[6]   Dua pasukan itu ialah pasukan kaum muslimin dan pasukan kaum musyrikin
[7] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik,  
     ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar